Minggu, 30 Desember 2007

Produk Unggulan kabupaten Kantingan

Tanggal : 30 Desember 2007
Sumber : http://katingankab.go.id/ktg/content/view/58/77/lang,indonesian/


Daftar Jenis Produk Unggulan Daerah (PUD) pada Sentra Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) yang meliputi Sektor Agribisnis, Industri Kecil dan Jasa Tahun 2005 di Kabupaten Katingan

No. Kecamatan Jenis Produk Jumlah Volume Wilayah Pemasaran (%)
Unggulan Daerah Pengusaha Kapasitas Produksi Riil Dlm Negeri (Lokal) Luar Negeri (Eksport)
1. Katingan Hulu Tengkawang 7 600 ton 300 ton 100 % -

Rotan

5 - 10.710 ton 100 % 100 %
2.

Marikit

Sapi

- - 1.000 ekor 100 %

Rotan

3 - 10.120 ton 100 % 100 %
3.

Sanaman Mantikei

Sawn Timber

1 30.000 m³ 22.500 m³ 100 % -

Rotan

4 - 10.120 ton 100 % 100 %
4.

Katingan Tengah

Sapi

10 - 750 ekor 100 % -

Kelapa Sawit / CPO

3 10.160.640 ton 5.080.320 - 100 %

Rotan

8 - 9.960 ton 100 % 100 %
5.

Pulau Malan

Pisang

5 1.800 ton 800 ton 100 % -

Rotan

3 - 6.040 ton 100 % 100 %
6.

Tewang Sanggalang Garing

Pisang

5 2.000 ton 1.000 ton 100 % -

Rotan

3 - 4.400 ton 100 % 100 %
7.

Katingan Hilir

Budidaya Keramba

72 60,5 ton 40,7 ton 100 % -

Rotan

8 - 19,470 ton 100 % 100 %
8.

Tasik Payawan

Penangkapan ikan Botia

5 - 2.000.000 Ekor 100 % -

Rotan

4 - 9.640 ton 100 % 100 %
9.

Kamipang

Perikanan Darat

230 637 ton 70 ton 100 %

Rotan

5 - 3.804 ton 100 % 100 %
10.

Mendawai

Sawn Timber

42

26.800m³

151.200m³

100 %
11.

Katingan Kuala

Penangkapan / Tambak Udang

370 - 222 ton - 100 %

Penangkapan cumi-cumi

250 - 150 ton - 100 %

Padi Sawah

- 3.843 Ha 10.487 Ha 100 %

Kedelai

- 343 Ha 296 ton 100 %

Moulding / dowel

1 16.000 m³ 13.500 m³ 100 %


Minggu, 25 November 2007

Pewarna dari Rumput Laut

Tanggal : 25 September 2007
Sumber : http://ptp2007.wordpress.com/2007/09/25/pewarna-dari-rumput-laut/


Disini saya akan menambahkan informasi,berhubungan dengan pewarna alami yang mengandung zat alami dari klorofil yang bersumber pada tumbuhan rumput laut,belakangan ini para peneliti, melalui program riset unggulan dari Kementerian Riset dan Teknologi, mengembangkan rumput laut sebagai pewarna, baik untuk makanan maupun tekstil.

Tumbuhan berklorofil ini memang kaya warna.Warna itu bersumber dari empat suku rumput laut, yaitu Rhodophyceae (alga merah), Phaephyceae (alga coklat), Chlorophyceae (alga hijau), dan Cyanophyceae (alga biru-hijau). Sesuai dengan namanya, alga tersebut mengandung zat warna alami, yaitu merah, coklat, hijau, dan biru-hijau.Seecara langsung pada rumput laut terdapat senyawa alganiat yang memiliki Khasiat biologi dan kimiawi,dimanfaatkan pada pembuatan obat antibakteri, antitumor, penurun tekanan darah tinggi, dan mengatasi gangguan kelenjar. Jadi,apabila kita mampu menggunakan rumput laut tersebut sebagai bahan pewarna alami maka akan banyak manfaat bagi tubuh kita. Dalam hal ini kawasan timur Indonesia merupakan daerah yang memiliki potensi rumput laut yang terbesar karena,daerah ini berupa teluk yang airnya tenang, relatif dangkal, bersuhu panas, atau sedikit hari hujan.

Rabu, 07 November 2007

DKP lakukan klasterisasi 10 jenis rumput laut

Tanggal : 7 November 2007
Sumber : http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisi-harian/agribisnis/1id29551.html


JAKARTA: Departemen Kelautan dan Perikanan menargetkan 10 jenis rumput laut unggulan dapat dikembangkan dalam dua tahun ke depan melalui pendekatan klasterisasi usaha budi daya komoditas itu untuk meningkatkan daya saing produk.

Meski mayoritas produk itu termasuk dalam spesies Cotonii, Gracilaria, dan Sargassum, 10 komoditas unggulan itu akan dihasilkan oleh masing-masing klaster yang akan dibuka di 10 lokasi sasaran.

Ketua Komisi Rumput Laut Farid Ma'ruf mengatakan 10 komoditas yang dihasilkan 10 klaster itu akan menjadi produk unggulan dengan spesifikasi khusus yang berbeda-beda sehingga menambah nilai jual di pasar internasional.

"Selama ini rumput laut kita dijual mentah dan dicampur-campur. Yang akan kami lakukan adalah 10 klaster ini nanti masing-masing akan menghasilkan jenis yang khusus dari bibit yang dan seragam bagus sehingga nanti ada 10 jenis rumput laut unggulan kita. Misalnya Cotonii dari Gorontalo, alga merah dari Bali dan sebagainya," katanya.

Dalam dua tahun ke depan, tambahnya, 10 lokasi klaster tersebut ditargetkan dapat segera berproduksi sehingga masing-masing daerah memiliki jenis spesifik yang menjadi produk unggulan.

Saat ini, kata Farid, dua klaster rumput laut telah direalisasikan di Gorontalo dan Madura. Dengan spesies utama yang dibudidayakan Cotonii, komoditas asal dua daerah itu memiliki karakteristik yang berbeda.

"Rumput laut itu unit. Meski sama-sama Cotonii, tetapi kalau berbeda lokasi budi dayanya, kondisi alam, air lautnya, produk yang dihasilkan juga berbeda. Ini nilai tambah yang sedang kita kejar."

Selain menargetkan 10 jenis rumput laut unggulan, dia mengatakan pihaknya tengah mengupayakan mengatur tata niaga komoditas ini yang saat ini dikuasai tengkulak sehingga permainan harga terjadi dan tidak menguntungkan petani.

Harga rumput laut kering di pasar internasional yang sempat mencapai lebih dari Rp6.000 per kilogram tidak memberikan keuntungan lebih bagi petani karena harga rata-rata di tingkat petani baru ada yang berkisar hanya Rp2.500 per kilogram.

