Senin, 03 November 2008

DKP DAN KORSEL JAJAKI KEMBANGKAN BIODISEL DARI RUMPUT LAUT

Tanggal: 3 November 2008
Sumber: Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi, Dr. Soen’an H. Poernomo, M.Ed.
Rumput laut sebagai sumber alternatif energi merupakan hal baru yang harus didukung dan dikembangkan. Mikro alga sebagai biodisel dinilai lebih kompetitif dibandingkan komoditas lainnya. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menjajaki kerjasama dengan Korea Institute of Industrial Technology (KITECH) sebelum mengikuti the 2nd International Bionergy Forum di Seoul, Korea Selatan (30/10).

Kerjasama ini mempertemukan kebutuhan dan potensi dua pihak yang saling menguntungkan. Korea Selatan telah memiliki teknologi untuk memanfaatkan rumput laut sebagai sumber energi, lengkap dengan grand strategy, road map, model dan kegiatannya. Hal ini dipicu oleh kebutuhan yang sangat besar tentang energi, tapi tidak didukung oleh ketersediaan sumberdaya alam di negerinya. Bahan untuk kebutuhan rumput laut tentu memiliki keterbatasan. Dilain pihak, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan pantai yang panjang serta iklim yang hangat sepanjang tahun menyediakan potensi yang besar untuk menyediakan rumput laut sebagai bahan pembuatan bio-energi. Hanya saja, teknologi untuk itu belum dimiliki sehingga membutuhkan mitra untuk saling meraih keuntungan, jangka menengah dan jangka panjang.

Paradigma melihat bahan bakar energi energi sebetulnya dapat dilihat dari perubahan berganti-ganti melalui lima paradigma. Pada awal 1940, negara besar berupaya memperoleh wilayah yang kaya minyak. Termasuk Jepang yang mengincar Asia Tenggara, sehingga menyulut perang dunia di Asia Pasifik dengan Amerika dan sekutunya. Periode kedua, adalah pada saat terjadi perang teluk tahun 1970-an. Krisis minyak terjadi, harganya melonjak tinggi tapi dengan penemuan teknologi baru dan perdamaian dapat diwujudkan, harga minyak mulai normal. Selanjutnya pada tahun 1990-an, masyarakat dunia mulai menyadari adanya ancaman pemanasan bumi (global warning). Kebutuhan terhadap sumber energi yang bersih dibutuhkan, maka diberbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi banyak berlomba menemukan clean technology (teknologi yang bersih). Saat ini, yaitu mulai tahun 2000-an, saatnya masyarakat menggunakan paradigma kelima, yakni mulai menerapkan teknologi biomassa yang terbarukan dan berkelanjutan (renewable and sustainable technology). Dan ini termasuk bioenergi dari rumput laut.

Kerjasama yang akan dikembangkan oleh DKP dan KITECH adalah penelitian, pengembangan serta penerapan bio-teknologi kelautan dan pembangunan lingkungan, dengan ruang lingkup kerjasama meliputi: pengembangan bio-teknologi kelautan dan lingkungan, pertukaran data dan informasi, pertukaran pakar dan peneliti, melibatkan para peneliti dalam workshop dan penelitian bersama, pengembangan budidaya dan pasca panen perikanan, membangun kapasitas sumberdaya manusia melalui program pendidikan dan pelatihan, mengembangkan pemanfaatan spesies alga yang lebih luas dan metode budidayanya, penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan metode budidaya, alih teknologi dalam pengembangan teknologi baru budidaya rumput laut, pembangunan fasilitas produksi baru, dan kenyamanan dalam pemeliharaan dalam budidaya rumput laut.

Pemanfaatan alga sebagai biodisel sebetulnya menjawab pertentangan dua kutub dalam memanfaatkan biodisel yang berasal dari tanaman daratan, yaitu kutub yang berorietasi pada penggunaan lahan untuk pangan dan kutub yang cenderung mengkonversi lahan untuk bahan baku biodisel dari tanaman sebagai energi terbarukan. Keberadaan rumput laut sebagai sumber energi alternatif tidak akan mengganggu pemanfaatan lahan daratan.

Rumput laut pantas menjadi komoditas utama dalam program revitalisasi perikanan di samping udang dan tuna, karena beberapa keunggulannya, antara lain: peluang ekspor terbuka luas, harga relatif stabil, belum ada quota perdagangan bagi rumput laut; teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai; siklus pembudidayaannya relatif singkat yakni hanya 45 hari, sehingga cepat memberikan keuntungan; kebutuhan modal relatif kecil; merupakan komoditas yang tak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya; usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Kegunaan rumput laut sangat luas, dan dekat sekali dengan kehidupan manusia.

Saat ini sumber energi dunia masih didominasi oleh sumber yang tidak terbarukan (minyak, batubara dan gas), yakni sekitar 80,1%, dimana masing-masing adalah minyak sebesar 35,03%, batubara sebanyak 24,59% dan gas 20,44%. Sumber energi terbarukan, tapi mengandung resiko tinggi adalah energi nuklir sekitar 6,3%. Sumber energi yang terbarukan baru sekitar 13,6%, terutama biomassa tradisional sekitar 8,5%. Yang tergolong terbarukan disini termasuk tenaga surya, angin, tenaga air, panas bumi dan bio-energi. Keuntungan penerapan bionergi sudah jelas, yakni: (1) terbarukan dan berkelanjutan, (2) bersih dan efisien, (3) netral dari unsur karbon, malah bisa berdampak negatif terhadap karbon, (4) dapat menggantikan bahan bakar minyak untuk transportasi, (5) mengurangi pemanasan global (global warning) dan pencemaran udara, pencemaran air, dan (6) menjawab ketergantungan pada energi yang tak terbarukan.

Rabu, 29 Oktober 2008

Indonesia Penghasil Rumput Laut Terbesar

Tanggal: 29 Oktober 2008
ANTARA
MAKASSAR -- Indonesia sejak 2005 menjadi penghasil terbesar rumput laut jenis euchema dan gracilaria, karena produksi komoditi tersebut trennya terus meningkat. "Indonesia telah jadi nomor satu penghasil rumput laut, dan trennya akan terus meningkat," kata pakar rumput laut Kanada Dr Ian C Neish dalam Forum Rumput Laut Indonesia di Makassar, Rabu.Neish mengatakan, dari 1,2 juta ton rumput laut kering yang dihasilkan secara global per tahun, sebesar 50 persen dari Indonesia dan 35 persen dari Filipina. "Saat ini produksi rumput laut Indonesia terus meningkat, sementara Filipina terus menurun," kata pakar yang baru saja mendapat penghargaan dari Masyarakat Rumput Laut Indonesia karena perannya memperkenalkan rumput laut Indonesia ke masyarakat internasional.Melihat luasnya kawasan laut Indonesia yang bisa ditanami rumput laut, maka tren peningkatan produksi rumput laut itu bisa terus ditingkatkan karena pasar dunia masih terbuka. Neish juga memperkenalkan tiga kunci bagi inovasi pengembangan tanaman yang menjadi bahan baku berbagai produk makanan dan farmasi tersebut.Menurut dia, yang pertama perlu dilakukan ialah mencari kultiva atau jenis baru, karena sekarang ini juga ditemukan jenis baru yang menjanjikan dan pasti ada jenis lain. Yang kedua, Indonesia perlu segera memperbanyak ragam proses untuk mengolah rumput laut, baik dalam bentuk padat, kering, dan cair. Ketiga, menjadikan pengembangan rumput laut dalam satu kawasan pengembangan akuakultur.Forum Rumput Laut Indonesia, yang berlangsung pada 28-29 Oktober, merupakan ajang pertukaran informasi mengenai rumput laut yang diikuti sejumlah peneliti dan dari sejumlah negara. ant/is

DKP DORONG RUMPUT LAUT SEBAGAI SUMBER PANGAN DAN ENERGI

Tanggal: 29 Oktober 2008
Sumber: MUKHTAR A,Pi
Rumput laut merupakan salah satu komoditas strategis dalam program revitalisasi perikanan di samping udang dan tuna. Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut seluas 1.110.900 ha, tetapi pengembangan budidaya rumput laut baru memanfaatkan lahan seluas 222.180 ha (20% dari luas areal potensial). Jenis rumput laut yang banyak diminati pasar adalah jenis Euchema spinosum, Euchema cottonii dan Gracilaria sp. Selain sebagai sumber pangan, berdasarkan hasil penelitian rumput laut juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, yaitu sebagai bahan untuk biofuel. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi pada pembukaan Seaweed International Business Forum and Exhibition Kedua di Makassar, Sulawesi Selatan (28/10/08).

