Jumat, 02 Juli 2004

Batik Pesisir Paoman Arts rambah pasar Jepang

Tanggal : 2 Juli 2004
Sumber : http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=268&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&p_ared_id=305732&p_ared_atop_id=O13
Oleh : Rommy Rustami

"Batik itu asal katanya dari tiba nitik, maksudnya yang tiba itu tetesan malam atau lilin, bahan pembuat batik, lalu nitik itu tetesan malam yang membentuk gambar di selembar kain," kata ibu paruh baya tersebut.

Begitulah salah satu keterangan yang dituturkan oleh Sudiyono, yang sejak tahun 1981 menggeluti indutri kerajinan batik di kawasan pesisir Pantai Utara Jawa, Indramayu, lewat Paoman Arts.

Keahlian membatik yang berkembang di Indramayu ini diperoleh turun-temurun sejak zaman raja-raja, terutama pada masa Kerajaan Bagelen di bawah kekuasaan Raja Wilarodra.

Pada awalnya, Sudiyono mengaku motivasi terjun ke industri batik di Indramayu adalah hanya karena kepedulian terhadap nasib perajin batik disana, sama sekali bukan dimotivasi oleh keinginan berbisnis.

Awalnya hanya satu perajin batik yang menjadi mitra kerja sama, namun saat ini sudah ada 63 perajin batik yang bergabung di Paoman Arts. Pada mulanya Sudiyono hanya menawarkan batik-batik tersebut kepada teman-temannya, namun sekarang Paoman Arts sudah mulai mempunyai pasar ekspor tetap seperti Jepang dan Australia. Sedangkan untuk pasar lokal tersebar di beberapa kota seperti Jakarta dan Bali.

Saat ini Paoman Arts sudah bisa memproduksi sekitar 600 lembar kain batik tulis untuk kebutuhan ekspor. Sedangkan untuk batik cetak, Paoman Arts bisa memproduksi sekitar 100 lembar kain batik per hari.

Proses pembuatan batik memakan waktu lama dan membutuhkan ketekunan ekstra. Bahkan sebagian orang berpendapat bahwa hanya orang yang amat teliti dan paling sabar saja yang dapat membuatnya.

Langkah pembuatan

Dia menjelaskan bahwa langkah pertama pembuatan batik dimulai dengan menggambar pola ke atas kain dengan arang. Begitu desain tergambar, kain tersebut siap untuk diberi lilin atau malam.

Metode pertama pembuatan batik tulis dilakukan dengan canting. Kain ditaruh di atas rangka bambu yang disebut gawangan. Pertama-tama, canting dicelup ke dalam cairan malam yang panas, kemudian malam dioleskan mengikuti pola pada kain.

Cara yang lain adalah dengan menggunakan cap atau stempel tembaga. Kain digelar di atas meja yang panjang, lalu cap dicelupkan ke lilin panas dan ditekan pada kain.

Dibandingkan dengan tulis, metode ini jauh lebih cepat dan lebih cocok untuk keperluan industri besar.

Mungkin karena kekhasannya itulah, beberapa konsumen dari beberapa negara seperti Jepang hanya mau menerima kain batik tulis yang diproduksi oleh Paoman Arts. Batik cetak memang pangsa pasar ekspornya tidak sebanding dengan batik tulis.

Batik Indramayu, menurutnya, termasuk ke dalam jenis Batik Pesisir jika dilihat dari jenis motif yang ada. Mayoritas motif batik yang digunakan pada Batik Indramayu memang menggambarkan kegiatan nelayan di tengah laut.

Motif-motif batik di Indramayu, katanya, banyak mendapat pengaruh besar dari motif motif gambar atau kaligrafi dari kawasan Arab, Cina atau daerah Jawa Tengah/Jawa Timur.

50 Motif

Saat ini, menurut Sudiyono, ada sekitar 50 motif Batik Pesisir khas Indramayu. Beberapa motif batik yang mencirikan motif Batik Pesisir khas Indramayu di antaranya adalah Etong, Kapal Kandas, Ganggeng, Kembang Gunda, dan Loksan.

Motif Etong misalnya, menggambarkan berbagai satwa laut yang biasa dibawa pulang oleh kalangan nelayan seusai melaut seperti ikan, udang, cumi-cumi, ubur-ubur dan kepiting.

Motif Kapal Kandas menyiratkan kapal nelayan yang sedang berada di batu-batu karang sehingga terancam kandas. Motif Ganggeng, sesuai namanya menggambarkan berbagai ganggang laut yang terdapat di Pantai Utara Jawa. Sedangkan motif Kembang Gunda merupakan tumbuhan yang hidup di pesisir pantai dan bisa dijadikan lauk pecel.

Selain menggambarkan kegiatan di pesisir, motif batik khas Indramayu juga ada yang menggambarkan kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika, Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Jati Rombeng.

Motif Swastika diilhami oleh masa Penjajahan Jepang, swastika menurut para perajin batik di Indramayu menggambarkan simbol kekerasan yang terjadi selama masa Kependudukan Jepang.

Motif Merak Ngibing diilhami oleh keindahan burung merak. Sedangkan Motif Kereta Kencana merupakan penggambaran Raja Wilarodra yang sedang mengendarai kuda mengelilingi kerajaannya.

Sudiyono mengakui bahwa sejak 1997 pihaknya berusaha mendaftarkan ke-50 motif batik pesisir tersebut ke Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Saat ini ke-50 motif tersebut sudah mempunyai hak paten sendiri. Kesadaran untuk mendaftarkan HaKI itu diperoleh ketika dirinya menghadiri penyuluhan di ITB mengenai hak paten, hak merek dan hak desain.