Rabu, 29 Agustus 2007

PRODUK LAUT KIM BAHARI SURABAYA RAUP RP 9 JUTA

Tanggal : 29 Agustus 2007
Sumber : http://www.d-infokom-jatim.go.id/news_kim.php?id=33


Produk unggulan hasil laut seperti kerupuk terung, teripang, dan kulit kakap di stan pameran Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Bahari, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya laris terjual. Pameran KIM II di Jember 27-29 Agustus maraup pendapatan sekitar Rp 9 juta.

Menurut Ketua KIM Bahari Kecamatan Bulak Kota Surabaya, H Djunis Kalim St Bt Sati ditemui di stand arena pameran Gedung Serbaguna Kaliwates Jember, Rabu (29/8) pameran kali ini membawa sekitar 350 kilogram produk hasil laut dan lebih banyak dari tahun lalu yang hanya 300 kilogram.

Pada pameran KIM I di Mojosari tahun lalu, selama sepekan kelompoknya membawa pulang keuntungan sekitar Rp 20 juta. Hasil keuntungan digunakan mengembangkan usaha. “Saya berharap bisa meraup keuntungan lebih besar pada pameran KIM kali ini. Syukur-syukur dapat melebihi dari pameran di Mojosari Kabupaten Mojokerto,” ujarnya.

Djunis menyampaikan rasa kekecawaannya, karena informasi pelaksanaan pekan KIM II baru diterima pada Sabtu (25/8) lalu dan hanya mandapat bagian satu stand saja. “Kepada panitia penyelenggara, kami mengusulkan untuk memperbanyak promosi jika akan mengadakan pekan KIM pada tahun mendatang,” katanya.

Stand KIM Bahari memang terlihat paling ramai dikunjungi penonton di antara stand-stand yang lain, selain harganya terjangkau, produk yang dijual enak untuk camilan maupun untuk luk pauk.
Haga satu ons teripang dijual dengan harga Rp 10.000. demikian juga kerupuk terung dan kerupuk kulit kakap. Sedangkan telur terung harganya sedikit lebih mahal yakni Rp 15.000/1ons.

Hal itu dibenarkan salah seorang pembeli asal Jember, Siti Soliha (37). Ibu yang datang ke pameran bersama suami dan tiga orang putrinya itu mengaku gemar mengkonsumsi produk-produk hasil laut. Selain enak dan murah, produk hasil laut sangat baik bagi pertumbuhan anak.

Selain memproduksi hasil laut, kegiatan KIM Bahari yang beranggotakan 20 orang juga membudidaya ikan, penyuluhan Narkoba, dan koperasi simpan pinjam.

Senin, 13 Agustus 2007

Produk Unggulan Perikanan Bappeda Ogan Hilir

Tanggal : 13 Agustus 2007
Sumber : http://bappeda.oganilirkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=28&Itemid=52


Jenis alat tangkap yang di pergunakan, antara lain jaring insang hanyut, jaring insang tetap, serok, anco, rawai, pancing, kilung/corong/langsatan, bubu, tuguk, jaring apung dan lain-lain.

Indralaya sebagai reservart, sedangkan potensi usaha perikanan meliputi budidaya ikan patin dalam keramba di sepanjang sungai Ogan dan budidaya ikan dalam kolam (patin, gurami dan Nila Merah ). serta budidaya ikan dalam empang terutama ikan patin jambal.

Produksi ikan terbesar diperoleh dari hasil ikan tangkap pada perairan rawa / lebak lebung yang biasanya panen menjelang musim kemarau sampai awal musim hujan. Produk unggulan perikanan meliputi produk ikan patin segar, aneka ikan asin, aneka ikan salai, dan produk abon ikan. Jenis Ikan yang diproduksi di kabupaten Ogan Ilir tahun 2005 yang terbanyak adalah Ikan lele, patin, toman, nila dan gurami.