Kamis, 01 November 2007

Rumput Laut Jadi Kertas------------ Alternatif Atasi ''Illegal Logging''

Tanggal : 1 November 2007
Sumber : http://www.balipost.com/balipostcetak/2007/11/1/e1.htm


Denpasar (Bali Post) -
Selama
ini pemanfaatan rumput laut di Indonesia masih terbatas terutama pada produk makanan. Belum ada upaya lebih lanjut untuk meningkatkan output budi daya rumput laut. Padahal jika ini dikelola dengan benar, ternyata banyak produk yang bisa dihasilkan dari salah satu hasil laut yang konon dapat dikembangkan di seluruh pesisir Indonesia ini. Salah satu hasil pengolahan rumput laut adalah kertas. Jika dikelola dengan skala besar, mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

Hal tersebut dikatakan Director Pegasus Interbational Churl H You didampingi Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Prof. Dr. Martani Husaini di Denpasar, Selasa (30/10), usai pembukaan Seaweed International Business Forum and Exhibition di Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur.

Dikatakan Chur, proses pemanfaatan rumput laut menjadi kertas itu sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Apalagi ditambah siklus hidupnya yang terbilang cepat, yakni 45 hari. Sangat jauh berbeda jika yang diolah menjadi kertas itu kayu.

''Proses pengolahan kayu menjadi kertas menggunakan banyak macam bahan kimia berbahaya. Berbeda halnya dengan rumput laut yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia itu tadi,'' ujar Churl sembari menambahkan, proses pengolahan itu di antaranya boilling process dan bleaching dengan menggunakan kaporit.

Dia berpendapat, jika kelak industri ini dapat dikembangkan secara massal, tidaklah mustahil pembabatan hutan dapat dikurangi. Terlebih lagi dengan maraknya kasus illegal logging saat ini. ''Ini sisi lain keuntungan yang dapat diraih dari pemanfaatan rumput laut. Hutan perlu waktu lama untuk pulih. Alternatif ini tentu memberikan solusi bagi pelestarian lingkungan hidup,'' tambahnya.

Potensial

Prof. Martani menyebutkan saat ini pemerintah sedang mengupayakan untuk melakukan kerja sama dengan pihak asing terkait pemberdayaan hasil budi daya rumput laut. Salah satunya seperti yang dilakukan dengan Churl. ''Industri semacam ini sangat potensial dikembangkan. Jika ini dapat dikembangkan lagi sebagai mass industry, diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat pesisir yang tergolong miskin,'' katanya, sambil menyebutkan di Bali akan dibicarakan mengenai kerja sama mengenai hal tersebut.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan saat membuka forum tersebut mengatakan pengembangan rumput laut di Indonesia sangatlah memungkinkan untuk dilakukan. Sebab tidak terlalu rumit dan membutuhkan banyak dana. ''Tinggal bagaimana sekarang pihak pemda dan swasta memberdayakan cluster area yang sudah ada. Ditambah lagi peningkatan end product rumput laut yang selama ini baru dimanfaatkan untuk dijadikan makanan. Belum mengarah ke hal lain yang lebih menguntungkan,'' ujarnya. (ded)

Senin, 22 Oktober 2007

Wisata Spiritual Unggulan Pariwisata Bali ke Depan

Tanggal : 22 Oktober 2007
Sumber : http://www.wisatanet.com/templete/index.php?wil=4&id=000000000000800&idnews=3275

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, obyek unggulan untuk pariwisata Bali ke depan adalah wisata spiritual.

"Andalan pariwisata Bali ke depan yaitu pariwisata spiritual, karena potensi dan lokasi di kabupaten/kota di Pulau Dewata sangat memungkinkan," kata Menbudpar Jero Wacik di Nusa Dua, Bali, Jumat.

Di hadapan peserta seminar nasional dengan tema "Mega Tren Peluang dan Investasi Pariwisata Masa Depan," Jero Wacik mengatakan, pangsa pasar wisata spiritual itu adalah wisatawan yang berasal dari Jepang, Eropa dan Amerika Serikat.

"Wisatawan yang berasal dari negara-negara tersebut tampaknya mulai jenuh dengan obyek wisata keramaian, sehingga lebih memilih wisata alam yang sepi, tidak lain adalah tempat meditasi untuk merenungkan diri di hadapan sang pencipta," ujarnya.

Soal tempat yang paling cocok untuk wisata tersebut, Menbudpar mengatakan, semua kabupaten di Bali memiliki potensi termasuk di daerah lain di Indonesia, seperti Sulawesi yang terkenal dengan Tanah Toraja dan Jawa Tengah.

"Selain tempat yang telah mendukung untuk wisata tersebut, juga yang paling diperlukan adalah orang yang bisa menuntun ke arah meditasi atau yoga," ucap Menteri asal Kintamani, Bali.

Sementara di tempat terpisah Kadisparda Bali I Gede Nurjaya mengatakan, dalam konteks berhubungan dengan alam, masyarakat Bali sebenarnya memiliki pendekatan spiritual yang kuat.

Orang Bali menghormati alamnya sebagai ruang religius bukan sebagai tempat hidup dan mencari makan. Hubungan spiritual orang Bali dengan alam sebenarnya sangat kuat. Mereka memiliki beragam ritual sebagai bentuk persembahan kepada alamnya," katanya.

Karena itu, Bali sangat tepat untuk mengembangkan pariwisata spiritual, sebab dalam wisata tersebut arahnya bersifat universal, yakni melakukan meditasi, ujarnya.
Sumber: media-indonesia.com

Selasa, 11 September 2007

DKP PACU PENGEMBANGAN TIGA KOMODITAS UNGGULAN

Tanggal : 11 September 2007
Sumber : http://www.dkp.go.id/content.php?c=4438

Dalam upaya mencapai keberhasilan program revitalisasi ini maka pembenahan serta pengembangan industri yang berbasis pada tiga komoditas, yaitu tuna, rumput laut dan udang perlu segera dilakukan oleh seluruh komponen baik pemerintah, stakeholders dan pihak terkait lainnya. Hal pokok yang menjadi dasar dari program revitalisasi karena ketiga komoditas tersebut memiliki prospek yang cerah baik di pasar dalam negeri maupun di pasar internasional. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi saat membuka Semiloka Pengembangan Industri Tuna, Udang dan Rumput Laut di Departemen Kelautan dan Perikanan (11/09/07).

Sistem perikanan tuna di Indonesia berkembang dengan pesatnya pada periode memasuki akhir tahun 1980-an semenjak diperkenalkannya pasar untuk tuna segar (fresh tuna). Perkembangan pasar ini yang mendorong berkembangnya perikanan long line dan teknologi ini disukai para nelayan Indonesia karena operasi penangkapan yang relatif pendek. Industri perikanan tuna juga dihadapkan beberapa permasalahan lain, seperti: peningkatan harga bahan bakar yang terjadi dalam beberapa bulan pada tahun 2005, sehingga banyak kapal-kapal yang akhirnya menghentikan operasinya karena tingginya biaya operasi penangkapan.