Keberadaan rumput laut sebagai sumber alternatif energi merupakan hal baru yang harus didukung dan dikembangkan. Mikro alga sebagai biodisel dinilai lebih kompetitif dibandingkan komoditas lainnya. Dimana, 1 ha lahan mikro alga dapat menghasilkan 58.700 liter (30% minyak) pertahunnya atau jauh lebih besar dibandingkan jagung (172 liter/tahun) dan kelapa sawit (5.900 liter/tahun) . Selain itu, mikro alga juga tidak dihadapkan pada masalah baru pada saat didorong sebagai sumber energi karena rumput laut tidak dikonsumsi setiap hari, dan budidayanya tidak memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu, selain sebagai sumber pangan keberadaan rumput laut sebagai sumber energi dan industri kosmetik harus terus dipromosikan.

Rumput laut pantas menjadi komoditas utama dalam program revitalisasi perikanan di samping udang dan tuna, karena beberapa keunggulannya, antara lain: peluang ekspor terbuka luas, harga relatif stabil, belum ada quota perdagangan bagi rumput laut; teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai; siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan keuntungan; kebutuhan modal relatif kecil; merupakan komoditas yang tak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya; usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Kegunaan rumput laut sangat luas, dan dekat sekali dengan kehidupan manusia.

Produksi rumput laut secara nasional pada tahun 2005 mencapai 910.636 ton, dan meningkat menjadi 1.079.850 ton pada tahun 2006. Angka ini merupakan angka yang cukup signifikan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, yakni 933,000 ton untuk sasaran tahun 2005, dan 1.120.000 ton sasaran pada tahun 2006. Dalam program revitalisasi perikanan budidaya sasaran produksi rumput laut pada tahun 2009 adalah sebesar 1.900.000 ton. Oleh karenanya, strategi pencapaiannya ditempuh melalui pola pengembangan kawasan dengan komoditas Euchema sp. dan Gracilaria sp. Luas lahan pengembangan yang diperlukan sampai tahun 2009 adalah sekitar 25.000 ha, dimana seluas 10.000 ha untuk Gracilaria sp., dan 15.000 ha untuk Euchema sp.

Pengembangan komoditas rumput laut memerlukan investasi dan modal kerja sebesar Rp.70.984 juta per ha-nya dengan rincian Rp. 2.774 juta untuk Gracilaria sp., dan Rp. 68.210 juta untuk Euchema sp. Untuk penyediaan bibit maka akan dilakukan pengembangan kebun bibit di sentra-sentra/ pusat pengembangan kawasan, yakni di Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalsel, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sultera, Maluku dan Papua. Disamping itu akan dilakukan pengaturan pola tanam serta perbaikan mutu pasca panen dengan penyediaan mesin pre processing yang diperkirakan mencapai 150 unit. Dengan pengembangan tersebut diperkirakan akan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 255.000 orang.

Berpijak pada kondisi inilah, DKP mengajak beberapa negara untuk berinvestasi dalam bisnis rumput laut. Selain itu, kehadiran para narasumber dari beberapa negara tersebut diharapkan dapat menciptakan alih teknologi pengolahan rumput laut. Kedepan Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah rumput laut, tetapi menjadi negara terbesar ekspor hasil olahan rumput laut. Kegiatan Seaweed International Business Forum and Exhibition juga diharapkan dapat menjadi jembatan dalam rangka meningkatkan investasi bisnis rumput laut di Indonesia, meningkatkan penguasaan teknologi budidaya dan pengolahan rumput laut untuk memproduksi dengan nilai tambah yang lebih tinggi, meningkatkan kerjasama dan networking antar pelaku bisnis, meningkatkan ekspor produk rumput laut Indonesia serta memperlihatkan eksistensi Indonesia pada percaturan rumput laut dunia.

Rabu, 22 Oktober 2008

Ikan Maluku Diekspor Melalui Bali

Tanggal: 22 Oktober 2008
Ambon - Teryata selama ini, ikan-ikan yang diekspor dari Bali dipasok dari Maluku. Ungkapkan kekesalan ini nampak pada raut wajah Gubernur Maluku, Karel Alberth Ralahalu. Betapa tidak, selama ini Maluku sebagai provinsi penghasil ikan terbesar di Indonesia, hanya bisa menjadi pengekspor lokal."Ternyata semua ikan di Maluku di kumpul di Bali, baru kemudian di ekspor ke seluruh dunia. Ini kan aneh,” ujar Ralahalu, kepada wartawan di kantor Gubernur Maluku, Rabu (22/10/2008).Sebagai pusat ikan, kondisi ekspor yang dilakukan saat ini, merupakan masalah serius yang mesti dibenahi segera. "Kita akan membenahi persoalan ekspor ikan ini. Jika tidak, sangat merugikan Maluku," tandasnya.Saat ini, Pemda Maluku sedang tengah menjajaki kerjasama dengan Jepang. "Kami di undang duta besar Jepang untuk Indonesia guna membicarakan persoalan pembangunan perikanan di Maluku, termasuk sumberdaya manusianya," ungkap Gubernur.Dikatakan, Jepang dulunya disebut sebagai negara bahari dan penangkap ikan terbesar di dunia. "Kondisinya sekarang sudah terbalik. Saat ini Jepang yang menguasai manajemen pemasaran hasil-hasil perikanan di seluruh dunia, termasuk Indonesia," papar Ralahalu.Saat berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu, pihaknya mengaku bingung. "Harga ikan di Indonesia apalagi Maluku, sangat jauh dibanding dengan harga ikan di Jepang. Ikan di sana paling mahal," ungkapnya lagi.(han/djo)

Senin, 09 Juni 2008

Pesona Kain Pesisir

Tanggal : 8 april 2008
Pesona Kain Pesisir KAIN tradisional Indonesia tengah berjaya. Para desainer kini merancang kain tradisional menjadi busana kontemporer agar lebih mudah menjangkau masyarakat. Salah satu organisasi yang tak lelah mencuatkan kain tradisional adalah organisasi Rumah Pesona Kain (RPK). Setelah sukses menggelar pameran dan pergelaran busana bermateri kain nasional, RPK kembali menyelenggarakan kegiatan serupa. Namun, kali ini mereka mencoba memberi pendekatan yang berbeda dengan menghadirkan kain pesisir sebagai bintang utama. Bertajuk "The Enchanting Chinese Influences in Indonesian Textiles", pergelaran tersebut juga bertujuan untuk memeriahkan tahun baru Imlek 2008. Ketua RPK Ike Nirwan Bakrie mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan organisasinya tersebut didasari keinginan untuk terus melestarikan kain Nusantara dan meningkatkan apresiasi masyarakat atas kain tradisional. "Menyemarakkan tahun baru Imlek 2008, kami sengaja mengangkat pesona kain pesisir," sebutnya. Ike mengatakan, kain pesisir dipilih karena banyak dipengaruhi kebudayaan China yang tidak kalah indah dengan kain batik lainnya. "Melalui tema ini diharapkan apresiasi masyarakat terhadap kain tradisional makin meningkat, terutama untuk kain pesisir," ucap Ike. Karena itu, dalam kegiatan yang dihelat di Nan Xiang Restaurant, Hotel Sultan Jakarta, RPK tidak hanya menampilkan koleksi busana besutan Stephanus Hamy dan Ghea Panggabean, juga mengadakan pameran kain pesisir dan kebaya encim dari Keluarga Damais dan Afif Syakur.
Di mata para desainer, kain pesisir memang memiliki keistimewaan tersendiri. Dibandingkan kain batik lainnya, batik pesisir mempunyai kombinasi warna yang kaya dan lebih membumi. Dalam arti, banyak dikenakan masyarakat. Hal itu juga yang membuat kain pesisir lebih mudah diolah. Seperti pada koleksi milik Stephanus Hamy. Masih menghadirkan tema musafir dari koleksi sebelumnya, Hamy mempersembahkan citra kontemporer dalam sentuhan oriental yang tegas. Kombinasi unik antara aksen pleats, bahan rajut, dan kain batik berwarna cerah menimbulkan efek yang luar biasa cantik, sekaligus etnik. Ragam babydoll tampil manis dengan detail opnaisel. Sementara blus dan jas terlihat dinamis dengan sentuhan era 1950-an ala Jackie-O. Untuk mempercantik koleksinya, Hamy menambahkan detail korsase, pita, dan obi. Sebagai padanannya, Hamy memberikan banyak variasi, mulai hotpants, rok pendek, hingga rok panjang bergaya gipsi. Sementara, mereka yang menyukai gaya feminin tidak ketinggalan dimanjakan Hamy lewat koleksi terusan dan wrapdress yang juga hadir dalam nuansa cerah. Untuk motifnya, kebanyakan Hamy memilih motif floral maupun hewan. Sesekali desainer yang terkenal akan desain eksotisnya ini juga menampilkan kebaya Jawa bercorak lereng. Semua itu ditampilkan dalam ciri khas Hamy, yakni feminin dan penuh lipit. Berbeda dengan Ghea Panggabean yang menampilkan koleksi etnik dalam nuansa yang kental. Menurut desainer berdarah Indo-Belanda ini, koleksinya merupakan perpaduan antara gaya tempo dulu dan inspirasi masa kini. "Saya selalu terinspirasi dari warisan budaya nenek moyang yang beragam, termasuk jenis tekstilnya," ujar desainer kelahiran Rotterdam, Belanda, tahun 1955, ini. Namun, koleksinya ditampilkan lebih modern. Kain batik pesisir dipadukannya dengan kebaya encim antik, baju kurung, baju bodo, dan kebaya khas Padang. Desainer yang dulu bercita-cita menjadi pelukis ini tidak lupa memasukkan kesan Oriental lewat rok bergaris budaya Tionghoa peranakan. (sindo//tty)

