Selasa, 19 Juni 2007

Dua Produk Unggulan Hiasi Pameran Ekspo di Batam

Tanggal : 19 June 2007
Sumber : http://rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=1897


BAGANSIAPI-API (RP) ----- Pada bulan September mendatang, direncanakan ada perhelatan pameran ekspo sejumlah produk unggulan yang dipusatkan di kota Batam. Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten?Rohil direncanakan juga akan tampil dan mengisi kegiatan pameran ekspo unggulan tersebut. Dua produk unggulan yang akan ditampilkan dari Kabupaten Rohil diantaranya dari sektor perikanan dan kelautan serta pertanian tanaman pangan.

Penegasan tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rohil, Drs H Herman Tambusai yang ditemui Riau Pos kemarin di ruang kerjanya. ''Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, Kabupaten Rohil memiliki sejumlah daerah-daerah sentra produksi di sektor pertanian tanaman pangan. Malah, produksi di sektor pertanian tanaman pangan itu sendiri, bisa dijadikan produk unggulan. Betapa tidak, setiap tahunnya, jumlah produksi padi di semua daerah sentra yang ada di Kabupaten Rohil terus meningkat. Makanya, kita merencanakan akan mengikutkan sektor pertanian ini untuk tampil pada pameran ekspo produk unggulan itu,'' kata Herman Tambusai.

Sektor produk unggulan lain yang direncanakan juga akan ditampilkan pameran ekspo di Batam nanti, tambah Herman Tambusai, yakni bidang perikanan dan kelautan. ''Sektor perikanan dan kelautan yang segera kita tampilkan itu, kondisinya bervariasi. Malah, tidak tertutup kemungkinan, kita akan menampilkan potensi yang dimiliki di gugusan kepulauan Arwah yang berada di perairan Kecamatan Pasirlimau Kapas itu. Gugusan?Kepulauan Arwah atau yang dikenal dengan sebutan pulau Jemur itu, miliki banyak potensi yang bisa diangkat. Baik dari segi wisata alamnya maupun baharinya. Malah penyu hijau yang ada di Gugusan Kepulauan Arwah itu, juga bisa diangkat,'' kata Herman Tambusai.

Menjawab Riau Pos, Herman Tambusai menjelaskan, produk unggulan lainnya yang dimiliki oleh Kabupaten Rohil yakni berasal dari sektor perkebunan. Malah, ada beberapa daerah di Kabupaten Rohil yang cukup potensial di sektor pengolahan dan perkebunan kelapa sawit. Sejumlah daerah tersebut yakni Kecamatan Bagansinembah, Simpangkanan, Pujud dan Tanahputih. Kendati cukup potensial, namun sektor perkebunan direncanakan tidak akan ditampilka pada pameran ekspo di Batam. Alasannya, sektor perkebunan sudah termasuk usaha yang mapan dan mandiri.

''Sektor perkebunan khususnya kelap sawit, dari segi pengolahan dan pemasarannya kan lancar-lancar saja. Begitu selesai di proses, Crude Palm Oil (CPO) yang sudah diproduksi itu, bisa langsung dipasarkan ke sejumlah daerah baik dalam maupun luar negeri. Lantaran dari proses pemasarannya yang tidak ada masalah itulah, kita menganggap sektor perkebunan khususnya kelapa sawit sudah termasuk usaha yang mapan dan mandiri,'' kata Herman Tambusai.

Kondisi seperti ini, tambah Herman Tambusai, sangat berbeda sekali dengan sektor pertanian dan tanaman pangan. Permasalahan di sektor pertanian tanaman pangan selalu muncul terutama disaat jumlah produksi mengalami peningkatan. Akibat dari meningkatkan produksi, menyebabkan harga gabah kering giling mengalami penurunan. ''Kalau harga gabah menurun, jelas para petani tidak akan mendapatkan keuntungan. Dan kondisi seperti ini, kerap terjadi,'' kata Herman Tambusai.(sah)

Senin, 18 Juni 2007

RUMPUT LAUT HASILKAN DEVISA DALAM WAKTU CEPAT

Tanggal : 18 Juni 2007
Sumber : http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=berita&view=1&id=BRT070619093301

Jakarta,18/6/2007 (Kominfo-Newsroom) - Rumput laut dapat diandalkan untuk menghasilkan devisa negara dalam waktu yang cepat karena umur tanamnya relatif pendek, mudah dibudidayakan, investasi relatf kecil, teknologi sederhana, menyerap tenaga kerja, potensi lahan untuk budidaya yang luas, dan bersifat massal.