Sistem perikanan tuna diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah dan ekspor komoditas tersebut. Oleh karena itu, strategi pengelolaan perikanan tuna akan diimplementasikan melalui tiga hal, yaitu peningkatan mutu dan keamanan produk, pengembangan produk dari produk-produk bernilai rendah ke produk-produk bernilai tinggi serta penguatan dan pengembangan pemasaran luar negeri. Issues yang dihadapi perikanan tuna diantaranya:revenue/Cost yang semakin rendah akibat catch rate yang semakin turun, fishing ground yang semakin jauh, masih berlakunya embargo ekspor tuna sirip biru selatan oleh kebijakan CCSBT, draft SK menteri tentang penangkapan di laut lepas, trend meningkatnya jumlah kapal longline yang berpindah fungsi menjadi kapal purse seine atau kapal penangkap cumi-cumi.

Sedangkan ditetapkannya udang sebagai salah satu komoditas perikanan yang harus ditingkatkan produksinya cukup beralasan, karena udang merupakan primadona ekspor hasil perikanan Indonesia yang usaha budi dayanya telah terbukti memiliki backward dan forward lingkage yang cukup luas bagi aktivitas ekonomi masyarakat. Menurunnya aktivitas usaha udang di beberapa sentra produksi beberapa tahun terakhir ini, telah membawa dampak yang cukup signifikan bagi menurunnya pertumbuhan ekonomi masyarakat di beberapa kawasan budi daya tersebut. Sebagai komoditas ekspor, udang masih memperlihatkan penampilan yang menggembirakan.

Terakhir adalah r umput laut dapat diandalkan untuk menghasilkan devisa negara dalam waktu yang cepat karena umur tanamnya relatif pendek, mudah dibudidayakan, investasi relatif kecil, teknologi sederhana, menyerap tenaga kerja, potensi lahan untuk budidaya yang luas, dan bersifat massal. Selama ini hasil produksi rumput laut Indonesia sebagian besar masih diperdagangkan sebagai bahan baku dan untuk itu perlu upaya untuk mengolah menjadi bahan lain yang bernilai lebih tinggi dan itu sedang dilakukan, agar nilai tambah yang dimiliki rumput laut dapat dimanfaatkan didalam negeri.

Terkait dengan adanya kebijakan penghapusan PPN 10 persen bagi bahan baku industri agrobisnis diharapkan pengembangan industri pengolahan rumput laut dapat meningkat. Untuk lebih mendayagunakan dan mengembangkan industri rumput laut Indonesia sehingga menjadi usaha yang terintegrasi dan handal mulai dari hulu hingga hilir serta berdaya saing tinggi, maka seluruh unsur yang terkait di bidang rumput laut baik pemerintah maupun swasta perlu dipadukan melalui penerapan strategi klaster rumput laut yang saat ini sedang mulai dilakukan di beberapa sentra rumput laut, Klaster rumput laut mempunyai pengertian saling sinergi antar beberapa komponen penunjang dari suatu industri perumput lautan, dibentuk dalam rangka mengindustrikan rumput laut untuk menghasilkan nilai produk yang kompetitif dipasar global.

Dalam upaya mendorong keberhasilan program revitalisasi kelautan dan perikanan Indonesia, maka sesegera mungkin dilakukan pembenahan dan pengembangan industri ketiga komoditas tersebut (udang, tuna dan rumput laut) serta mampu mendayagunakan segenap potensi ekonomi dari sector kelautan dan perikanan yang diharapkan tidak hanya mampu mengeluarkan Indonesia dari belenggu kemiskinan dan pengangguran, tetapi juga mampu mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berdaya saing.

Rabu, 29 Agustus 2007

PRODUK LAUT KIM BAHARI SURABAYA RAUP RP 9 JUTA

Tanggal : 29 Agustus 2007
Sumber : http://www.d-infokom-jatim.go.id/news_kim.php?id=33


Produk unggulan hasil laut seperti kerupuk terung, teripang, dan kulit kakap di stan pameran Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Bahari, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya laris terjual. Pameran KIM II di Jember 27-29 Agustus maraup pendapatan sekitar Rp 9 juta.

Menurut Ketua KIM Bahari Kecamatan Bulak Kota Surabaya, H Djunis Kalim St Bt Sati ditemui di stand arena pameran Gedung Serbaguna Kaliwates Jember, Rabu (29/8) pameran kali ini membawa sekitar 350 kilogram produk hasil laut dan lebih banyak dari tahun lalu yang hanya 300 kilogram.

Pada pameran KIM I di Mojosari tahun lalu, selama sepekan kelompoknya membawa pulang keuntungan sekitar Rp 20 juta. Hasil keuntungan digunakan mengembangkan usaha. “Saya berharap bisa meraup keuntungan lebih besar pada pameran KIM kali ini. Syukur-syukur dapat melebihi dari pameran di Mojosari Kabupaten Mojokerto,” ujarnya.

Djunis menyampaikan rasa kekecawaannya, karena informasi pelaksanaan pekan KIM II baru diterima pada Sabtu (25/8) lalu dan hanya mandapat bagian satu stand saja. “Kepada panitia penyelenggara, kami mengusulkan untuk memperbanyak promosi jika akan mengadakan pekan KIM pada tahun mendatang,” katanya.

Stand KIM Bahari memang terlihat paling ramai dikunjungi penonton di antara stand-stand yang lain, selain harganya terjangkau, produk yang dijual enak untuk camilan maupun untuk luk pauk.
Haga satu ons teripang dijual dengan harga Rp 10.000. demikian juga kerupuk terung dan kerupuk kulit kakap. Sedangkan telur terung harganya sedikit lebih mahal yakni Rp 15.000/1ons.

Hal itu dibenarkan salah seorang pembeli asal Jember, Siti Soliha (37). Ibu yang datang ke pameran bersama suami dan tiga orang putrinya itu mengaku gemar mengkonsumsi produk-produk hasil laut. Selain enak dan murah, produk hasil laut sangat baik bagi pertumbuhan anak.

Selain memproduksi hasil laut, kegiatan KIM Bahari yang beranggotakan 20 orang juga membudidaya ikan, penyuluhan Narkoba, dan koperasi simpan pinjam.

Senin, 13 Agustus 2007

Produk Unggulan Perikanan Bappeda Ogan Hilir

Tanggal : 13 Agustus 2007
Sumber : http://bappeda.oganilirkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=28&Itemid=52


Jenis alat tangkap yang di pergunakan, antara lain jaring insang hanyut, jaring insang tetap, serok, anco, rawai, pancing, kilung/corong/langsatan, bubu, tuguk, jaring apung dan lain-lain.

Indralaya sebagai reservart, sedangkan potensi usaha perikanan meliputi budidaya ikan patin dalam keramba di sepanjang sungai Ogan dan budidaya ikan dalam kolam (patin, gurami dan Nila Merah ). serta budidaya ikan dalam empang terutama ikan patin jambal.

Produksi ikan terbesar diperoleh dari hasil ikan tangkap pada perairan rawa / lebak lebung yang biasanya panen menjelang musim kemarau sampai awal musim hujan. Produk unggulan perikanan meliputi produk ikan patin segar, aneka ikan asin, aneka ikan salai, dan produk abon ikan. Jenis Ikan yang diproduksi di kabupaten Ogan Ilir tahun 2005 yang terbanyak adalah Ikan lele, patin, toman, nila dan gurami.