Jepa, Makanan Khas Suku Mandar : Lebih Sedap Disantap dengan Sayur Ikan

Tanggal : 2 November 2007
JEPA, makanan pokok suku Mandar tampaknya masih bertahan dikawasan pesisir Kabupaten Kotabaru. Bagi warga suku ini, jepa menggantikan nasi sebagai makanan pokok kebanyakan orang Indonesia.
Meski sudah mendiami kawasan pesisir Kotabaru hingga beberapa generasi, namun makanan pokok jepa masih bertahan.

Kepala Desa Tanjung Kunyit, Kecamatan Pulau Laut Barat Husaini bersama anaknya Syaiful tampak lahap menyantap jepa. Sepuluh biji jepa berbentuk lempengan tipis bundar berdiameter sekitar 20 sentimeter dengan tebal setengah sentimeter terhidang di atas piring.

Syaiful terlihat lahap menyantapnya. Tangannya juga sigap mengambil ikan sayur sebagai lauk jepa. Ya, jepa adalah makanan khas suku Mandar, yang terbuat dari singkong. Untuk membuatnya tidak terlalu rumit.

Singkong yang sudah dikupas kulitnya, ditumbuk sampai halus, kemudian disaring menjadi butiran kecil. Butiran kecil singkong ini dimasak di atas loyang dari tanah. Dimasak menggunakan kayu bakar diyakini masyarakat setempat membuat cita rasa jepa lebih khas.

Memasaknya pun cukup dengan waktu lima menit untuk setiap lempengan. Biasanya warga setempat menyantap jepa untuk sarapan, makan siang maupun makan malam.

"Silahkan makan nasinya saja, karena biasanya kalau orang tidak biasa makan jepa bisa sakit perut," kata Husaini kepada BPost, yang malam itu ikut bersantap dirumahnya.

Bahan baku jepa tidak sulit didapat, karena di pulau Tanjung Kunyit hampir semua warga menanam singkong di kawasan perbukitan.

Sayangnya, saat ini banyak perkebunan singkong yang rusak karena hama monyet. Singkong yang sudah mulai berisi dicongkel dari tanah oleh monyet sehingga rusak. Bahkan monyet di pulau itu tidak hanya menyerang kebun singkong tapi juga kebun kelapa dan pisang.

Setiap sore terlihat aktivitas warga mengupas singkong dan menumbuknya. Hampir semua warga setempat masih memakan jepa sebagai makanan pokok. Bahkan di pulau tersebut ada warga yang sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia dan setiap hari berbahasa Mandar. dhonny harjo saputro

Peyek Jingking Makanan Khas Pesisir Bantul

Tanggal : 3 Mei 2008
Seorang teman bertanya — Masih ingat dengan peyek jingking? — ya, peyek (rempeyek) makanan khas pesisir pantai Bantul, Yogyakarta. Simbok-simbok penjaja peyek jingking ini banyak ditemui bila anda mengunjungi Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok hingga Pantai Samas.

Soal rasa, pastinya renyah seperti jenis peyek lainnya. Saya sendiri sudah lupa kapan terakhir kali makan peyek jingking. Kalaupun berkunjung ke pantai biasanya sebagai fotografer amatiran, merekam suatu kegiatan seperti Perayaan Melasti yang lalu. Jarang membeli makanan khas pesisir itu, namun aktivitas penjaja peyek jingking tak luput dari bidikan kamera saya.

Lalu, apakah jingking itu? mengutip sebuah artikel :

Jingking adalah jenis binatang (hexapoda) yang hidup di pantai berpasir. Sumber setempat mengatakan bahwa jingking adalah anak kepiting pantai atau bayi kepiting yang besaran tubuhnya baru seukuran kacang hijau. Jadi, ketika binatang ini digoreng dalam adonan peyek wujudnya seperti peyek kacang kedelai.

Sedangkan undur-undur adalah binatang jenis udang-udangan yang juga termasuk hexapoda dengan tubuh sebesar ibu jari. Binatang ini mempunyai kulit punggung yang agak keras seperti kepiting. Namun daging binatang ini gurih dan putih kemerahan seperti daging udah atau kepiting. Rasa daging dari binatang ini juga gurih dan sedikit kenyal (persis daging udang).
Biasanya undur-undur diolah dengan cara dibuat rempeyek, digoreng seperti kacang bawang, atau dioseng-oseng. Undur-undur bisa diolah tanpa tepung karena bentuknya yang relatif besar dibandingkan jingking yang hanya sebesar kacang hijau. Jadi undur-undur bisa digoreng lepas seperti kacang mete atau kacang tanah.
Anda ingin mencoba rasa peyek jingking? Luangkanlah waktu, berwisata ke Pantai selatan Bantul, Yogyakarta.

Minggu, 01 Juni 2008

Rumput Laut Bisa Menjadi Komoditas Unggulan

Tanggal : 30-01-2008
Sumber : http://www.tribunkaltim.com/Bontang/Rumput-Laut

BONTANG, TRIBUN-

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bontang di tahun 2008 diprediksi akan melebihi angka Rp 900 miliar. Dari angka sebesar itu, hanya dua persen yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebagian besar berasal dari dana bagi hasil minyak dan gas. Diprediksi 30 tahun mendatang, APBD Bontang akan susut drastis bila tak ada antisipasi sejak dini Bontang pasca-gas.

Tiga puluh tahun lagi, gas yang menjadi bahan baku dua perusahaan besar di Bontang PT Pupuk Kaltim dan PT Badak NGL diprediksi akan habis. Oleh karena itu, sudah seharusnya Bontang mempersiapkan diri agar tak ikut 'habis' pasca-gas.

"Menurut saya, segera Pemkot menyusun program untuk menghadapi Bontang pasca-gas," kata Dimyati Hartono, Pakar Hukum Laut Internasional, yang menjadi pembicara di seminar nasional bertajuk "Quo Vadis Bontang Pasca-Gas?" yang digagas oleh Dewan Pengurus Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Pemkot Bontang di Hotel Ekuator, Selasa (29/1).

Ia menyebut beberapa langkah. "Langkah pertama dengan menginventarisasi potensi apa yang dimiliki Bontang. Kemudian susun sumber daya non-gas yang bisa dijual. Dan eksplorasi potensi tersebut sehingga bisa memiliki nilai jual," ujar Dimyati.

