Rabu, 02 Mei 2007

DARI SEGENGGAM RUMPUT LAUT MENDULANG RUPIAH MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI

Tanggal : 2 Mei 2007
Sumber : http://www.dkp.go.id/content.php?c=3916


Indonesia merupakan Negara maritime terluas di dunia dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan. Namun di pasar internasional dalam era globalisasi saat ini, ternyata Indonesia belum mampu berperan banyak. Daya saing produk yang merupakan kata kunci dalam persaingan global, belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh Indonesia. Daya saing produk dapat diciptakan melalui aplikasi teknologi yang tepat dalam pengelolaan dan pemanfaatan hasil perikanan dan kelautan. Masih minimnya pemahaman serta pemanfaatan teknologi serta masih kuatnya pola berpikir tradisional yang berorientasi pada padat karya dan teknologi rendah, menyebabkan daya saing produk Indonesia masih rendah dan Indonesia pun belum banyak beranjak dari posisi lebih banyak sebagai salah satu pangsa pasar dunia saat ini.

Salah satu hasil kekayaan kelautan di Indonesia adalah komoditas rumput laut, yang merupakan salah satu komoditas unggulan nasional. Hal ini mengingat 555 jenis rumput laut dapat tumbuh di perairan wilayah Indonesia. Rumput laut banyak ditemukan di lima (5) provinsi di Indonesia yaitu Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Hingga saat ini sebagian besar produk ekspor rumput laut masih dalam bentuk basah atau kering, sehingga memiliki nilai ekonomi yang relative rendah. Sedangkan untuk keperluan industri non-pangan di dalam negeri, Indonesia masih mengimpor sebagian besar produk olahan rumput laut. Jumlah dan nilai produk ekspor rumput laut Indonesia tersaji pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1.Volume ekspor hasil perikanan utamaIndonesia (ton)

KOMODITAS
2001
2002
2003
2004
2005 *)
Udang
128.830
124.765
137.636
139.450
147.000
Tuna/Cakalang
84.205
92.797
117.092
94.221
124.780
Rumput Laut
27.874
28.560
40.162
51.011
63.020
Mutiara
22
6
12
2
10
Ikan Hias
2.682
3.514
3.378
3.516
4.010
Lainnya
243.503
316.097
559.504
614.158
560.960
Jumlah
487.116
565.739
857.784
902.358
909.770

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap DKP RI
*) Angka Perkiraan

Tabel 2. Nilai ekspor hasil perikanan utama Indonesia (USD 1000)

KOMODITAS
2001
2002
2003
2004
2005 *)
Udang 934.986 836.563 850.222 887.127 955.960
Tuna/Cakalang 218.991 212.426 213.179 243.937 316.500
Rumput Laut 17.230 15.785 20.511 25.296 39.970
Mutiara 25.257 11.471 17.128 5.866 19.980
Ikan Hias 14.603 15.054 15.809 15.809 20.440
Lainnya 420.832 479.054 526.693 602.798 624.149
Jumlah 1.631.899 1.570.353 1.643.542 1.780.833 1.976.999

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap DKP RI
*) Angka Perkiraan

Rumput laut merupakan bahan baku dari berbagai jenis produk olahan bernilai ekonomi tinggi untuk tujuan pangan maupun non pangan, yaitu : agar-agar, karaginan, dan alginate. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak, dan abu (natrium, kalium, fosfor, natrium, besi, yodium). Juga terdapat kandungan vitamin-vitamin yaitu A, B1, B2, B6, B12, dan C, betakaroten.

Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput laut yang merupakan hidrokoloid seperti agar, karaginan, dan alginat juga banyak diperlukan dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan penstabil, pengemulsi, pembentuk gel, pengental, pensuspensi, pembentuk busa, pembentuk film. Karaginan banyak dimanfaatkan oleh industri farmasi, kosmetik, makanan dan minuman, pet food, serta keramik.