Rumput Laut Jadi komoditas Unggulan

Tanggal : 13 Agustus 2007
Sumber : http://ikm.depperin.go.id/PublikasiPromosi/KumpulanArtikel/tabid/67/articleType/ArticleView/articleId/14/Rumput-Laut-Jadi-komoditas-Unggulan.aspx


Rumput laut bisa dijadikan sebagai komoditi unggulan bagi Indonesia. Pasarnya masih sangat potensial. Menurut data dari Ditjen Perikanan, saat ini hasil budidaya rumput laut Indonesia berada di posisi tiga dunia setelah Philipina dan China. Sedang untuk hasil produksi agar-agar, Indonesia menempati posisi kedua setelah Chilie. Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, rumput laut saat ini termasuk satu dari 10 komoditas ekspor yang menjadi primadona. Pada 2005, sebanyak 23.648 ton rumput laut diekspor ke berbagai negara dengan nilai ekspor mencapai US$ 4,5 juta. Selain diekspor, sebagian produksi rumput laut digunakan untuk memenuhi permintaan industri dalam negeri. Sejumlah negara seperti China, Singapura, dan beberapa negara di Eropa, menjadi tujuan ekspor rumput laut asal Sulsel. Tingginya permintaan ekspor ini jauh melebihi produksi rumput laut Sulsel. Pada 2005 produksi rumput laut Sulsel baru mencapai 50.000 ton.

Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa China kira-kira tahun 2700 SM. Saat itu rumput laut dimanfaatkan sebagai sayuran dan obat-obatan. Lantas dalam perkembangan pada tahun 65 SM, bangsa Romawi menggunakannya sebagai bahan baku kosmetik. Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan tentang rumput laut juga makin berkembang, oleh Spanyol, Perancis dan Inggris rumput laut dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gelas. Sedangkan di Irlandia, Norwegia, dan Scotlandia rumput laut diolah menjadi pupuk tanaman.

Saat ini rumput laut telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri agar-agar, keragenan, alginat, dan furselaran. Produk hasil ekstraksi rumput laut banyak digunakan sebagai bahan pangan, bahan tambahan, atau bahan pembantu dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat, dan lain-lain. Selain itu rumput laut juga digunakan sebagai pupuk dan komponen pakan ternak atau ikan. Melihat begitu besar manfaat dan kegunaannya tidak salah jika rumput laut sebagai komoditas perdagangan yang prospeknya makin cerah, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun kebutuhan ekspor. Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi rumput laut, maka pengembangan industri pengolahan rumput laut merupakan salah satu alter natif yang perlu diwujudkan. Perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia sebagai bahan pangan dimulai pada 1930, yakni dalam pembuatan agar-agar. Baru kemudian pada 1989 dikembangkan industri keragenan dan selanjutnya pada 1993 berkembang industri alginat.

Sebagai agro based industry sebenarnya industri pengolahan rumput laut di Indonesia punya prospek bagus, karena tersedianya sumber bahan baku yang melimpah, sumberdaya manusia, dan teknologi ser ta peluang pasarnya cukup besar baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. Untuk mewujudkan industri pengolahan rumput laut sebagai agro based industry bukan pekerjaan mudah. Syarat utamanya, adalah terjalinnya sinergi yang baik antara faktor-faktor terkait, dan yang terpenting adalah adanya dukungan pemerintah.

Kamis, 09 Agustus 2007

Manisan Asam Kelubi Masih Diminati

Tanggal : 09 Augustus 2007
Sumber : http://rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=2131

BAGANSIAPI-API (RP) ---- Bagi masyarakat yang berasal dari sejumlah daerah di Kabupaten Rohil, cemilan tradisional seperti manisan asam kelubi sudah tidak asing lagi. Dimana, setiap lebaran Idul Fitri, manisan asam kelubi mudah ditemukan di setiap rumah-rumah masyarakat.

Malahan, setiap kegiatan lainnya terlebih pada pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) baik tingkat kecamatan hingga provinsi Riau, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rohil selalu menampilkan manisan asam kelubi. Hanya saja, tidak banyak yang mengetahui sampai sejauhmana asam kelubi diproses menjadi manisan yang siap saji.

Asam kelubi merupakan tanaman liar yang tumbuh di dalam hutan. Asam kelubi tersebut, oleh masyarakat disebut dengan istilah buah salak hutan. Karena, mulai dari bentuk kulitnya, asam kelubi mirip sekali dengan buah salak. Hanya saja bedanya, salak memiliki bentuk buah yang cukup besar. Karena sifat keasamannya yang cukup khas, asam kelubi selalu dipergunakan untuk ramuan sambal terasi atau dikenal dengan sebutan sambal belacan.

Asam kelubi yang dipergunakan untuk dijadikan manisan, tampaknya tidak asal-asalan saja. Buah asam kelubi yang ideal untuk dijadikan manisan tersebut, tidak dalam kondisi yang terlalu tua atau sebaliknya. Bila sudah menemukan asam kelubi yang ideal untuk dijadikan manisan, maka prosesi pembuatannya segera dapat dilaksanakan. Langkah pertama yang dilakukan, yakni asam kelubi tersebut harus dipisahkan dari kulitnya. ?Usai mengupas kulitnya, dilanjutkan dengan pembuangan kulit ari yang menempel di dinding asam kelubi. Seiring dengan hal itu, dinding asam kelubi ditusuk-tusuk yang maksudkan untuk mengurangi kadar air asam yang ada di dalamnya. Prosesi penusukan tersebut dilakukan sesuai dengan keinginan. Dalam artian, harus ditusuk beberapa kali. ''Sebenarnya, kulit arinya boleh dibuang juga boleh tidak. Semuanya tergantung dari keinginan,'' kata Wati (35) salah seorang warga Bagansiapi-api.

Usai ditusuk-tusuk, asam kelubi tersebut direndam dengan air bersih selama tiga hari berturut-turut. Perendaman selama tidak hari tersebut dimaksudkan agar buah asam kelubi tersebut bisa lengkang atau lepas dari bijinya apabila sudah disantap. Ketika dilakukan perendaman, jangan lupa berikan garam dapur yang komposisinya disesuaikan dengan banyak atau sedikitnya manisan asam kelubi yang akan diolah.

Setelah direndam selama tiga hari, asam kelubi direbuskan sampai matang dan ditiriskan. Seiring dengan prosesi penirisan, dilanjutkan dengan pembuatan rebusan air gula pasir. Bila rebusan air gula pasir sudah benar-benar rata dengan artinya tidak lagi menemukan ada gula pasir yang tidak larut, maka secara perlahan, buah asam kelubi yang sudah ditiriskan kembali dimasukan ke dalam air gula untuk direbus yang kedua kalinya. Setelah direbus dengan air gula, maka asam kelubi sudah berganti nama menjadi manisan asam kelubi.

''Manisan asam kelubi itu merupakan cemilan tradisional yang sampai sekarang ini masih ditemukan di kota Bagansipi-api terutama pada saat lebaran. Mengingat kondisinya yang bersifat tradisional itulah, maka dalam Riau Expo, kita menampilkan manisan asam kelubi ini,'' kata Camat Bangko, Roy Azlan.

