Selasa, 26 September 2006

Tanggal : 26 September 2006
Sumber : http://banjarkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=208&Itemid=10


Selama puluhan tahun, kampung-kampung di pesisir Sungai Martapura yang berada di Kota Martapura dikenal sebagai penghasil kerajinan
perhiasan. Di antaranya adalah batu akik, yang membawa harum nama Martapura ke mata dunia.


DEWI SETYA AMALIA, Martapura

Siang kemarin, panas memang terasa membakar, sama seperti hari-hari dalam dua minggu terakhir. Sementara di teras rumah yang sempit tepi Sungai Martapura, Kampung Keramat Martapura Timur, tiga pemuda tekun menghadapi peralatan kerjanya masing-masing.

Pemuda yang paling kanan, memegangi bongkah-bongkah batu kecil. Di sisinya terdapat tongkat kayu seukuran pensil. Di dekat tumpukan kayu itu ada ujung selang kecil, yang mengalirkan air dari tempat air ukuran 8 liter di dekat dinding. Di hadapannya terlihat gurinda yang menyala berputar menderu. Pemuda bertubuh gelap ini memotong-motong bongkahan batu akik mentah, dijadikan bulat-bulat, sebelum kemudian ditempelkan di ujung atas dan bawah tongkat kayu.

Begitu selesai, tongkat kayu itu diserahkan pada rekannya yang duduk di bagian tengah menghadap dinding. Ia kebagian tugas melicinkan permukaan batu akik. Tugas melicinkan ini ada dua. Pertama dengan amplas kasar, lalu dilanjutkan lagi dengan amplas yang lebih halus.

Namun dari tiga langkah sebelumnya, langkah kerja yang terakhir adalah yang paling menarik. Potongan batu akik tadi digosokkan ke permukaan kulit bambu. “Ini bagian penting, supaya batu akiknya kelihatan mengkilat,” jelas H Masdar, pemilik rumah.

Benar saja. Batu akik yang sudah digodok bambu, masih di ujung kayu, memang mengkilap halus. Beberapa terlihat bergurat-gurat mengikut serat batunya.

Usaha penggosokan batu akik kerajinan itu belum berumur lama. Dijelaskan pria setengah baya yang ternyata Ketua RT ini, kerajinan yang baru dirintis beberapa tahun lalu itu dikerjakan anaknya. Batu akik mentahnya ia dapatkan dari pendulang di Kecamatan Cempaka Banjarbaru. Dalam jumlah besar, batu akik dipecah dan diolah untuk dijadikan batu akik layak jual.

Menariknya, batu akik yang ia jual tidak bisa dikatakan mahal. H Masdar menjual batu akik hasi produksinya dalam satuan kodi. Per kodinya (20 biji) dilepas dengan harga Rp20 ribu. Atau hanya Rp1.000 per biji.

Soal pemasaran, ia tidak pernah ambil pusing. Seperti juga pengrajin perhiasan lainnya yang berada di kampungnya, hasil produksi mereka siap diserap oleh pasar perhiasan di Pasar Martapura. Lebih dari itu pasar perhiasan dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah pun siap menyerap hasilnya.(bersambung) Radar Banjarmasin