Bambang Setiabudi, Asisten Deputi Urusan Perencanaan Lingkungan Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup, secara terpisah mengimbuhkan, Bontang punya potensi di hasil laut. Untuk pertanian, Bontang relatif sulit, karena terbatasnya lahan.

"Untuk menanam kelapa sawit di sini misalnya, kan tidak ada lahan. Yang ada adalah laut. Perairan Bontang ini lah yang bisa dijadikan potensi kota dan mengganti bila gas habis," ucap Bambang.

Ia menyebut hasil laut seperti ikan dan rumput laut bisa menjadi komoditas unggulan Bontang. "Ajak investor untuk terlibat dalam pengembangan komoditas ini. Libatkan pula PKT dan PT Badak. Ini seharusnya sudah dimulai dari saat ini," kata Bambang yang mengenakan batik ini.

Tentu saja harus disiapkan dulu infrastrukturnya, misalnya pembangunan pabrik pengolah produksi hasil laut. "Tak harus pemerintah, tetapi ajak investor, biar investor yang membangun," katanya. Tak kalah penting adalah sumber daya manusia.

Dimyati dan Bambang mengakui tak mudah mengubah cara berpikir masyarakat. "Cara yang bisa dicoba untuk mengubah cara berpikir masyarakat antara lain dengan memberi contoh. Misalnya, datangkan petani-petani budidaya laut yang sukses ke Bontang untuk memberi pendampingan atau contoh sukses. Bisa juga dengan membawa nelayan ke keluar kota atau bahkan keluar negeri untuk belajar," tutur Bambang.

Lanjutnya, tentu saja nelayan yang dipilih adalah tokoh yang sekaligus pelaku. "Sehingga ketika dapat ilmu, dia bisa menjadi contoh bagi nelayan yang lain," katanya. Bambang juga mengingatkan, untuk mengeksplorasi hal baru, tak hanya sekadar mendorong tetapi juga yang paling penting ada pasar.

"Maksudnya begini, kita sudah mendorong pertumbuhan usaha rumput laut, tetapi tidak ada pasarnya, ini juga akan membuat jenuh. Jadi program yang dibuat itu harus matang dan komprehensif," ujar Bambang. Dimyati mengimbuhkan sudah saatnya orientasi tak hanya di darat . (art)

Jumat, 04 April 2008

Potensi Komoditas Unggulan Dinas Perikanan dan Kelautan Papua

Sumber : http://www.papua.go.id/ddpperik/Komoditas-Unggulan-Perikanan%202008-Papua.html

No

Komoditi Unggulan

Produksi / tahuh (ton)

Lokasi
(Kab / Kota)

Perikanan Laut

Perairan
Umum

Tambak

Laut


1


Rumput Laut




Biak


2

Kerapu




Kota Jayapura
Biak


3

Udang




Merauke


4

Nila




Kab Jayapura /
Kota Jayapura


5


Mas + Lele




Kab Jayapura /
Kota Jayapura, Nabire


6

Teripang




Yapen


7


Kepiting



Waropen
Timika

Aneka Produk Khas Papua

Sumber : http://www.papua.go.id/ddpperik/Produk-Ikan-Olahan%20-Khas%20Papua.htm


Pembuatan Ikan Asar

Bahan Baku

Bahan Pembantu

Ikan cakalang, deho, ekor kuning

Garam, Kayu bakar, Para-para

Prosedur Pembuatan :

  1. Ikan disiangi dengan membuang insang dan isi perut;
  2. Ikan ukuran diatas 1 kg dapat dipotong dua yaitu bagian ekor dan kepala;
  3. Buat irisan melintang untuk memudahkan pengasapan;
  4. Ikan yang telah disiangi kemudian ditabur garam 0,1 % dari berat ikan atau tanpa di garami.
Proses Pengasaran :
  1. Kayu dibakar hingga tinggal bara secara merata, siapkanPara-para kurang lebih 40 cm di atas bara api;
  2. Letakkan ikan di atas para-para dengan bara yang konstan Biarkan ikan selama 2-3 jam (suhu 90 – 120 ºC);
  3. Ikan dibalik dengan pengasapan yang sama;
  4. Setelah selesai, ikan dibiarkan pada suhu kamar, kemudian Dikemas dengan kertas koran.
  5. Ketahanan ikan antara 3 – 5 hari.


Pembuatan Pindang Kunyit

Bahan Baku

Bahan Pembantu

Ikan momar / kembung / banding

Garam, Kunyit, Dandang, Pisau

Prosedur Pembuatan :

  1. Ikan disiangi kemudian dicuci bersih dan ditiriskan;
  2. Rendam ikan yang telah disiangi. Masukkan kunyit sebanyak 5 % dari berat ikan;
  3. Susun ikan pada dandang maupun kuali yang dialasi saringan atau jerami kering;
  4. Masukkan air bekas perendaman hingga ikan terbenam;
  5. Tutup dengan daun atau penutup kuali dan berikan pemberat;
  6. Nyalakan kompor dan biarkan hingga airnya mongering;
  7. Setelah kering, ikan diangkat dari kuali dan ditiriskan;
  8. Siap dikemas atau dimakan.
  9. Ketahanan 2 – 3 hari.

Pembuatan Papeda Kuah Kuning

Olahan ini merupakan produk khas Papua yaitu sebagai pasangan dari papeda yang merupakan makanan pokok masyarakat pesisir Papua. Disebut kuah kuning karena olahan ini merupakan gulai berwarna kuah kuning akibat pemberian kunyit.

Bahan Baku

Bahan Pembantu

Ikan karang / kerapu 1 kg

Kunyit 200 gr

Tepung sagu basah

Lengkuas 2 cm

Jahe 2 cm

Cabe merah 5 buah

Garam secukupnya

Prosedur Pembuatan :

  1. Siangi ikan dan potong-potong dengan ukuran ikan disarankan 4 ekor / kg;
  2. Giling masing-masing bahan pembantu sampai halus;
  3. Dapat ditambahkan cabe bulat 5 buah yang masih utuh;
  4. Masukkan air 1,5 liter kemudian masukkan bumbu yang dihaluskan sampai mendidih;
  5. Masukkan ikan dan direbus sampai masak hingga berbentuk gulai;
  6. Daging ikan diusahakan setengah hancur.

Membuat Papeda :

  1. Cuci tepung sagu dengan merendam dalam air bersih, kemudian ditiriskan (lakukan pencucian 2-3 kali) agar bau sagu hilang, kemudian dituangkan dalam baskom;
  2. Didihkan air bersih, setelah mendidih, disiramkan pada tepung sagu secara perlahan sambil diaduk.
  3. Setelah tepung mengental dan berbentuk seperti lem, Penambahan air mendidih sudah cukup.

Cara Penyajian Papeda Kuah Kuning :

  1. Tuangkan 1 sendok besar kuah gulai ikan dalam piring;
  2. Sendok papeda (sagu) ke dalam piring berisi kuah ikan;
  3. Tambahkan daging ikan yang sudah dimasak;
  4. Siap untuk disantap dalam keadaan panas.

Pembuatan Kerupuk Ikan :

Bahan Baku

Bahan Pembantu

Ikan dilumatkan

Garam

Tepung terigu

Gula pasir

Tepung sagu

Vetsin

Prosedur Pengolahan :

  1. Daging ikan dilumatkan dengan grinder (molen);
  2. Tambahkan garam 1-2 % garam pada lumatan, 0,5-1 % gula, 0,7 % MSG aduk sampai homogen;
  3. Tambahkan air dingin 0,5 bagian dari berat adonan ikan.

Pembuatan Tajin

Perbandingan antara daging ikan dan tepung sagu 1 : 5.
Ambil tepung sagu sebanyak 112 % dari jumlah tepung kemudian larutkan dalam air dingin.
Tambahkan air mendidih sebanyak 2 kali dari jumlah air dingin, aduk dengan cepat sambil larutan tepung mengental menyerupai lem.