Karaginan yaitu senyawa hidrokoloid yang merupakan senyawa polisakarida rantai panjang yang diekstraksi dari rumput laut jenis-jenis karaginofit, yaitu Eucheuma sp, Chondrus sp, Hypnea sp, Gigartina sp.

Tabel 3. Manfaat Agar, Karaginan dan Alginat

Pemanfaatan
Agar
Karaginan
Alginat

Makanan dan Susu

- ice cream, yoghurt , cream

- coklat susu, pudding instant

x

-

x

-

x

-

Minuman

- minuman ringan, jus buah, bir

Roti

-

x

x

x

-

x

Permen
x
-
x
Daging, ikan dalam kaleng
x
x
x

Saus, salad dressing

- salad dressing, kecap

-

x

x

Makanan diet

- Jelly, jam, sirup, puding

-

x

x

Makanan lain

- makanan bayi

-

x

x

Farmasi dan kosmetik

- pasta gigi, shampoo, obat

- bahan cetak gigi , salep

-

-

x

-

x

x

Ada pun pangsa pasar ke tiga produk olahan rumput laut tersebut tersaji pada Tabel 4, 5 dan 6 dibawah ini.

Tabel 4. Pasar agar-agar menurut pemanfaatannya di dunia (2001)

APLIKASI

VOLUME (Ton)

% ASE

Makanan

6.930

91

Bakteriologi

700

9

Total

7.630

100

Pasar menurut grade dan sumber bahan baku

Grade/Rumput Laut

VOLUME (Ton)

% ASE

Powder/Glacilaria

4.100

54

Powder/Gelidium

2.305

30

Batang/Glacilaria

250

3

Kertas/Glacilaria

275

4

Bacto/Gelidium

700

9

Total

7.630

100

Sumber : McHugh D.J.,2003

Tabel 5. Pasar karaginan menurut pemanfaatannya di dunia (2001)

APLIKASI

VOLUME (Ton)

% ASE

Dairy

11.000

33

Meat and Poultry

5.000

15

Water gels

5.000

15

PES food grade

8.000

25

Pasta gigi

2.000

6

Lainnya

2.000

6

Total

33.000

100

Sumber : McHugh D.J.,2003

Tabel 6. Pasar alginat menurut pemanfaatannya di dunia (2001)

APLIKASI

VOLUME (Ton)

% ASE

Makanan dan farmasi

10.000

33

Technical grades

20.000

67

Total

30.000

100

Sumber : McHugh D.J.,2003

Tabel 7. Volume ekspor rumput laut menurut Negara tujuan (ton)

NEGARA TUJUAN

1999

2000

2001

2002

2003

Hongkong

6.857,3

9.157,4

7.808,8

7.164,5

7.867,0

Spanyol

3.450,9

3.838,3

4.359,3

4.700,0

3.363,6

Denmark

3.147,6

2.573,5

3.953,9

3.947,8

4.499,0

USA

2.298,7

979,9

1.661,6

1.804,4

2.127,7

Perancis

3.572,3

1.216,6

1.617,0

1.832,7

1.355,0

China

805,9

1.211,6

1.603,0

4.186,9

9.337,0

Filipina

1.204,9

139,6

1.522,8

1.471,9

4.573,8

Chili

335,0

200,0

1.360,0

340,0

1.116,7

Inggris

369,7

806,2

713,7

499,0

400,0

Australia

105,0

294,0

380,1

349,0

255,6

Jerman

175,1

455,2

335,0

209,0

338,6

Jepang

437,5

305,2

187,7

178,9

391,7

Lainnya

2.324,5

1.895,8

2.371,1

1.875,8

4.536,0

Jumlah

25.084,4

23.073,4

27.874,6

28.559,9

40.162,7

Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan 2003

Tabel 8. Prediksi peluang pasar rumput laut

Jenis Bahan Baku

2006

2007

2008

2009

2010

Jenis Eucheuma

202.300

218.100

235.300

253.900

274.100

Produksi Luar Negeri

135.000

140.000

145.000

155.000

165.000

Peluang pasar

67.300

78.100

90.300

98.900

109.100

Jenis Glacilaria sp.