Sebagai komoditas ekspor untuk kebutuhan industri, maka penyediaan bahan baku yang konsisten dan berkesinambungan baik dalam mutu maupun jumlahnya akan menjadi kunci keberhasilan, kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Departemen Kelautan dan Perikanan, Martani Huseini di Jakarta, Senin (18/6).

Kualitas rumput laut sangat tergantung dari kondisi lokal dimana muatan lokal lingkungan akan mempengaruhi sifat kimia dan fisika yang terkandung didalam keinginannya.

Misalnya rumput laut di Sumenep berbeda kualitasnya dengan Takalar (Sulsel) dengan spesifikasi unggulan masing masing, hal ini tentunya perlu ditunjang dengan keberadaan kebun bibit unggulan. Dengan keragaman tersebut diharapkan Indonesia akan menjadi pusat rumput laut dunia.

Selama ini hasil produksi rumput laut Indonesia sebagian besar masih diperdagangkan sebagai bahan baku, dan untuk itu perlu upaya untuk mengolah menjadi bahan lain yang bernilai lebih tinggi dan itu sedang dilakukan, agar nilai tambah yang dimiliki rumput laut dapat dimanfaatkan di dalam negeri.

Terkait dengan adanya kebijakan penghapusan PPN 10 persen bagi bahan baku industri agrobisnis diharapkan pengembangan industri pengolahan akan lebih meningkat, katanya

Menurut Martani, untuk lebih mendayagunakan dan mengembangkan industri rumput laut Indonesia sehingga menjadi usaha yang terintegrasi dan handal mulai dari hulu hingga hilir serta berdaya saing tinggi.

Maka seluruh unsur yang terkait di bidang rumput laut baik pemerintah maupun swasta perlu disatupadukan melalui penerapan strategi klaster rumput laut.

Perlu adanya kerjasama dengan pemahaman yang sama terhadap pengembangan diantara stakeholders dengan stakeholder daerah, dan dinas terkait sudah selayaknya memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mengembangkan rumput laut sebagai unggulan daerah.

Sementara Kasubdit Informasi Usaha dan Investasi Ditjen P2HP DKP Anny Kustantini mengatakan, Ditjen P2HP DKP tengah menerapkan konsep klaster rumput laut di beberapa sentra rumput laut, Klaster rumput laut mempunyai pengertian saling sinergi antar beberapa komponen penunjang dari suatu industri perumput lautan, dibentuk dalam rangka mengindustrikan rumput laut untuk menghasilkan nilai produk yang kompetitif dipasar global.

Tingkat keberhasilanya tergantung dari beberapa faktor kunci yaitu terciptanya kemitraan dan network, adanya inovasi, riset dan pengembangan SDM yang handal serta lokasi klaster.

Pengawasan bibit, masa panen, cara panen, peningkatan nilai tambah melalui pengolahan, jaminan pasar bahan setengah jadi akan dikelola dengan system terpadu, para pedagang yang biasanya berperan sebagai tengkulak akan disertakan sebagai prosesor dengan memanfaatkan peralatan dan pelatihan dari pemerintah.

Petani akan memperoleh bagian dari hasil panennya secara mingguan untuk mencegah panen sebelum waktunya. Industri penghela yaitu industri penghasil Semi Refined Carragenan/SRC, yang akan mengekspor produknya akan mendapat jaminan bahan baku baik secara kuantitas maupun kualitas, dimana dengan terjaminnya kualitas maka 50 persen peluang pasar telah terjamin. (T.Bhr/toeb/c)

Sabtu, 16 Juni 2007

Ekspor Ikan Jateng Capai USD23 Juta

Tanggal : 16 Juni 2007
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/jawa-tengah-diy/ekspor-ikan-jateng-capai-usd23-juta.html

SEMARANG (SINDO) – Nilai ekspor hasil-hasil perikanan di Jawa Tengah pada Januari- April 2007 mencapai USD23 juta. Ditargetkan hingga akhir tahun, ekspor meningkat 5% dibandingkan pencapaian tahun lalu sebesar USD70,6 juta.
”Untuk mendukung target, kami lebih memprioritaskan peningkatan mutu. Ini karena kualitas yang dipersyaratkan oleh negara-negara pengimpor ikan cukup tinggi,”kata Kasubdin Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Tengah Sartono Tirtodihardjo, kemarin. Peningkatan mutu yang dilakukan dari mulai pra produksi hingga hasil pemasaran.