Pembuatan Adonan

  1. Campurkan tajin ke dalam adonan ikan kemudian diaduk dengan menggunakan tangan;
  2. sambil diremas tambahkan tepung sagu sedikit demi sedikit sampai homogen;
  3. cetak adonan dengan menggunakan cetakan atau bungkus dalam plastik panjang;
  4. lakukan pengukusan sampai masak, kemudian dinginkan.
  5. Potong / iris hasil kukusan berbentuk pipih tipis kemudian hasil irisan dijemur diterik matahari selama 2 hari.
  6. Setelah kerupuk kering, lakukan penggorengan pada suhu 200 ºC, sampai kerupuk mengembang sempurna.
  7. Siap dikemas atau dimakan.

Bia Kering

Bahan Baku

Bahan Pembantu

Bia (Kerang laut)

Kompor

Air bersih

Dandang / panci

Garam dapur

Para-para

Prosedur Pengolahan :

  1. Cuci bia dengan air bersih dan ditiriskan;
  2. nyalakan kompor dan panaskan air rebusan;
  3. masukkan bia dalam rebusan dan tambah garam;
  4. setelah cangkang terbuka / matang angkat bia dari rebusan;
  5. ambil daging dari cangkang kemudian dicuci.
  6. Tiriskan lalu dijemur di atas para-para.
  7. Bahan baku ini dapat diolah menjadi beberapa olahan :

Perhiasan dari Pesisir Sungai Martapura (2-habis) : Tonjolkan Kerajinan Manik-Manik Bermotif Asma A


Sumber : http://banjarkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=211&Itemid=10

Pe
ngrajin di kampung-kampung pesisir Sungai Martapura, tidak hanya didominasi kaum Adam, seperti pengrajin batu akik. Namun kaum Hawa di desa setempat juga memiliki keterampilan khusus, seperti membuat perhiasan dari manik-manik.

SUPIAN SUSANTO, Martapura

Di teras sebuah rumah dengan ukuran yang tak terlalu lebar, dekat tepian sungai Martapura, di Desa Pekauman, tampak seorang perempuan setengah baya duduk ditemani empat anak gadis. Mereka terlihat asik merangkai manik-manik menjadi berbagai macam bentuk kerajinan tangan.

Saat dihampiri perempuan setengah baya yang biasa dipanggil Ma Haji ini langsung menyapa penulis, sedangkan empat anak gadis tadi terlihat sedikit malu-malu begitu mengetahui identitas penulis.

“Banyak yang kami bikin, mulai dari barang yang kecil sampai yang besar. Tapi kebanyakan motifnya keagamaan, ” ujar Ma Haji

Diceritakan, kerajinan membuat barang dari manik-manik ini baru saja ia tekuni atau setelah usaha kerajinan yang berbahan buah pukaha sudah tidak begitu memberi keuntungan lagi.

”Dulu kami usaha pembuatan perhiasan dari pukaha, karena kurangnya peminat, ya....kami pindah usaha,” ujar Ma Haji

Kerajinan manik-manik yang sekarang dia tekuni, terlihat masih banyak peminatnya. Karena sampai sekarang, permintaan dari beberapa toko yang menjual kerajinan, semakin hari semakin bertambah. “Ya..setiap hari pesanan makin banyak sih, mungkin anak muda banyak suka, mungkin hasilnya menarik,” kata dia tersenyum.

Dalam menarik minat pembeli, Ma Haji membuat kerajinan yang beraneka macam, mulai dari yang disukai anak-anak sampai orang tua. Kerajinan tersebut berupa gantungan kunci yang bermotif asma Allah, sarung HP yang berbagai macam bentuk buat berbagai macam kalangan, sarung pena sampai tas tempat wanita yang juga bermotifkan asma Allah.

“Itulah ciri khas kita, ‘kan Kota Serambi Makkah jadi ingin kami tonjolkan, sedangkan harganya ya ....tergantung barangnya,“ tukas dia.*** Radar Banjarmasin

Selasa, 01 April 2008

Indramayu Kembangkan Fillet Lele

Tanggal : 01 April 2008
Sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=30&aid=1028


Indramayu (TROBOS)
. Guna menampung ikan lele yang tak laku dijual di pasaran akibat ukurannya yang terlalu besar, Pemda Kabupaten Indramayu berencana mengembangkan fillet (daging tanpa tulang) ikan lele.

AR Hakim, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu mengatakan, jumlah ikan lele yang ukurannya terlampau besar dalam satu siklus pemeliharaan cukup signifikan. “Target pembesaran ikan lele biasanya hanya sampai pada ukuran 8-12 ekor/kg. Tetapi ada juga yang meleset menjadi 5-6 ekor/kg. Jumlahnya bisa mencapai 30%,” ujarnya saat ditemui TROBOS beberapa waktu silam. Angka 30% tersebut akan menjadi sangat besar, karena kawasan pengembangan budidaya lele di kabupaten Indramayu mencapai lebih dari 500 ha.

Di sisi lain, permintaan pasar ikan berkumis ini sangat unik. Para pedagang hanya mau membeli ikan lele dengan ukuran 8-12 ekor/kg, dengan harga rata-rata mencapai Rp 10.000/kg. Sedangkan ukuran ikan lele yang lebih besar dari itu biasanya tak laku dijual, kalaupun laku hanya dihargai setengah dari harga ikan lele ukuran 8-12 ekor/kg.

Menurut Hakim, guna mengurangi kerugian yang harus ditanggung pembudidaya, pihaknya mengusulkan agar ikan lele tersebut dipelihara kembali sampai mencapai ukuran 1-2 ekor/kg, untuk kemudian diolah menjadi fillet. “Kita juga sudah mencarikan mitra yang akan menampung ikan lele bapukan (ukuran besar)”. Ikan lele ukuran 1-2 ekor/kg ini dibeli dengan harga BEP, yaitu sebesar Rp 7.000/kg. “Paling tidak, pembudidaya masih dapat untung 70% dari yang ukurannya sesuai dengan permintaan pasar,” imbuh Hakim. Saat ini fillet lele asal Indramayu sudah dijual ke pulau Batam, dengan harga mencapai Rp 13.000 – Rp 14.000 per kg.

Senin, 31 Maret 2008

MAU MAKAN GONGGONG ? COBAIN AJA !!


Sumber : https://www.pintunet.com/lihat_opini.php?pg=2003/03/26032003/12754


Mau coba 'gonggong '? Ini bisa jadi salah satu makanan pilihan bagi penggemar makanan sea food. Nda usah takut, dijamin kamu-kamu nda akan menggongong setelah makanan khas ini. Karena gonggong jenis makanan laut.

Gonggong adalah makanan dari sejenis kerang yang bentuknya besar kayak keong mas , namun lebih bagus bentuk rumah dan isinya. Bisa ditemui di wilayah kepulauan Riau (Batam, Tanjung Pinang dan Karimun), khususnya di rumah makan sea food.

Makanan gonggong biasanya dimasak ala sup dan disajikan dalam piring dengan tambahan sambal. Cara makannya pakai sebatang lidi kecil (kayak tusuk gigi) dan dikorek-korek rumah kerangnya agar bisa keluar dagingnya. Lalu dicelupkan ke dalam sambal, ehm langsung bisa dimakan. Pertama makan, agak-agak ngeri juga lihat bentuknya, tapi kalau udah dimakan lupa juga pengin berhentinya khususnya bagi maniak sea food. Harga makanan ini seporsinya saya tidak tahu persis, karena waktu itu teman yang bayarin. Namun, sempat saya tanya harga satuan mentahnya di pasar tradisional. Kata teman sih, Rp. 500,- per buah (harga di Tanjung Pinang) bukan harga per kilo yang berlaku. Cukup mahal juga yah ?

Tetap mau coba ? Datang saja ke tiga wilayah tersebut. Kalau sudah makan gonggong, tidak akan mengonggong, tapi hati-hati jangan kebanyakan, karena bisa hipertensi lagi.

Potensi Perikanan Kota Bau-Bau


Sumber : http://www.baubau.go.id/perikanan.php?id=potensi1

Meskipun secara kewilayahan Kota Bau-Bau hanya memiliki luas wilayah lautan sebesar 200 mil, namun demikian potensi perikanan yang berasal dari daerah sekitar (khususnya Kabupaten Buton) terakumulasi di Kota Bau-Bau, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun untuk kebutuhan ekspor. Berbagai jenis hasil produksi perikanan yang terakumuiasi di Kota Bau-Bau seperti ikan oseanik (Pelagis Besar) yaitu ikan tuna, cakalang, ikan pelagis kecil yaitu ikan julung-julung Iayang, kembung, ikan demersal yaitu ikan sunu, kerapu, kakap, boronang, ekor kuning, lobster, pari dil serta hasil laut lainnya separti cumi-cumi pulpen, teripang, kerang-kerang (biota laut), benur, Eucheuma, Spinosum dil.