79.200

87.040

95.840

105.440

116.000

Produksi Luar Negeri

40.500

44.000

48.500

54.000

61.000

Peluang pasar

38.700

43.040

47.340

51.440

55.000

Sumber : Jana T. Anggadireja, Tim RL BPPT, 2005

Mutiara Alam Bima

Tanggal : 2 Mei 2007
Sumber : http://www.bimacenter.com/index.php?option=com_content&task=view&id=95&Itemid=164


Mutiara bukan hanya suatu keindahan yang selalu diimpikan oleh setiap wanita, akan tetapi juga merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang perlu ditingkatkan produksinya. Karena hampir seluruh produksinya ditujukan untuk diekspor keluar negeri. Saat ini para pembeli mutiara Indonesia di Jepang telah banyak yang mengetahui bahwa mutiara tersebut berasal dari Indonesia, sehingga akan lebih baik bila membeli secara langsung dari Indonesia. Peningkatan produksi yang dicapai saat ini, dinilai cukup besar. Selama periode 2005-2009 produksi mutiara diharapkan meningkat dari 12 ton pada tahun 2005 menjadi 18 ton pada tahun 2009.

Memang pengembangan usaha budidaya mutiara masih banyak mengalami hambatan baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Walaupun saat ini kondisi keamanan dapat dikatakan lebih kondusif, tetapi masih sulit bagi perusahaan budidaya mutiara yang telah hancur untuk bangkit kembali.

Untuk membangkitkan kembali usaha budidaya mutiara sekaligus menciptakan iklim usaha yang kondusif, pada TA 2003 melalui dana dekonsentrasi telah dialokasikan dana untuk penguatan modal bagi kelompok pembudidaya kerang mutiara KUB Bangket Segara Lauq di Kab. Lombok Timur-NTB sebesar Rp 500 juta, berupa pengadaan sarana budidaya dan produksi termasuk benih kerang mutiara. Kegiatan in dilanjutkan lagi pada tahun 2004 dengan dana sebesar Rp. 450 Mutiara juta, dengan penerima bantuan yangsama. Hal ini dilakukan agar dampak pengembangan usaha budidaya mutiara oleh KUB Bangket Segara Lauq dapat dilihat lebih nyata. Sedangkan pembinaan teknisnya dilakukan oleh Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Pantai (BPBPP) Sekotong.

Dilihat dari ukuran kerang mutiara yang dibudidayakan menunjukkan perkembangan yang cukup bagus. Baik yang dilakukan dengan dana penguatan modal TA. 2003 maupun TA 2004. Disamping itu terlihat adanya kemitraan usaha antara pemasok benih dengan KUB. Melalui kegiatan ini diharapkan agar masyarakat yang semula hanya merupakan "Penonton", dapat memiliki usaha sendiri sekaligus mengamankan lokasi tersebut dari penjarahan.

Untuk mengevaluasi keberhasilan sekaligus menginventarisir permasalahan dalam pelaksanaan kemitraan, serta mempertemukan langsung perusahaan/ UPT pensuplai benih dengan kelompok pembudidaya, pada pertengahan Mei 2005 lalu, di NTB telah diselenggarakan Temu Kemitraan Usaha Budidaya Mutiara, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari Ditjen. PK2P Ditjen. Perikanan Budidaya, Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. NTB, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lombok Timur, Kab. Lombok Barat, Kab. Sumbawa, Kab. Dompu dan Kab. Bima, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), PT. Bank NTB, BPBPP Sekotong, Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Sumbawa Barat, Loka Budidaya Laut Lombok, Perusahaan Budidaya Mutiara di Prov. NTB dan KUB Bangket Segara Lauq.