Selain permintaan dari dalam cukup tinggi terutama menjelang lebaran, masyarakat yang berada di negara tetangga Malaysia seperti di Port Klang dan sekitarnya, boleh dikatakan telah keranjingan untuk dapat menikmati manisan asam kelubi. Apalagi, sebagian besar masyarakat di Port Klang, Malaysia tersebut memiliki sanak saudara yang ada di Kabupaten Rohil terutama di kota Bagansiapi-api dan sekitarnya.

''Biasanya dua atau satu minggu jelang lebaran Idul Fitri, prosesi pembuatan manisan asam kelubi segera dimulai. Setelah dibuat, manisan asam kelubi ini dibagi-bagi kepada semua sanak keluarga kita. Malahan, sampai ke Port Klang, Malaysia sana. Mengirim manisan asam kelubi ke Port Klang itu sudah boleh dikatakan mentradisi sekali,'' kata Rohaya (55) warga Bagansiapi-api.(Syahri Ramlan)

Rabu, 25 Juli 2007

Bintan Andalkan Kerajinan Sisik Ikan


PDF Cetak E-mail

Tanggal : 25 Juli 2007
Sumber : http://www.posmetrobatam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1770&Itemid=35




KIJANG, METRO : Kabupaten Bintan sedang berupa menjadikan kerajinan dari sisik ikan menjadi andalan. Selama seminggu ini sebanyak 30 warga mendapat pelatihan di Aula Kantor Camat Bintan Timur (Bintim) Kijang. Anggota DPD RI asal Kepri Aida Ismeth memberi perhatian terhadap kerajinan andalan Kabupaten Bintan tersebut dan menyempatkan untuk membuka acaranya di Aula Kantor Camat Bintan Kijang, Selasa (24/7) kemarin. Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Pemrov Kepri Puji Astuti mengatakan Kabupaten Bintan menjadikan sisik ikan menjadi kerajinan sebagai andalan. ‘’Kita melihat kalau di Kabupaten Bintan banyak ikan dan sisiknya bisa jadi kerajinan,’’ujar Puji. Di Provinsi Jambi sisik ikan sudah menjadi kerajinan dan sudah sangat terkenal, namun ada sedikit perbedaan kalau di Jambi sisik ikan besar tetapi di Kabupaten Bintan sisik ikan kecil. ‘’Tetapi kita akan menyesuaikan dengan kondisi di Bintan,’’terangnya. Karena Jambi sudah berpengalaman, sebagai tenaga pelatih didatangkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepri. Berbagai ketrampilan sampai sisik ikan menjadi kerajinan diadakan selama semingu. Puji menambahkan, kalau Kabupaten Bintan andalannya kerajinan sisik ikan, Kabupaten Lingga adalah batik. Sedangkan Kota Tanjungpinang usaha bordir. Sementara itu, tahun 2008 mendatang juga akan ada produk unggulan di Kota Batam, direncanakan yang menjadi produk unggulan dari adalah kerajinan kayu.(ron)

Selasa, 19 Juni 2007

Dua Produk Unggulan Hiasi Pameran Ekspo di Batam

Tanggal : 19 June 2007
Sumber : http://rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=1897


BAGANSIAPI-API (RP) ----- Pada bulan September mendatang, direncanakan ada perhelatan pameran ekspo sejumlah produk unggulan yang dipusatkan di kota Batam. Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten?Rohil direncanakan juga akan tampil dan mengisi kegiatan pameran ekspo unggulan tersebut. Dua produk unggulan yang akan ditampilkan dari Kabupaten Rohil diantaranya dari sektor perikanan dan kelautan serta pertanian tanaman pangan.

Penegasan tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rohil, Drs H Herman Tambusai yang ditemui Riau Pos kemarin di ruang kerjanya. ''Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, Kabupaten Rohil memiliki sejumlah daerah-daerah sentra produksi di sektor pertanian tanaman pangan. Malah, produksi di sektor pertanian tanaman pangan itu sendiri, bisa dijadikan produk unggulan. Betapa tidak, setiap tahunnya, jumlah produksi padi di semua daerah sentra yang ada di Kabupaten Rohil terus meningkat. Makanya, kita merencanakan akan mengikutkan sektor pertanian ini untuk tampil pada pameran ekspo produk unggulan itu,'' kata Herman Tambusai.

Sektor produk unggulan lain yang direncanakan juga akan ditampilkan pameran ekspo di Batam nanti, tambah Herman Tambusai, yakni bidang perikanan dan kelautan. ''Sektor perikanan dan kelautan yang segera kita tampilkan itu, kondisinya bervariasi. Malah, tidak tertutup kemungkinan, kita akan menampilkan potensi yang dimiliki di gugusan kepulauan Arwah yang berada di perairan Kecamatan Pasirlimau Kapas itu. Gugusan?Kepulauan Arwah atau yang dikenal dengan sebutan pulau Jemur itu, miliki banyak potensi yang bisa diangkat. Baik dari segi wisata alamnya maupun baharinya. Malah penyu hijau yang ada di Gugusan Kepulauan Arwah itu, juga bisa diangkat,'' kata Herman Tambusai.

Menjawab Riau Pos, Herman Tambusai menjelaskan, produk unggulan lainnya yang dimiliki oleh Kabupaten Rohil yakni berasal dari sektor perkebunan. Malah, ada beberapa daerah di Kabupaten Rohil yang cukup potensial di sektor pengolahan dan perkebunan kelapa sawit. Sejumlah daerah tersebut yakni Kecamatan Bagansinembah, Simpangkanan, Pujud dan Tanahputih. Kendati cukup potensial, namun sektor perkebunan direncanakan tidak akan ditampilka pada pameran ekspo di Batam. Alasannya, sektor perkebunan sudah termasuk usaha yang mapan dan mandiri.

''Sektor perkebunan khususnya kelap sawit, dari segi pengolahan dan pemasarannya kan lancar-lancar saja. Begitu selesai di proses, Crude Palm Oil (CPO) yang sudah diproduksi itu, bisa langsung dipasarkan ke sejumlah daerah baik dalam maupun luar negeri. Lantaran dari proses pemasarannya yang tidak ada masalah itulah, kita menganggap sektor perkebunan khususnya kelapa sawit sudah termasuk usaha yang mapan dan mandiri,'' kata Herman Tambusai.

Kondisi seperti ini, tambah Herman Tambusai, sangat berbeda sekali dengan sektor pertanian dan tanaman pangan. Permasalahan di sektor pertanian tanaman pangan selalu muncul terutama disaat jumlah produksi mengalami peningkatan. Akibat dari meningkatkan produksi, menyebabkan harga gabah kering giling mengalami penurunan. ''Kalau harga gabah menurun, jelas para petani tidak akan mendapatkan keuntungan. Dan kondisi seperti ini, kerap terjadi,'' kata Herman Tambusai.(sah)

Senin, 18 Juni 2007

RUMPUT LAUT HASILKAN DEVISA DALAM WAKTU CEPAT

Tanggal : 18 Juni 2007
Sumber : http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=berita&view=1&id=BRT070619093301

Jakarta,18/6/2007 (Kominfo-Newsroom) - Rumput laut dapat diandalkan untuk menghasilkan devisa negara dalam waktu yang cepat karena umur tanamnya relatif pendek, mudah dibudidayakan, investasi relatf kecil, teknologi sederhana, menyerap tenaga kerja, potensi lahan untuk budidaya yang luas, dan bersifat massal.