Berdasarkan kondisi dan potensi sektor perikanan di Kota Bau-Bau, hasil produksi perikanan pada tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2005, dimana sektor perikanan tahun 2006 mencapai 6.030 ton turun 52,82% dibandingkan dengan tahun 2005 mencapai 12.780 ton.


Potensi Unggulan Sektor Perikanan :

A. Budidaya Tambak (Fishpond)

Potensi areal tambak salah satunya berada di Kecamatan Bungi. Secara keseluruhan hasil produksi belum mampu melayani kebutuhan masyarakat, disamping itu pelayanan benih masih disediakan oleh Hacchery milik Pemda Sultra yang berlokasi di Kendari sehingga petani harus mendatangkan benih dari beberapa lokasi pembenihan di Sulawesi Selatan, sehingga masih dibutuhkan pembangunan Hatchery untuk dapat menyediakan benur yang diperkirakan sebesar 60.000.000 ekor setlap musim tanam.


B. Budidaya Mutiara

Ada 2 (dua) jenis mutiara yang kini dibudidayakan dan berkembang di Kota Bau-Bau yaitu mutiara jenis Pinctada maxima yang menghasilkan mutiara bundar (round pearl) dan mutiara jenis Pteria Penqu yang menghasilkan mutiara blister (Haft Pead). Jenis yang pertama diusahakan PT Tiara lndo Pea sebuah perusahaan PMA dari Jepang. Sedangkan jenis yang kedua selain diusahakan oleh Perusahan Nasional (CV. Selat Buton) juga banyak dibudidayakan oleh para petani setempat.


C. Pengolahan rumput laut

Pesisir laut Daerah Kota Bau-Bau merupakan penghasil rumput laut jenis Euchema Cottoni, volu perdagang dari rumput laut produksi budidaya di Kota Bau-Bau yang dikirim ke Surabaya dan Makassar tahun 1998 sebanyak 1.649 ton. Untuk mendapat nilai tambah bagi daerah, diharapkan produk yang dikirim keluar daerah sudah tidak lagi dalam bentuk rumput laut kering, tetapi sudah melalui proses pengolahan menjadi barang setengah jadi.


D. Cold Storage

Produksi ikan cakalang di daerah Kota Bau-Bau dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan yang cukup berarti, seiring dengan perkembangan jumlah kapal-kapal pole dan line penangkap cakalan Disamping ikan cakalang, ikan-ikan ekonom penting lainnya pun tidak kalah dengan jumlah produksi, separti ikan layang dan jenis-jenis ikan karang tertentu. Melihat kepada keberadaan volume produksi ikan Kota Bau-Bau ini, diantaranya Perusahaan perikanan PT. PERKEN (anak perusahaan PT. BONECOM) yang sudah beroperasi dari tahun 1991. Disamping itu masih ada yang menampung ikan di Kota Bau-Bau walaupun hanya menggunakan kapal-kapal carrier atau chill room darat, yaitu PT. WOLIO ANEKA TUNA dan beberapa perusahaan lainnya. lkan cakalang hasil tangkapan para nelayan di Kota Bau-Bau selain diperdagangkan dalam bentuk basah dan beku, juga dalam bentuk olahan berupa ikan kayu (ikan fufu, dried bonito) dan telah berhasil melakukan ekspor ke negara Jepang. Saat ini ada 2 (dua) Perusahaan Pengolahan ikan kayu di Kota Bau-Bau yaitu PT ARAHON INDAH dan CV. OME TRADING Co.

Minggu, 30 Maret 2008

Pengembangan Teknologi Untuk Keluarga Nelayan


Sumber : http://www.litbangda-sulsel.go.id/modules.php?name=Peningk_kew&file=detail&id=20071107231411

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi paket teknologi yang mendukung diversifikasi produk, mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat kelayakan usaha, mengidentifikasi potensi sumberdaya keluarga nelayan dalam menunjang peningkatan pendapatan keluarga, dan menajemen pemasaran yang mendukung pengembangan usaha. Penelitian dilakukan di Kabupaten Takalar, Barru, dan Kota Makassar. Sampel terdiri dari 9 kelompok keluarga nelayan untuk setiap lokasi, setiap kelompok beranggotakan 5 orang, sebanyak 135 orang untuk 3 lokasi. Produk hasil diversifikasi berbasis ikan dan rumput laut adalah dodol, puding, dan cendol rumpu laut, baksi, abon, otak-otak, nugget, burger, bandeng tanpa duri, dan kerupuk udang. Analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif, tingkat keuntungan dan tingkat kelayakan usaha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% sampel Kabupaten Barru memlilih usaha abon ikan, 30% Bandeng tanpa duri; di Kota Makassar sebanyak 55% memilih usaha otak-otak ikan, 45% bakso ikan; 90% sampel di Kabupaten Takalar memilih dodol rumput laut dan 10% memilih nugget. Ditinjau dari aspek finansial usaha yang paling layak dikembangkan adalah bakso ikan, fish burger, otak-otak bakar, dan nugget ikan. Pemasaran produk olahan perikanan belum kontinyu dan optimal, sehingga diperlukan perluasan jaringan pemasaran dan sistem pemasaran yang ideal yaitu pola kemitraan antara kelompok industri olahan perikanan dengan pengusaha swalayan, restoran, hotel, dan koperasi.

Rekomendasi yang diusulkan berdasarkan hasil penelitian ini adalah 1) Pemerintah Daerah memfasilitasi sosialisasi dan proses legalitas produk unggulan dengan melibatkan tim ahli, 2) Pemerintah Daerah memfasilitasi tim ahli pengujian parameter mutu produk unggulan, 3) Pemerintah Daerah melibatkan tim ahli dalam model pemasaran dengan pola kemitraan antara kelompok nelayan dengan industri terkait, 4) Pemerintah terkait mendukung usaha diversifikasi produk unggulan sehingga memiliki legalitas yang kuat.

Jumat, 28 Maret 2008

Gaet Wisatawan ke Sanur lewat “Sea Walker”


Sumber : http://www.bisnisbali.com/2007/03/22/news/pariwisata/aka.html

Denpasar (BisnisBali)
- Kegiatan sea walker merupakan salah satu produk pariwisata unggulan di kawasan Sanur. Produk pariwisata yang lebih menonjolkan keindahan bawah laut seperti terumbu karang dan biota laut ini diharapkan bisa mengaet lebih banyak wisatawan ke kawasan Sanur.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Drs. I Putu Budiasa, M.Si., Rabu (21/3) kemarin mengatakan kegiatan sea walker masih menjadi primadona bagi wisatawan domestik (wisdom) dan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sanur. Kegiatan yang lebih banyak menyaksikan pemandangan bawah laut ini sudah menjadi bagian kegiatan wisata bahari di Bali. Diungkapkan, guna makin mengairahkan kegiatan wisata bawah laut di Sanur pemerintah melalui dinas pariwisata Kota akan berupaya mempromosikan kegian sea walker ini terutama ke pasar domestik. Kegiatan sea walker di Sanur ini di antaranya akan dipromosikan melalui dalam ajang gebyar Wisata Jakarta 2-6 Mei 2007 mendatang. Selain itu kegiatan sea walker ini juga akan dipromosikan melalui Majapahit Affair 22-26 Mei 2007 di Surabaya.

Dijelaskan, sea walker ini memiliki daya tarik yang cukup spesifik bagi wisatawan. Ketika menyelam ke dasar laut, wisatawan bisa menggunakan tabung khusus yang diletakkan di bagian kepala. Ini tentunya memudahkan untuk menghirup oksigen terutama bagi wisatawan yang tidak pernah menyelam ke dasar laut. Wisatawan tentunya bisa dengan nyaman menikmati keindahan dasar laut.