Perkembangan kemitraan
Kemitraan Usaha Budidaya Mutiara di NTB yang telah dilakukan pada tahun 2000 di Kab. Sumbawa dan Kab. Lombok Barat untuk pengadaan sarana budidaya didanai oleh DanaAlokasi Khusus (DAK), dengan bimbingan teknis dilakukan oleh PT. Selat Alas dan PT. Sima Mutiara. Kemitraan usaha di Kab.Bima dilakukan oleh PT. Bima Sakti Mutiara secara swadaya. Tetapi Kemitraan Usaha ini tidak berkelanjutan, disebabkan pola kemitraan usaha yang belum mantap, sedangkan di Kab. Bima sampai saat ini masih berlang-sung.

Sedangkan untuk Kab. Lombok Timur dimulai pada tahun 2003 dan dilanjutkan pada tahun 2004 melalui dana dekonsentrasi untuk penguatan modal KUB Bangket Segara Lauq yang terdiri dari 50 orang pembudidaya, yang juga merupakan pembudidaya kerapu dan lobster, bermitra dengan PT. Selat Alas, PT. Budidaya Mutiaratama dan PT. Buana Gemilang Hamparan Mutiara (BGHM).

Kegiatan ini dilanjutkan pada tahun 2005 yang merupakan bagian dari kegiatan Program Budidaya Pedesaan (BUPEDES), dilakukan dalam bentuk pembelian benih kerang mutiara, teknologi insersi inti dan penampungan kerang mutiara serta pemasaran biji mutiara. Benih diperoleh dari PT. Budidaya Mutiaratama, PT. Selat Alas, BPBPP Sekotong sebanyak 13.000 ekor dan kerang mutiara dari alam sebanyak 500 ekor.

Hingga saat ini stock kerang mutiara sebanyak 80 ekor ukuran 1 - 3 cm, 6.258 ekor ukuran 5-8 cm dan 1.000 ekor kerang mutiara ukuran 8-12 cm yang sudah diinsersi dan diperkirakan akan panen pada bulan Juni - Juli 2006.

Untuk memantapkan kemitraan usaha, dalam kesem-patan ini telah dilakukan penan-datanganan Nota Kesepahaman antara : KUB dengan PT Selat Alas, PT Budidaya Mutiaratama sebagai pemasok benih kerang mutiara; KUB dengan LBL Lombok dan BPBPP Sekotong dalam penyediaan benih, pendampingan teknologi budidaya mutiara dan pembinaan SDM, dan KUB dengan PT. BGHM yang menampung kerang mutiara, insersi inti dan pemasaran biji mutiara.

Harapan
Dengan pertemuan ini, diharapkan adanya upaya yang mampu mendorong peningkatan perkembangan budidaya mutiara di Indonesia, yang antara lain: pembebasan PPn 10 % kerang dan biji mutiara; sertifikasi mutu biji mutiara dan penerapan Surat Keterangan Asal (SKA).
Perlunya peningkatan akses pasar melalui lobby perdagangan luar negeri untuk penguatan promosi (branding), Market intelligence dan penguatan image bahwa South Sea Pearl (SSP) adalah mutiara asli Indonesia serta fasilitas pemasaran mutiara melalui penyelenggaraan lelang nasional.

Selasa, 10 April 2007

Salai Pujud Tampil di MTQ Provinsi Riau

Tanggal : 10 April 2007
Sumber : http://www.rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=1505

PUJUD (RP) ----- Kesuksesan yang telah diperlihatan oleh kafilah Kecamatan Pujud dalam mengisi kegiatan pada MTQ V Rohil di Kepenghuluan Rantaupanjang Kanan, Kecamatan Kubu kemarin, tampaknya menjadi motivasi guna mengikuti acara yang sama untuk tingkat Provinsi Riau. Dimana, pada MTQ XXVI Provinsi Riau yang dipusatkan di Pangkalankerinci, kafilah asal Kabupaten Rohil merencanakan akan menampilkan ikan salai dari Kecamatan Pujud.