Sebagai komoditas ekspor untuk kebutuhan industri, maka penyediaan bahan baku yang konsisten dan berkesinambungan baik dalam mutu maupun jumlahnya akan menjadi kunci keberhasilan, kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Departemen Kelautan dan Perikanan, Martani Huseini di Jakarta, Senin (18/6).

Kualitas rumput laut sangat tergantung dari kondisi lokal dimana muatan lokal lingkungan akan mempengaruhi sifat kimia dan fisika yang terkandung didalam keinginannya.

Misalnya rumput laut di Sumenep berbeda kualitasnya dengan Takalar (Sulsel) dengan spesifikasi unggulan masing masing, hal ini tentunya perlu ditunjang dengan keberadaan kebun bibit unggulan. Dengan keragaman tersebut diharapkan Indonesia akan menjadi pusat rumput laut dunia.

Selama ini hasil produksi rumput laut Indonesia sebagian besar masih diperdagangkan sebagai bahan baku, dan untuk itu perlu upaya untuk mengolah menjadi bahan lain yang bernilai lebih tinggi dan itu sedang dilakukan, agar nilai tambah yang dimiliki rumput laut dapat dimanfaatkan di dalam negeri.

Terkait dengan adanya kebijakan penghapusan PPN 10 persen bagi bahan baku industri agrobisnis diharapkan pengembangan industri pengolahan akan lebih meningkat, katanya

Menurut Martani, untuk lebih mendayagunakan dan mengembangkan industri rumput laut Indonesia sehingga menjadi usaha yang terintegrasi dan handal mulai dari hulu hingga hilir serta berdaya saing tinggi.

Maka seluruh unsur yang terkait di bidang rumput laut baik pemerintah maupun swasta perlu disatupadukan melalui penerapan strategi klaster rumput laut.

Perlu adanya kerjasama dengan pemahaman yang sama terhadap pengembangan diantara stakeholders dengan stakeholder daerah, dan dinas terkait sudah selayaknya memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mengembangkan rumput laut sebagai unggulan daerah.

Sementara Kasubdit Informasi Usaha dan Investasi Ditjen P2HP DKP Anny Kustantini mengatakan, Ditjen P2HP DKP tengah menerapkan konsep klaster rumput laut di beberapa sentra rumput laut, Klaster rumput laut mempunyai pengertian saling sinergi antar beberapa komponen penunjang dari suatu industri perumput lautan, dibentuk dalam rangka mengindustrikan rumput laut untuk menghasilkan nilai produk yang kompetitif dipasar global.

Tingkat keberhasilanya tergantung dari beberapa faktor kunci yaitu terciptanya kemitraan dan network, adanya inovasi, riset dan pengembangan SDM yang handal serta lokasi klaster.

Pengawasan bibit, masa panen, cara panen, peningkatan nilai tambah melalui pengolahan, jaminan pasar bahan setengah jadi akan dikelola dengan system terpadu, para pedagang yang biasanya berperan sebagai tengkulak akan disertakan sebagai prosesor dengan memanfaatkan peralatan dan pelatihan dari pemerintah.

Petani akan memperoleh bagian dari hasil panennya secara mingguan untuk mencegah panen sebelum waktunya. Industri penghela yaitu industri penghasil Semi Refined Carragenan/SRC, yang akan mengekspor produknya akan mendapat jaminan bahan baku baik secara kuantitas maupun kualitas, dimana dengan terjaminnya kualitas maka 50 persen peluang pasar telah terjamin. (T.Bhr/toeb/c)

Sabtu, 16 Juni 2007

Ekspor Ikan Jateng Capai USD23 Juta

Tanggal : 16 Juni 2007
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/jawa-tengah-diy/ekspor-ikan-jateng-capai-usd23-juta.html

SEMARANG (SINDO) – Nilai ekspor hasil-hasil perikanan di Jawa Tengah pada Januari- April 2007 mencapai USD23 juta. Ditargetkan hingga akhir tahun, ekspor meningkat 5% dibandingkan pencapaian tahun lalu sebesar USD70,6 juta.
”Untuk mendukung target, kami lebih memprioritaskan peningkatan mutu. Ini karena kualitas yang dipersyaratkan oleh negara-negara pengimpor ikan cukup tinggi,”kata Kasubdin Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Tengah Sartono Tirtodihardjo, kemarin. Peningkatan mutu yang dilakukan dari mulai pra produksi hingga hasil pemasaran.

”Peningkatan melalui official control dan ini sudah kami lakukan,” tegasnya. Untuk mendukung peningkatan mutu, pihaknya melakukan pembinaan kepada perusahaan- perusahaan yang mengekspor ikan. Ini penting mengingat banyak eksportir ikan di Jateng yang belum memiliki Sertifikasi Kelayakan Pengolahan (SKP). Tercatat dari 30 perusahan eksportir ikan di Jateng saat ini hanya delapan yang sudah punya SKP. ”Inipun kelasnya masih tergolong rendah,” ujarnya.

Seperti diketahui SKP terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas A, B, dan C. Di mana A, kelasnya paling tinggi dan C paling rendah. Tanpa SKP, eksportir akan dikenai internal suspect oleh pemerintah. Dan dengan internal suspect ini maka eksportir tidak diperbolehkan melakukan kegiatan ekspor sampai ada perbaikan dalam pengolahan. Selama ini beberapa produk unggulan ikan di Jateng yang diekspor di antaranya udang beku, tuna kaleng, ikan nila, dan rajungan.

Sedangkan negara-negara tujuan ekspor meliputi Amerika, Belanda, Singapura, Jepang, China, Jerman, Hongkong, Taiwan, dan Belgia. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Tengah Sulakso Sumardi mengatakan, peningkatan mutu memang suatu keharusan guna mendorong kegiatan ekspor ikan.

Mengingat dari hasil penangkapakan sekarang ini dianggap sudah jenuh, utamanya di daerah pantura. Meski begitu, untuk pantai selatan sebenarnya masih bisa dikembangkan hasil perikanan yang bisa berpotensi ekspor, misalnya udang. (alkomari)

Jumat, 15 Juni 2007

Tanggal : 15 Juni 2007
Sumber : http://www.gorontaloprov.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1191&Itemid=2

Pembangunan sektor perikanan dan kelautan di Prov. Gorontalo memberikan konstribusi cukup besar terhadap perekonomian masyarakat Gorontalo baik perikanan tangkap, perikanan budidaya maupun perikanan industri pengolahan hasil perikanan, dan pengembangan produk bernilai tambah tidak hanya bersumber dari pemanfaatan hasil-hasil perikanan tangkap tetapi juga dari hasil budidaya antara lain produk olahan rumput laut, ini dikatakan sekprov Idris Rahim saat membuka bimtek pengembangan produk bernilai tambah berbasis rumput laut di Hotel Citra, Jumat (15/6)

Rumput laut kata Idris Rahim merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia, disamping karena potensial dibudidayakan pada hampir seluruh wilayah perairan Indonesia, produk ini juga memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi, sebagian produksi rumput laut diekspor, namun sayang bentuk ekspor masih dalam bentuk gelondongan kering, sedangkan bentuk produk seperti agar-agar, karaginan dan alinate malah diimpor, sehingga nilai tambah dari pengolahan rumput laut tidak diperoleh dan malah menjadi perolehan bagi Negara tujuan ekspor rumput laut kering tersebut.