Kegiatan sea walker juga diisi dengan penyemaian karang. Selain menikmati keindahan dasar laut, wisatawan juga diarahkan ikut serta melestarikan terumbu karang. Seperti diketahui beberapa tahun silam kawasan Sanur marak dengan pencurian terumbu karang. Kejadian tersebut sempat berdampak pada menurunnya perkembangan biota laut karena rusaknya terumbu karang.

Dipaparkan, melalui kegiatan sea walker ini masyarakat lokal dan wisatawan diajak ikut melestarikan terumbu karang. Pada bagian lain, di dasar laut wisatawan juga bisa mengenal beranekaragam jenis ikan yang bisa hidup di dasar laut.

Lebih lanjut dikatakan, selama ini kegiatan atraksi sea walker ini dinikmati tidak hanya dari wisman tetapi juga wisdom. Khusus dari wisman kegiatan sea walker ini lebih banyak diminati wisman asal Korea dan Jepang. Wisatawan asal Asia tersebut beranggapan kegiatan sea walker ini mungkin hanya bisa dinikmati di kawasan Sanur. Melihat keindahan terumbu karang dan biota laut di Sanur wisatawan tentunya mendapatkan pengalaman tersendiri ketika berkunjung ke Bali.

Budiasa menambahkan melihat pengembangan sea walker di kawasan Sanur, pemerintah melalui dinas pariwisata Kota berharap masyarakat bisa ikut melestarikan terumbu karang di kawasan Sanur. Keindahan terumbu karang dan biota laut bisa menjadi andala pariwisata Sanur pada masa yang akan datang. *kup

Kamis, 27 Maret 2008

Industri Pengolahan Hasil Ikan (Fillet Ikan)

Sumber : http://bappeda-kotategal.go.id/index.php?ask=hal&hid=72

Kota Tegal sebagai daerah pantura mempunyai potensi industri pengolahan hasil perikanan yang cukup melimpah, khususnya adalah fillet ikan. Pengusaha yang bergerak dibidang ini banyak dijumpai di desa Tegalsari Kecamatan Tegal Barat (30 pengusaha), dengan kapasitas sebesar ± 425 ton pertahun.

Udang Jadi Unggulan Ekspor Perikanan


Sumber : http://www.suarapembaruan.com/News/2007/01/18/Ekonomi/eko01.htm

[JAKARTA] Udang masih menjadi komoditas unggulan ekspor perikanan budi daya nasional. Selama periode Januari-Agustus 2006, ekspor udang mencapai 112,5 juta ton senilai US$ 739,2 juta. Sedangkan total ekspor produk perikanan budi daya nasional pada 2006 diperkirakan US$ 2,1 miliar.

Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Made L Nurjana, di Jakarta, Kamis (18/1), mengemukakan, selama Januari-Agustus 2006, ekspor perikanan budi daya mencapai 664,5 juta ton dengan nilai US$ 1,4 miliar.

Menurut Made, jika tingkat ekspor rata-rata per bulan sama maka total ekspor sampai Desember 2006 adalah US$ 2,1 miliar atau Rp 18,9 triliun.

Setelah udang, unggulan ekspor perikanan budi daya adalah ikan tuna atau cakalang sebanyak 58.633 ton senilai US$ 168,72 juta, dan rumput laut kering sebanyak 57.683 ton senilai US$ 28,55 juta.

Sampai akhir 2006, sudah 126 negara menjadi tujuan ekspor perikanan budi daya Indonesia. Amerika Serikat masih menjadi pasar utama, yakni 83.347 ton atau 12,54 persen dari total ekspor produk perikanan nasional. Disusul Cina 78.686 ton (11,84 persen), Jepang 74.973 ton (11,28 persen), Uni Eropa 51.976 ton (7,82 persen), sisanya 253.256 ton diekspor ke banyak negara.

Sumbangan devisa ekspor hasil perikanan Indonesia dari AS sebesar US$ 475,14 juta, Jepang US$ 409,66 juta, Uni Eropa US$ 193,56 juta, Hong Kong US$ 48,39 juta, dan negara lain sekitar US$ 132,76 juta. Ekspor rumput laut mencapai 1.079.850 ton berat basah.

Made mengakui, produksi udang nasional pada 2006 tidak mencapai target 350.000 ton, namun tetap naik menjadi 327.260 ton dari sebelumnya 300.000 ton pada 2005. Ini disebabkan penurunan produksi di tambak-tambak produktif seperti Sidoarjo, Jawa Timur, karena terkena dampak lumpur panas Lapindo. Tambak udang Sidoarjo adalah nomor dua terbesar setelah tambak di Lampung.

Kembangkan Benih

Pelarangan impor udang termasuk untuk pembenihan oleh DKP dan Departemen Perdagangan dinilai sebagai langkah tepat guna melindungi produksi udang dalam negeri. Indonesia sendiri sudah berhasil mengembangkan pembenihan udang yang lebih tahan dari virus, seperti jenis udang vanamei.

"Impor udang dilarang karena alasan biosecurity agar tidak terjadi penularan penyakit. Kita tidak bisa menjamin udang yang datang tidak mengadung penyakit. Sebab, jika membawa penyakit dapat menulari udang kita, terutama virusnya yang ditakuti, seperti taura, myo, dan white spot," tutur Made.

Alasan kedua adalah aturan negara pengimpor yang mengenakan tracebility atau kemampuan telusur. Jika ekspor udang dari Indonesia terjadi sesuatu, misalnya mengandung antibiotik atau logam berat, sulit untuk ditelusuri dari mana udang itu dipanen dan oleh siapa, dan Indonesia bisa diembargo karenanya.

Menurut Made, udang masih menjadi komoditas ekspor unggulan karena permintaan pasar masih sangat besar (ekspor maupun lokal), kemampuan produksi di Indonesia juga besar karena lahannya sangat luas, teknologi produksinya sudah dikuasai masyarakat, dan menyerap banyak tenaga kerja atau padat karya.

DKP dan Departemen Perdagangan telah menerbitkan peraturan bersama pelarangan impor udang ke wilayah Indonesia selama enam bulan ke depan. Kebijakan ini merupakan perpanjangan dari pelarangan sebelumnya. Alasan dikeluarkannya kebijakan itu karena adanya indikasi beredar udang yang tercemar antibiotik, hama, dan penyakit ikan di pasar internasional.

Pelarangan impor itu tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri Kelautan dan Perikanan dan Menteri Perdagangan Nomor PB.02/MEN/2006 dan Nomor 40/M-DAG/PER/12/ 2006 bertanggal 29 Desember 2006 tentang Larangan Sementara Impor Udang ke Wilayah Republik Indonesia.

Pemerintah juga menegaskan bahwa udang yang tiba di pelabuhan Indonesia pada atau setelah tanggal ditetapkan dalam Peraturan Bersama tersebut, wajib direekspor atau dimusnahkan, dan biayanya dibebankan kepada importir.

Potensi Perikanan Sulawesi Selatan

Sumber : http://www.sulsel.go.id/perikanan.html

Kontribusi sub sektor perikanan pada tahun 1994 terhadap PDRB sebesar 7,67 persen, meningkat menjadi 9,20 persen pada tahun 1999. Sedangkan kontribusi sub sektor perikanan terhadap sektor pertanian pada tahun 1994 sebesar 19,98 persen dan mening?kat menjadi 21,94 persen pada tahun 1999.
Produksi perikanan laut pada tahun 1994 sebesar 394,4 ribu ton dan pada tahun 1999 meningkat menjadi 429,9 ribu ton dengan rata?rata perturnbuhan sebesar 4,23 persen.

Produksi perikanan mengalami peningkatan sekitar 4,43 % pertahun yang berhasil dari penangkapan di laut, dan perairan umum, budidaya tambak, kolam dan mina padi. Sedangkan perdagangan hasil perikanan ke luar negeri adalah udang beku, teripang, rumput laut dan telur-telur ikan terbang.

Rabu, 26 Maret 2008

Industri Rumput Laut

Sumber : http://anekamesin.com/industry-development/industri-rumput-laut.html

Indonesia mempunyai potensi sumberdaya kelautan yang sangat besar, salah satunya adalah rumput laut. Oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi ini dijadikan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena dari segi bahan baku Indonesia memiliki sumber bahan baku yang melimpah dan dari segi pengguna mengalami peningkatan drastis terutama di luar negeri.
Olahan rumput laut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri makanan, farmasi, kosmetika dll. Kebutuhan dunia akan produk olahan rumput laut yang terus meningkat menjadikan bisnis ini sangat prospektif.