Camat Pujud, Jabil Syamsuddin yang temui Riau Pos kemarin tidak menafikan adanya rencana untuk menampilkan produk unggulannya pada MTQ tingkat Provinsi Riau nanti. Ikan salai ini, merupakan salah satu kegiatan home industri yang menjadi produk unggulan bagi Kecamatan Pujud. Dikatakan produk unggulan, dimana sebagian besar kegiatan home industri di Kecamatan Pujud adalah membuat ikan salai. Malah, ada di salah satu daerah di Kecamatan Pujud itu, sekitar 50 persen pendudukan membuat ikan salai, kata Jabil Syamsuddin.

Stand pameran dan bazar yang selalu muncul di setiap kegiatan MTQ, lanjut Jabil Syamsuddin, merupakan salah satu media promosi yang cukup tepat. Karena, semua produk unggulan di masing-masing daerah termasuk asal Kecamatan Pujud, bisa dikenal oleh masyarakat secara luas. Makanya, pada MTQ V Rohil di Kubu kemarin itu, kita menampilkan produk unggulan berupa ikan salai.

Dari pelaksanaan di tingkat kabupaten ini, Pemkab Rohil sudah merencanakan akan mengikutsertakan dan menampilkan produk unggulan Kecamatan Pujud yakni ikan salai di tingkat provinsi. Kita selaku pihak kecamatan, jelas sangat meresponnya. Karena, melalui ajang promosi itu, ikan salai asal Kecamatan Pujud bisa lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas, kata Jabil Syamsuddin.

Menjawab Riau Pos, Jabil Syamsuddin menjelaskan, produksi ikan salai yang dihasilkan dari Kecamatan Pujud, ternyata telah dipasarkan di sejumlah daerah baik dalam maupun luar Kabupaten Rohil. Pangsa pasar di luar wilayah Kabupaten Rohil, yakni terdapat di dalam wilayah Pulau Jawa. Saya sudah mendapatkan informasi tentang produksi ikan salai asal Kecamatan Pujud ini, juga beredar di Pulau Jawa. Bagi masyarakat di Pulau Jawa ini, ikan salai dari Kecamatan Pujud itu dikenal dengan sebutan ikan asap. Sekarang ini, permintaannya sudah lumayan banyak malah informasinya ikan salai ini akan dipasarkan lagi ke Bogor, kata Jabil Syamsuddin.

Mengingat adanya tuntutan di beberapa luar daerah, tambah Jabil Syamsuddin, maka produksi pembuatan ikan salai perlu untuk terus ditingkatkan. Hanya saja, dalam upaya meningkatkan produksi tersebut, berbagai hambatan dan kendala masih ditemukan. Salah satu diantaranya adalah menyangkut prosesi pembuatannya yang masih bersifat tradisional. Hal-hal seperti itu perlu untuk kita maklumi. Dimana, prosesi pembuatannya masih bersifat tradisional, kata Jabil Syamsuddin.(

Selasa, 03 April 2007

Potensi Perikanan

Tanggal : 3 April 2007
Sumber : http://www.sinjai.go.id/baru/index.php?option=com_content&task=view&id=52&Itemid=51

Kabupaten Sinjai yang memiliki garis pantai sepanjang 28 Km yang terdiri atas wilayah pantai daratan sepanjang 17 km dan wilayah kepulauan dengan panjang garis pantai 11 Km.

Dengan panjang garis pantai yang dimiliki oleh kabupaten Sinjai memiliki prospek yang cerah dalam hal pengembangan usaha di sektor perikanan dan kelautan, seperti Perikanan tangkap, Budidaya laut, Budidaya tambak, budidaya air tawar dan Wisata bahari.

Kabupaten Sinjai memiliki potensi Perikanan yang besar yang didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana Pangkalan Pendaratan Ikan, sehingga sangat memungkinkan bagi pengembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan. Hal ini memberikan dukungan yang besar dalam upaya menwujudkan Kabupaten Sinjai sebagai pemasok ikan terbesar di Sulawesi Selatan.

Selain Perikanan tangkap, kabupaten sinjai juga memiliki potensi yang besar untuk pengembangan budidaya laut, tambak, dan budidaya air tawar.