Olehnya kata Idris Rahim pengembangan produk bernilai tambah (PPNT) harus dilakukan secara komprehensif mulai dari penyediaan input bahan baku, bahan tambahan, teknologi pengemasan serta sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi yang cukup, pasalnya kata Idris Rahim, pengembangan industri pengolahan rumput laut tersebut akan besar manfaatnya antara lain membuka peluang usaha baru, peluang kerja baru, pendapatan tambahan dan membantu menghemat devisa Negara. ‘sehingga dengan bimtek ini bisa memberi keterampil dalam mengembangkan produk olahan rumput laut menjadi produk yang dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan keluarga serta meenciptakan produk olahan rumput laut Gorontalo yang mampu bersaing di pasar global’ harap Idris Rahim.

Sementara itu Kadis perikanan dan kelautan Prov. Gorontalo Dr. Ir. Nurdin Yusuf mengatakan bahwa upaya meningkatkan nilai tambah hasil usaha rumput laut nelayan sangat perlu dilakukan terutama pada sentra-sentra produksi dalam hal teknologi pengolahan rumput laut yang diharapkan dapat diterapkan pada pengolahan skala kecil dan menengah, ini semua dilakukan untuk meningkatkan nilai pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan sector-sektor lain

Sebelumnya Kepala seksi kelembagaan kemitraan Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Gorontalo Iswan Anwar melaporkan maksud dan tujuan bimtek ini adalah agar masyarakat nelayan mengetahui berbagai jenis olahan rumput laut sehingga akan memberi nilai tambah bagi komoditi produksi perikanan serta untuk meningkatkan minat masyarakat dalam mengembangkan produk nilai tambah hasil olahan rumput laut tersebut. Bimtek tersebut akan berlangsung selama 2 hari (tanggal 15-16 Juni) dan diikuti oleh 20 orang peserta dari kelompok pengolah rumput laut

Jumat, 01 Juni 2007

Budidaya Potensi Dikembangkan di Gugusan Kepulauan Arwah

Tanggal : 01 June 2007
Sumber : http://rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=1794


BAGANSIAPI-API (RP) - Selain memiliki potensi di sektor wisata alam bahari, Gugusan Kepulauan Arwah atau yang dikenal dengan sebutan pulau Jemur yang berada di perairan Kecamatan Pasirlimau Kapas, Kabupaten Rohil, tampaknya mempunyai peluang lain. Salah satu diantaranya berpeluang untuk dijadikan pusat pengembangan budidaya ikan terlebih yang memilki nilai ekonomis yang tinggi.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rohil, Ir H Amrizal kepada Riau Pos, Rabu (30/5) di Bagansiapi-api menjelaskan, menurunkan potensi di sektor perikanan yang terjadi belakangan, tampaknya perlu diambil berbagai kebijakan. Salah satu diantaranya memanfaatkan lokasi yang ada dengan menggunakan sistim keramba melalui program budidaya ikan. Melalui budidaya ikan tersebut diharapkan sektor pendapatan ekonomi masyarakat terlebih nelayan tradisional Kabupaten Rohil bisa sedikit terangkat.

Berkaitan dengan program budidaya ikan itu, tambah Amrizal, ternyata Kabupaten Rohil memiliki lokasi yang dianggap cocok. Diantaranya seperti terdapat di perairan Kecamatan Pasirlimau Kapas, Kubu, Bangko dan Sinaboi.

Khusus di Kecamatan Pasirlimau Kapas, daerah yang cocok untuk dikembangkan menjadi pusat kegiatan budidaya ikan yakni berada di perairan di Gugusan Kepulauan Arwah atau yang dikenal dengan sebutan pulau Jemur. Jenis ikan yang cocok untuk dibudidayakan di perairan Gugusan Kepulauan Arwah, diantaranya seperti kerapu dan kakap merah,'' kata Amrizal.

Ikan jenis kerapu dan kakap merah serta lainnya, lanjut Amrizal, memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sehingga, keberadaannya bisa meningkatkan dan mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat. ''Kita melihat, perairan di Gugusan Kepulauan Arwah itu, sangat potensi sekali untuk pengembangan budidaya ikan. Hanya saja, dalam merealisasikannya, kita sangat memerlukan kehadiran investor untuk dapat menanamkan modalnya di Rohil ini. Karena, percepatan perkembangan suatu daerah, pada prinsipnya tidak terlepas dari peran serta pihak ketiga yang salah satu diantaranya investor,'' kata Amrizal.

Berkaitan dengan hal itu, tambah Amrizal, pihaknya membuka diri bagi investor yang berminat untuk mengembangkan usaha di sektor budidaya ikan. ''Kalau ada investor yang berminat untuk menanamkan usahanya di sektor perikanan, maka kita akan berusaha semaksimal mungkin membantunya. Perlu untuk diketahui, sudah ada investor yang membuka usaha di Rohil yang bergerak di bidang budidaya seperti yang dilaksanakan di Panipahan. Kalau memang ada yang berminat untuk mengembangkan usaha budidaya di perairan Gugusan Kepulauan Arwah, kita siap membantunya,'' kata Amrizal.(sah)

Senin, 14 Mei 2007

Tuna Jadi Komoditas Unggulan Kelautan Gunungkidul

Tanggal : 14 Mei 2007
Sumber : http://www.antara.co.id/arc/2007/5/14/tuna-jadi-komoditas-unggulan-kelautan-gunungkidul/

Yogyakarta (ANTARA News) - Ikan Tuna Yellow Fin masih menjadi komoditas unggulan sektor kelautan di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Sejak tahun 2005 ikan Tuna menjadi komoditas ekspor utama dari sektor kelautan Gunungkidul, dan tahun 2006 produksinya mencapai 122,2 ton" kata Staf Produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul, Rahmat, di Wonosari, Senin.

Menurut dia, rumput laut juga merupakan salah satu produk laut Gunungkidul yang banyak diminta oleh pasar, sedangkan produksi rumput laut tahun 2006 mencapai 527,4 ton.

Ia mengatakan, jenis ikan yang juga menjadi andalan antara lain ikan Tongkol Komo, Tongkol Lisong, Tenggiri, Kembung, Bawal Putih, Tiga Waja, dan Pari.

"Sebenarnya banyak juga permintaan pasar yang menginginkan jenis udang jerbung dan keong, sedangkan lobster merupakan produk musiman yang banyak diminta oleh pasar di Surabaya dan Cilacap," kata dia.