Kami menawarkan jasa Pembangunan Industri Pengolahan Rumput Laut secara komprehensif mulai konstruksi pabrik, mesin proses hingga instalasi pengolahan limbah, dengan kualitas produk hasil sesuai standar export.

Hingga saat ini kami juga mempunyai buyer dari luar negeri yang minta disuplai produk olahan rumput laut dan buyer tersebut bisa ditindaklanjuti.

- Produk yang dihasilkan dalam bentuk Chips, Semi Refine Caragenan atau Caragenan
- Bahan Baku : Rumput Laut
- Kapasitas Bahan Baku : mulai 1 ton/hari sd 20 ton/hari, atau sesuai permintaan

Senin, 24 Maret 2008

Lumba-lumba Sang Penyembuh

Tanggal : 24 Maret 2008
Sumber : http://ikanmania.wordpress.com/


Sekoci yang memuat sejumlah penumpang dari kapal naas Senopati Nusantara akhirnya didorong ke Pulau Kangean setelah terombang-ambing selama tiga hari. Penolong mereka sekawanan lumba-lumba. Mamalia laut ini tak hanya dikenal sebagai ”dewa penyelamat” dan mahir beratraksi, tetapi juga membantu menyembuhkan penyakit.

Serangkaian penelitian di sejumlah negara menunjukkan, lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncactus) ini memiliki beberapa kebisaan lain, di antaranya mampu membantu terapi medik untuk sejumlah penyakit, terutama gangguan fungsi saraf motorik, autisme, dan cacat mental lainnya.

Terapi stimulasi saraf pada anak cacat mental dan fisik antara lain dilakukan sekitar dua dasawarsa lalu di Australia, Amerika Serikat, Meksiko, Israel, dan Ukraina. Di Gold Coast Queensland, Australia, anak cacat mental dan fisik dapat membaik setelah 18 bulan bermain di kolam dengan tujuh lumba-lumba.

Percobaan serupa di Florida, AS, menunjukkan anak tunawicara bisa bereaksi lebih baik dan mulai belajar membaca. Terapi itu merangsang otak mereka dengan suara lumba-lumba yang berfrekuensi tinggi sehingga anak-anak cacat dapat meningkat kemampuan koordinasi dan gerakannya setelah menjalani terapi tersebut.

Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Waropen

Sumber : http://www.papua.go.id/ddpperik/Peta-Potensi-Kabupaten/Waropen.htm

Kabupaten Waropen merupakan kabupaten pesisir dengan gugusan dua (dua) buah pulau kecil dan berpenduduk.

Sebagai kabupaten pesisir yang di tumbuhi dengan hutan mangrove yang tersebar disepanjang pantai mulai dari waropen atas, tengah dan bawah menjadikan perairan Kabupaten Waropen subur dan kaya akan sumber daya hayati, sehingga kabupaten ini memiliki keaneka ragaman hayati yang cukup tinggi. antara lain: jenis ikan pelqagis, demersal, udang, kepiting maupun jenis-jenis lain yang memiliki nilai ekonomis penting.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Waropen melalui Dinas Perikanan dan Kelautan berdasarkan Rensa Kabupaten Waropen Tahun 2006-2010 telah melakukan kegiatan-kegiatan guna mempercepat pembangunan di bidang sektor Kelautan dan Perikanan yang merupakan sektor andalan di Kabupaten Waropen.

Dalam era Otonimi daerah yang pembangunan menuntut penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, efektif dan efisien maka peran pemerintah akan berfungsi sebagai pengarah dan fasilitator, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh pelaku perikanan (stakeholder) lainnya.

Sayarat utama agar kebijakan dan strategi pembangunan itu dapat di laksanakan adalah mengedintifikasi faktor internal dan eksternal yang berpengaruh. Oleh karena itu perli kita ketahui faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha pembangunan bidang Kelautan dan Perikanan yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Diantara faktor internal tersebut, aspek yang menjadi kekuatan adalah sebagai berikut :

  • Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang cukup besar baik didarat maupun di laut menjadi asset masadepan penangkapan dan budidaya.

  • Dengan potensi yang begitu besar memberikan jaminan tersediannya bahan baku untuk kebutuhan pangan maupun industri dan pemasaran.

  • Keanekaragaman hayati yang sebagian besar masih baik.

Kelalemahannya adalah :

  • Sebagian besar nelayan kita masih merupakan nelayan tradisional dengan kerateristik sosial budaya dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih tertinggal.

  • Struktur armada penangkapan ikan masih di domisili skala tradisional/kecil dengan kemampuan IPTEK yang masih rendah.

  • Terbatasnya IPTEK yang ada pada pemngembangan budidaya.

  • Rendahnya proses ahli teknologi budidaya akibat rendahnya tingkat pendidikan masyarakat budidaya.

  • Sebagian besar kegiatan penangkapan hanya memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga.

  • belum memadainya dukungan sarana dan prasarana Perikanan untuk usaha perikanan Penangkapan dan Budidaya.

  • Masih banyak praktek ilegal fishing akibat kurangnnya kemapuan melakukan pengawasan disamping wilayah yang harus diawasi sangat luas dan terpencil serta sarana pengawasan kurang memadai.

Disamping faktor Internal, faktor Eksternal juga berpengaruh yang justru jadi peluang dan ancaman, antara lain yang menjadi peluang adalah :

  • Produk perikanan menjadi pilihan terhadap jenis pangan yang berkategori tinggi dan kandungan kolestrol rendah, disamping sebagai bahan baku obat-obatan dan kosmetika sehingga mempunyai nilai ekonomis.

  • Permintaan pasar tentang produk perikanan dari hari ke hari terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk.

  • Pengembangan sektor budidaya menjadi tumpuan masa depan.

Potensi Perikanan Tangkap Kabupatenb Waropen

Berdasarkan hasil monitoring surfey hasil penangkapan nelayan chatperyunitifort yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Waropen memperoleh dugaan nilai potensial lestari senilai, 142.332 ton /tahun dan upaya optimum penangkapan baru mencapai 19.700ton atau 13,55%. hasil ini menunjukan bahwa kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Waropen masih dalam keadaan batas tidak mengalami kelebihan batas tangkap hal ini karena sistem penangkapan masih sangat konfensional. alat pengakapan ikan yang di gunakan oleh masyarakat nelayan kKabupaten Waropen masih menggunakan alat penagkapan konfensional dimana dengan menggunakan dengan pukat udang dan alat penangkapan yang moderen belum di lakukan.

Potensi Budidaya Perikanan Kabupatenb Waropen

Produksi perikanan di sektor budidaya masih relatif rendah hal ini di karenakan minimnya pengetahuan budidaya ikan dan ketergantungan yang tinggi terhadap hasil alam namun demikian di beberapa distrik masyarakat sudah melaksanakan budidaya teripang dalam skala kecil.

kondisi wilayah kabupaten waropen sangta cocok untuk pengembagan budidaya laut, budidaya air tawar dan tambak oleh karena itu untuk mendukung ussaha budidaya nelkayan perlu diberi bantuan modal dan teknik budidaya yang baik

Pengolahan Perikanan Kabupatenb Waropen

Pengolahan hasil perikanan masih relatif kecil. di Waropen atas produksi ikan asin dalam setahun hanya mencapai 0.5 ton/tahun sedangkan produksi ikan asap di Distrik Masirey tidak lebih dari 0, 12 ton /tahun. hingga saat ini semua hasil produksi hasil perikanan di Kabupaten Waropen masih terfokus pada konsumsi rumah tangga dan penjualan dipasar rakyat. Dari hasil surfei perikanan di tiap-tiap distrik waropen keterbatasan hasil dan produksi perikanan di sebabkan karena prasarana perikanan belum ada, sehingga dampak yang di timbukan dari hal ini adalah produktifitas nelayan dan usaha perikanan masih sangat rendah.

Untuk mendorong jumlah prosuksi hasil perikanan kabupaten Waropen perlu adannya suatu prasarana perikanan yang cukup dan secepatnya di laksanakan agar pendapattan perkapita masyarakat nelayan dapat meningakat