Komoditi-komoditi Unggulan Kabupaten Sinjai Sektor Perikanan dan Kelautan antara lain :

1. Ikan Cakalang/Tongkol

Potensi akan Ikan khususnya Ikan Cakalang /Tongkol di kabupaten Sinjai memiliki potensi yang cukup besar dengan potensi pertahunnya dengan lokasi penangkapan di Teluk Bone dan Laut Flores.
Potensi : 16.382,6 Ton/Tahun
Produksi : 4.448,2 Ton

2. Ikan Napoleon

Ikan Napoleon merupakan ikan yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Potensi budidaya ikan napolen di Kabupaten Sinjai Dengan lokasi budidaya di Kec. Pulau Sembilan.
Potensi : 186,9 Ha
Produksi : 10,2 Ton

3. Lobster

Pengembangan komoditi ini di kembangn di daerah pantai kepulauan sembilan. Pengembangan komoditi ini dengan menggunakan keramba.
Potensi Budidaya : 186,9 Ha
Produksi : 19,5 Ton

4. Teripang

Komoditi ini merupakan salah satu komoditi unggulan di bidang perikanan yang pengembangannya di kecamatan pulau sembilan yang berada di pulau Batang lampe dan Kodingare.
Potensi Budidaya : 186,9 Ha
Produksi : 48,8 Ton

5. Ikan Kerapu

Pengembangan Jenis ikan ini dikembangan di Kecamatan Pulau Sembilan di pulau liang-liang dengan mengunakan keramba.
Potensi Budidaya : 186,9 Ha
Produksi : 142,8 Ton

6. Rumput laut

Komoditi ini merupakan salah satu komoditi unggulan di bidang perikanan yang pengembangan-nya di kecamatan pulau sembilan yang berada di pulau Batang lampe dan Kodingare. Dan di kecamatan sinjai utara. Jumlah produksi setiap tahun terus bertambah mengingat komoditi ini banyak merupakan komoditi ekspor.
Potensi Budidaya : 360 Ha
Produksi : 23,9 Ton

7. Kerang Mutiara

Pengembangan komoditi ini di kembangn di daerah pantai kepulauan sembilan. Pengembangan komoditi ini dengan menggunakan keramba
Potensi Budidaya : 29 Ha

8. Abalon / Mata tujuh
Pengembangan komoditi ini di gugusan pulau sembilan yang terletak pada pulau Kanalo di kecamatan pulau sembilan. Komoditi ini merupakan komoditi unggulan dan baru.
Potensi Budidaya : 0,3 Ha
Produksi Alami : 2,710 Ton

9. Ikan bandeng

Ikan bandeng merupakan komoditi yang cukup banyak dikembangakan oleh masyarakat pesisir. Pengembangan ini berada pada tiga kecamatan yakni, Kecamatan Sinjai Utara, Sinjai Timur, dan Tellulimpoe.
Potensi Budidaya : 658 Ha
Produksi : 211 Ton

10. Udang

Budidaya tambak udang telah diusahakan oleh masyarakat pesisir di kabupaten Sinjai. Pengembangan komoditi ini berada di tiga kecamatan yakni Sinjai Utara, Sinjai Timur, dan Tellulimpoe. Komoditi ini merupakan salah satu produk unggulan perikanan yang mana telah menjadi komoditi ekspor untuk kabupaten sinjai.
Potensi Budidaya : 658 Ha
Produksi : 14,10 Ton

11. Ikan Mas

Pengembangan komoditi ikan mas berada di wilayah kecamatan sinjai barat. Pengambangan komoditi ini terdapatnya Balai Benih Ikan Air Tawar.
Potensi Budidaya : 410 Ha
Produksi : 17 Ton

Rabu, 07 Maret 2007

Berburu Udang dan Kerapu di Bangka Belitung

Tanggal : 07 Maret 2007
Sumber : http://www.wirausaha.com/bisnis/agribisnis/berburu_udang_dan_kerapu_di_bangka_belitung.html


Tak hanya keindahan alam yang bisa diandalkan dari Pulau Bangka Belitung. Selain berpotensi untuk bisnis pariwisata, diam-diam Bangka Belitung juga memiliki potensi agribisnis perikanan untuk dikembangkan. Ya, daerah yang tercatat sebagai provinsi ke-31 ini memiliki potensi sumber daya alam yang tak dapat dipandang sebelah mata.