Rumput Laut Jadi komoditas Unggulan

Tanggal : 13 Agustus 2007
Sumber : http://ikm.depperin.go.id/PublikasiPromosi/KumpulanArtikel/tabid/67/articleType/ArticleView/articleId/14/Rumput-Laut-Jadi-komoditas-Unggulan.aspx


Rumput laut bisa dijadikan sebagai komoditi unggulan bagi Indonesia. Pasarnya masih sangat potensial. Menurut data dari Ditjen Perikanan, saat ini hasil budidaya rumput laut Indonesia berada di posisi tiga dunia setelah Philipina dan China. Sedang untuk hasil produksi agar-agar, Indonesia menempati posisi kedua setelah Chilie. Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, rumput laut saat ini termasuk satu dari 10 komoditas ekspor yang menjadi primadona. Pada 2005, sebanyak 23.648 ton rumput laut diekspor ke berbagai negara dengan nilai ekspor mencapai US$ 4,5 juta. Selain diekspor, sebagian produksi rumput laut digunakan untuk memenuhi permintaan industri dalam negeri. Sejumlah negara seperti China, Singapura, dan beberapa negara di Eropa, menjadi tujuan ekspor rumput laut asal Sulsel. Tingginya permintaan ekspor ini jauh melebihi produksi rumput laut Sulsel. Pada 2005 produksi rumput laut Sulsel baru mencapai 50.000 ton.

Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa China kira-kira tahun 2700 SM. Saat itu rumput laut dimanfaatkan sebagai sayuran dan obat-obatan. Lantas dalam perkembangan pada tahun 65 SM, bangsa Romawi menggunakannya sebagai bahan baku kosmetik. Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan tentang rumput laut juga makin berkembang, oleh Spanyol, Perancis dan Inggris rumput laut dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gelas. Sedangkan di Irlandia, Norwegia, dan Scotlandia rumput laut diolah menjadi pupuk tanaman.

Saat ini rumput laut telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri agar-agar, keragenan, alginat, dan furselaran. Produk hasil ekstraksi rumput laut banyak digunakan sebagai bahan pangan, bahan tambahan, atau bahan pembantu dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat, dan lain-lain. Selain itu rumput laut juga digunakan sebagai pupuk dan komponen pakan ternak atau ikan. Melihat begitu besar manfaat dan kegunaannya tidak salah jika rumput laut sebagai komoditas perdagangan yang prospeknya makin cerah, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun kebutuhan ekspor. Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi rumput laut, maka pengembangan industri pengolahan rumput laut merupakan salah satu alter natif yang perlu diwujudkan. Perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia sebagai bahan pangan dimulai pada 1930, yakni dalam pembuatan agar-agar. Baru kemudian pada 1989 dikembangkan industri keragenan dan selanjutnya pada 1993 berkembang industri alginat.

Sebagai agro based industry sebenarnya industri pengolahan rumput laut di Indonesia punya prospek bagus, karena tersedianya sumber bahan baku yang melimpah, sumberdaya manusia, dan teknologi ser ta peluang pasarnya cukup besar baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. Untuk mewujudkan industri pengolahan rumput laut sebagai agro based industry bukan pekerjaan mudah. Syarat utamanya, adalah terjalinnya sinergi yang baik antara faktor-faktor terkait, dan yang terpenting adalah adanya dukungan pemerintah.

Kamis, 09 Agustus 2007

Manisan Asam Kelubi Masih Diminati

Tanggal : 09 Augustus 2007
Sumber : http://rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=2131

BAGANSIAPI-API (RP) ---- Bagi masyarakat yang berasal dari sejumlah daerah di Kabupaten Rohil, cemilan tradisional seperti manisan asam kelubi sudah tidak asing lagi. Dimana, setiap lebaran Idul Fitri, manisan asam kelubi mudah ditemukan di setiap rumah-rumah masyarakat.

Malahan, setiap kegiatan lainnya terlebih pada pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) baik tingkat kecamatan hingga provinsi Riau, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rohil selalu menampilkan manisan asam kelubi. Hanya saja, tidak banyak yang mengetahui sampai sejauhmana asam kelubi diproses menjadi manisan yang siap saji.