”Peningkatan melalui official control dan ini sudah kami lakukan,” tegasnya. Untuk mendukung peningkatan mutu, pihaknya melakukan pembinaan kepada perusahaan- perusahaan yang mengekspor ikan. Ini penting mengingat banyak eksportir ikan di Jateng yang belum memiliki Sertifikasi Kelayakan Pengolahan (SKP). Tercatat dari 30 perusahan eksportir ikan di Jateng saat ini hanya delapan yang sudah punya SKP. ”Inipun kelasnya masih tergolong rendah,” ujarnya.

Seperti diketahui SKP terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas A, B, dan C. Di mana A, kelasnya paling tinggi dan C paling rendah. Tanpa SKP, eksportir akan dikenai internal suspect oleh pemerintah. Dan dengan internal suspect ini maka eksportir tidak diperbolehkan melakukan kegiatan ekspor sampai ada perbaikan dalam pengolahan. Selama ini beberapa produk unggulan ikan di Jateng yang diekspor di antaranya udang beku, tuna kaleng, ikan nila, dan rajungan.

Sedangkan negara-negara tujuan ekspor meliputi Amerika, Belanda, Singapura, Jepang, China, Jerman, Hongkong, Taiwan, dan Belgia. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Tengah Sulakso Sumardi mengatakan, peningkatan mutu memang suatu keharusan guna mendorong kegiatan ekspor ikan.

Mengingat dari hasil penangkapakan sekarang ini dianggap sudah jenuh, utamanya di daerah pantura. Meski begitu, untuk pantai selatan sebenarnya masih bisa dikembangkan hasil perikanan yang bisa berpotensi ekspor, misalnya udang. (alkomari)

Jumat, 15 Juni 2007

Tanggal : 15 Juni 2007
Sumber : http://www.gorontaloprov.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1191&Itemid=2

Pembangunan sektor perikanan dan kelautan di Prov. Gorontalo memberikan konstribusi cukup besar terhadap perekonomian masyarakat Gorontalo baik perikanan tangkap, perikanan budidaya maupun perikanan industri pengolahan hasil perikanan, dan pengembangan produk bernilai tambah tidak hanya bersumber dari pemanfaatan hasil-hasil perikanan tangkap tetapi juga dari hasil budidaya antara lain produk olahan rumput laut, ini dikatakan sekprov Idris Rahim saat membuka bimtek pengembangan produk bernilai tambah berbasis rumput laut di Hotel Citra, Jumat (15/6)

Rumput laut kata Idris Rahim merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia, disamping karena potensial dibudidayakan pada hampir seluruh wilayah perairan Indonesia, produk ini juga memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi, sebagian produksi rumput laut diekspor, namun sayang bentuk ekspor masih dalam bentuk gelondongan kering, sedangkan bentuk produk seperti agar-agar, karaginan dan alinate malah diimpor, sehingga nilai tambah dari pengolahan rumput laut tidak diperoleh dan malah menjadi perolehan bagi Negara tujuan ekspor rumput laut kering tersebut.

Olehnya kata Idris Rahim pengembangan produk bernilai tambah (PPNT) harus dilakukan secara komprehensif mulai dari penyediaan input bahan baku, bahan tambahan, teknologi pengemasan serta sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi yang cukup, pasalnya kata Idris Rahim, pengembangan industri pengolahan rumput laut tersebut akan besar manfaatnya antara lain membuka peluang usaha baru, peluang kerja baru, pendapatan tambahan dan membantu menghemat devisa Negara. ‘sehingga dengan bimtek ini bisa memberi keterampil dalam mengembangkan produk olahan rumput laut menjadi produk yang dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan keluarga serta meenciptakan produk olahan rumput laut Gorontalo yang mampu bersaing di pasar global’ harap Idris Rahim.