Salah satu sektor prospek yang gencar dikembangkan oleh daerah kepulauan ini adalah sektor perikanan dengan empat jenis komoditas unggulan. Komoditas tersebut adalah ikan kerapu, udang, tepung ikan, dan rumput laut. Khusus ikan kerapu dan udang, daerah ini tengah membuka luas kesempatan bagi para investor, khususnya dalam hal budidaya.

Budidaya ikan kerapu mulai diperkenalkan kepada masyarakat di Kabupaten Bangka pada tahun 1984. Kegiatan tersebut dilakukan oleh Dinas Perikanan sebagai percobaan dan oleh swasta sebagai kegiatan sampingan dari usaha penangkapan ikan kerapu, di mana ikan-ikan kecil yang belum mencapai ukuran ekspor untuk sementara ditampung dalam kolam penampungan sampai menjadi ukuran untuk siap diekspor.

Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang banyak hidup di sekitar terumbu karang, pantai sekitar muara sungai, pasir bercampur karang dengan dasar yang keras, pada kedalaman 5 – 10m, dengan jarak 2 -3 mil dari pantai. Ikan ini memiliki rasa yang lezat dan banyak diminati oleh konsumen dalam dan luar negeri terutama Cina, Singapura, Taiwan, Hongkong dan Jepang, dengan permintaan yang terus meningkat.

Selama ini produksi ikan kerapu di Indonesia pada umumnya merupakan hasil penangkapan para nelayan tradisional, dengan kapasitas produksi yang masih terbatas dan belum mampu memenuhi permintaan pasaran ekspor. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi dan memenuhi peluang ekspor, budidaya ikan kerapu merupakan salah satu bidang usaha prospektif yang ditawarkan oleh pemerintah daerah kepada investor untuk dikembangkan.

Peluang lainnya, investasi usaha tambak udang merupakan salah satu bidang usaha yang dapat dikembangkan di provinsi tersebut. Selain prospek pasaran ekspor yang masih terbuka, Kabupaten Bangka sebagai kabupaten yang dikelilingi lautan, memiliki lahan yang cukup untuk dikembangkan sebagai areal tambak udang. Lebih dari itu, guna mendukung berkembangnya bisnis sektor perikanan pada umumnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka juga mengembangkan Kawasan Pelabuhan Perikanan Terpadu, yang akan mendukung pengembangan usaha tambak udang yang dilakukan oleh investor.

Melihat prospek pemasaran udang yang masih terebuka khususnya untuk ekspor, investasi usaha lambak udang dapat dikembangkan. Di daerah ini tersedia lahan yang cocok untuk tambak udang seluas 107.900 Ha, yang tersebar di beberapa wilayah seperti Kecamatan Sungailiat, Merawang, Pangkalan Baru dan Belinyu.

Hal menguntungkan lainnya, letak geografis yang strategis bermanfaat untuk pengembangan berbagai sektor ekonomi, berkaitan dengan posisi strategis daerah, dekat dengan pusat pertumbuhan segitiga Singapore-Johor-Riau serta kawasan Kepulauan Natuna. Pengembangan dapat dilakukan melalui kerjasama dengan investor baik investor dalam negeri maupun investor luar negeri.

Sekedar diketahui, tak hanya investor dalam negeri, investor luar negeri seperti Taiwan yang bergerak di bidang perikanan dan kelautan misalnya, juga telah menyatakan minatnya menanamkan modal di Bangka Belitung. Kesempatan yang sayang dilewatkan bagi yang ingin memulai agribisnis perikanan di Tanah Air. (SH)