Asam kelubi merupakan tanaman liar yang tumbuh di dalam hutan. Asam kelubi tersebut, oleh masyarakat disebut dengan istilah buah salak hutan. Karena, mulai dari bentuk kulitnya, asam kelubi mirip sekali dengan buah salak. Hanya saja bedanya, salak memiliki bentuk buah yang cukup besar. Karena sifat keasamannya yang cukup khas, asam kelubi selalu dipergunakan untuk ramuan sambal terasi atau dikenal dengan sebutan sambal belacan.

Asam kelubi yang dipergunakan untuk dijadikan manisan, tampaknya tidak asal-asalan saja. Buah asam kelubi yang ideal untuk dijadikan manisan tersebut, tidak dalam kondisi yang terlalu tua atau sebaliknya. Bila sudah menemukan asam kelubi yang ideal untuk dijadikan manisan, maka prosesi pembuatannya segera dapat dilaksanakan. Langkah pertama yang dilakukan, yakni asam kelubi tersebut harus dipisahkan dari kulitnya. ?Usai mengupas kulitnya, dilanjutkan dengan pembuangan kulit ari yang menempel di dinding asam kelubi. Seiring dengan hal itu, dinding asam kelubi ditusuk-tusuk yang maksudkan untuk mengurangi kadar air asam yang ada di dalamnya. Prosesi penusukan tersebut dilakukan sesuai dengan keinginan. Dalam artian, harus ditusuk beberapa kali. ''Sebenarnya, kulit arinya boleh dibuang juga boleh tidak. Semuanya tergantung dari keinginan,'' kata Wati (35) salah seorang warga Bagansiapi-api.

Usai ditusuk-tusuk, asam kelubi tersebut direndam dengan air bersih selama tiga hari berturut-turut. Perendaman selama tidak hari tersebut dimaksudkan agar buah asam kelubi tersebut bisa lengkang atau lepas dari bijinya apabila sudah disantap. Ketika dilakukan perendaman, jangan lupa berikan garam dapur yang komposisinya disesuaikan dengan banyak atau sedikitnya manisan asam kelubi yang akan diolah.

Setelah direndam selama tiga hari, asam kelubi direbuskan sampai matang dan ditiriskan. Seiring dengan prosesi penirisan, dilanjutkan dengan pembuatan rebusan air gula pasir. Bila rebusan air gula pasir sudah benar-benar rata dengan artinya tidak lagi menemukan ada gula pasir yang tidak larut, maka secara perlahan, buah asam kelubi yang sudah ditiriskan kembali dimasukan ke dalam air gula untuk direbus yang kedua kalinya. Setelah direbus dengan air gula, maka asam kelubi sudah berganti nama menjadi manisan asam kelubi.

''Manisan asam kelubi itu merupakan cemilan tradisional yang sampai sekarang ini masih ditemukan di kota Bagansipi-api terutama pada saat lebaran. Mengingat kondisinya yang bersifat tradisional itulah, maka dalam Riau Expo, kita menampilkan manisan asam kelubi ini,'' kata Camat Bangko, Roy Azlan.

Selain permintaan dari dalam cukup tinggi terutama menjelang lebaran, masyarakat yang berada di negara tetangga Malaysia seperti di Port Klang dan sekitarnya, boleh dikatakan telah keranjingan untuk dapat menikmati manisan asam kelubi. Apalagi, sebagian besar masyarakat di Port Klang, Malaysia tersebut memiliki sanak saudara yang ada di Kabupaten Rohil terutama di kota Bagansiapi-api dan sekitarnya.

''Biasanya dua atau satu minggu jelang lebaran Idul Fitri, prosesi pembuatan manisan asam kelubi segera dimulai. Setelah dibuat, manisan asam kelubi ini dibagi-bagi kepada semua sanak keluarga kita. Malahan, sampai ke Port Klang, Malaysia sana. Mengirim manisan asam kelubi ke Port Klang itu sudah boleh dikatakan mentradisi sekali,'' kata Rohaya (55) warga Bagansiapi-api.(Syahri Ramlan)