Sementara itu Kadis perikanan dan kelautan Prov. Gorontalo Dr. Ir. Nurdin Yusuf mengatakan bahwa upaya meningkatkan nilai tambah hasil usaha rumput laut nelayan sangat perlu dilakukan terutama pada sentra-sentra produksi dalam hal teknologi pengolahan rumput laut yang diharapkan dapat diterapkan pada pengolahan skala kecil dan menengah, ini semua dilakukan untuk meningkatkan nilai pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan sector-sektor lain

Sebelumnya Kepala seksi kelembagaan kemitraan Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Gorontalo Iswan Anwar melaporkan maksud dan tujuan bimtek ini adalah agar masyarakat nelayan mengetahui berbagai jenis olahan rumput laut sehingga akan memberi nilai tambah bagi komoditi produksi perikanan serta untuk meningkatkan minat masyarakat dalam mengembangkan produk nilai tambah hasil olahan rumput laut tersebut. Bimtek tersebut akan berlangsung selama 2 hari (tanggal 15-16 Juni) dan diikuti oleh 20 orang peserta dari kelompok pengolah rumput laut

Jumat, 01 Juni 2007

Budidaya Potensi Dikembangkan di Gugusan Kepulauan Arwah

Tanggal : 01 June 2007
Sumber : http://rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=1794


BAGANSIAPI-API (RP) - Selain memiliki potensi di sektor wisata alam bahari, Gugusan Kepulauan Arwah atau yang dikenal dengan sebutan pulau Jemur yang berada di perairan Kecamatan Pasirlimau Kapas, Kabupaten Rohil, tampaknya mempunyai peluang lain. Salah satu diantaranya berpeluang untuk dijadikan pusat pengembangan budidaya ikan terlebih yang memilki nilai ekonomis yang tinggi.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rohil, Ir H Amrizal kepada Riau Pos, Rabu (30/5) di Bagansiapi-api menjelaskan, menurunkan potensi di sektor perikanan yang terjadi belakangan, tampaknya perlu diambil berbagai kebijakan. Salah satu diantaranya memanfaatkan lokasi yang ada dengan menggunakan sistim keramba melalui program budidaya ikan. Melalui budidaya ikan tersebut diharapkan sektor pendapatan ekonomi masyarakat terlebih nelayan tradisional Kabupaten Rohil bisa sedikit terangkat.

Berkaitan dengan program budidaya ikan itu, tambah Amrizal, ternyata Kabupaten Rohil memiliki lokasi yang dianggap cocok. Diantaranya seperti terdapat di perairan Kecamatan Pasirlimau Kapas, Kubu, Bangko dan Sinaboi.

Khusus di Kecamatan Pasirlimau Kapas, daerah yang cocok untuk dikembangkan menjadi pusat kegiatan budidaya ikan yakni berada di perairan di Gugusan Kepulauan Arwah atau yang dikenal dengan sebutan pulau Jemur. Jenis ikan yang cocok untuk dibudidayakan di perairan Gugusan Kepulauan Arwah, diantaranya seperti kerapu dan kakap merah,'' kata Amrizal.

Ikan jenis kerapu dan kakap merah serta lainnya, lanjut Amrizal, memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sehingga, keberadaannya bisa meningkatkan dan mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat. ''Kita melihat, perairan di Gugusan Kepulauan Arwah itu, sangat potensi sekali untuk pengembangan budidaya ikan. Hanya saja, dalam merealisasikannya, kita sangat memerlukan kehadiran investor untuk dapat menanamkan modalnya di Rohil ini. Karena, percepatan perkembangan suatu daerah, pada prinsipnya tidak terlepas dari peran serta pihak ketiga yang salah satu diantaranya investor,'' kata Amrizal.

Berkaitan dengan hal itu, tambah Amrizal, pihaknya membuka diri bagi investor yang berminat untuk mengembangkan usaha di sektor budidaya ikan. ''Kalau ada investor yang berminat untuk menanamkan usahanya di sektor perikanan, maka kita akan berusaha semaksimal mungkin membantunya. Perlu untuk diketahui, sudah ada investor yang membuka usaha di Rohil yang bergerak di bidang budidaya seperti yang dilaksanakan di Panipahan. Kalau memang ada yang berminat untuk mengembangkan usaha budidaya di perairan Gugusan Kepulauan Arwah, kita siap membantunya,'' kata Amrizal.(sah)