Total produksi ikan selama tahun 2006 sebesar 1.118,8 ton atau senilai dengan Rp5.702.748.800,00

Menurut dia, Gunungkidul memiliki tujuh pelabuhan ikan, yaitu Sadeng, Baron, Wediombo, Siung, Drini, Ngrenehan, dan Gesing.

"Pelabuhan ikan yang terbesar dan menghasilkan produksi hasil laut paling banyak adalah pelabuhan di Pantai Sadeng," kata dia.

Ia menambahkan, pemerintah berencana unuk membangun pelabuhan ikan di Pantai Baron menjadi pelabuhan besar seperti Sadeng.

"Sekarang kami masih melakukan studi kelayakan terhadap rencana tersebut," katanya menambahkan. (*)

Rabu, 02 Mei 2007

DARI SEGENGGAM RUMPUT LAUT MENDULANG RUPIAH MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI

Tanggal : 2 Mei 2007
Sumber : http://www.dkp.go.id/content.php?c=3916


Indonesia merupakan Negara maritime terluas di dunia dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan. Namun di pasar internasional dalam era globalisasi saat ini, ternyata Indonesia belum mampu berperan banyak. Daya saing produk yang merupakan kata kunci dalam persaingan global, belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh Indonesia. Daya saing produk dapat diciptakan melalui aplikasi teknologi yang tepat dalam pengelolaan dan pemanfaatan hasil perikanan dan kelautan. Masih minimnya pemahaman serta pemanfaatan teknologi serta masih kuatnya pola berpikir tradisional yang berorientasi pada padat karya dan teknologi rendah, menyebabkan daya saing produk Indonesia masih rendah dan Indonesia pun belum banyak beranjak dari posisi lebih banyak sebagai salah satu pangsa pasar dunia saat ini.

Salah satu hasil kekayaan kelautan di Indonesia adalah komoditas rumput laut, yang merupakan salah satu komoditas unggulan nasional. Hal ini mengingat 555 jenis rumput laut dapat tumbuh di perairan wilayah Indonesia. Rumput laut banyak ditemukan di lima (5) provinsi di Indonesia yaitu Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Hingga saat ini sebagian besar produk ekspor rumput laut masih dalam bentuk basah atau kering, sehingga memiliki nilai ekonomi yang relative rendah. Sedangkan untuk keperluan industri non-pangan di dalam negeri, Indonesia masih mengimpor sebagian besar produk olahan rumput laut. Jumlah dan nilai produk ekspor rumput laut Indonesia tersaji pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1.Volume ekspor hasil perikanan utamaIndonesia (ton)

KOMODITAS
2001
2002
2003
2004
2005 *)
Udang
128.830
124.765
137.636
139.450
147.000
Tuna/Cakalang
84.205
92.797
117.092
94.221
124.780
Rumput Laut
27.874
28.560
40.162
51.011
63.020
Mutiara
22
6
12
2
10
Ikan Hias
2.682
3.514
3.378
3.516
4.010
Lainnya
243.503
316.097
559.504
614.158
560.960
Jumlah
487.116
565.739
857.784
902.358
909.770

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap DKP RI
*) Angka Perkiraan

Tabel 2. Nilai ekspor hasil perikanan utama Indonesia (USD 1000)

KOMODITAS
2001
2002
2003
2004
2005 *)
Udang 934.986 836.563 850.222 887.127 955.960
Tuna/Cakalang 218.991 212.426 213.179 243.937 316.500
Rumput Laut 17.230 15.785 20.511 25.296 39.970
Mutiara 25.257 11.471 17.128 5.866 19.980
Ikan Hias 14.603 15.054 15.809 15.809 20.440
Lainnya 420.832 479.054 526.693 602.798 624.149
Jumlah 1.631.899 1.570.353 1.643.542 1.780.833 1.976.999

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap DKP RI
*) Angka Perkiraan

Rumput laut merupakan bahan baku dari berbagai jenis produk olahan bernilai ekonomi tinggi untuk tujuan pangan maupun non pangan, yaitu : agar-agar, karaginan, dan alginate. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak, dan abu (natrium, kalium, fosfor, natrium, besi, yodium). Juga terdapat kandungan vitamin-vitamin yaitu A, B1, B2, B6, B12, dan C, betakaroten.

Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput laut yang merupakan hidrokoloid seperti agar, karaginan, dan alginat juga banyak diperlukan dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan penstabil, pengemulsi, pembentuk gel, pengental, pensuspensi, pembentuk busa, pembentuk film. Karaginan banyak dimanfaatkan oleh industri farmasi, kosmetik, makanan dan minuman, pet food, serta keramik.

Karaginan yaitu senyawa hidrokoloid yang merupakan senyawa polisakarida rantai panjang yang diekstraksi dari rumput laut jenis-jenis karaginofit, yaitu Eucheuma sp, Chondrus sp, Hypnea sp, Gigartina sp.

Tabel 3. Manfaat Agar, Karaginan dan Alginat

Pemanfaatan
Agar
Karaginan
Alginat

Makanan dan Susu

- ice cream, yoghurt , cream

- coklat susu, pudding instant

x

-

x

-

x

-

Minuman

- minuman ringan, jus buah, bir

Roti

-

x

x

x

-

x

Permen
x
-
x
Daging, ikan dalam kaleng
x
x
x

Saus, salad dressing

- salad dressing, kecap

-

x

x

Makanan diet

- Jelly, jam, sirup, puding

-

x

x

Makanan lain

- makanan bayi

-

x

x

Farmasi dan kosmetik

- pasta gigi, shampoo, obat

- bahan cetak gigi , salep

-

-

x

-

x

x

Ada pun pangsa pasar ke tiga produk olahan rumput laut tersebut tersaji pada Tabel 4, 5 dan 6 dibawah ini.

Tabel 4. Pasar agar-agar menurut pemanfaatannya di dunia (2001)

APLIKASI

VOLUME (Ton)

% ASE

Makanan

6.930

91

Bakteriologi

700

9

Total

7.630

100

Pasar menurut grade dan sumber bahan baku

Grade/Rumput Laut

VOLUME (Ton)

% ASE

Powder/Glacilaria

4.100

54

Powder/Gelidium

2.305

30

Batang/Glacilaria

250

3

Kertas/Glacilaria

275

4

Bacto/Gelidium

700

9

Total

7.630

100

Sumber : McHugh D.J.,2003

Tabel 5. Pasar karaginan menurut pemanfaatannya di dunia (2001)

APLIKASI

VOLUME (Ton)

% ASE

Dairy

11.000

33

Meat and Poultry

5.000

15

Water gels

5.000

15

PES food grade

8.000

25

Pasta gigi

2.000

6

Lainnya

2.000

6

Total

33.000

100

Sumber : McHugh D.J.,2003

Tabel 6. Pasar alginat menurut pemanfaatannya di dunia (2001)

APLIKASI

VOLUME (Ton)

% ASE

Makanan dan farmasi

10.000

33

Technical grades

20.000

67

Total

30.000

100

Sumber : McHugh D.J.,2003

Tabel 7. Volume ekspor rumput laut menurut Negara tujuan (ton)

NEGARA TUJUAN

1999

2000

2001

2002

2003

Hongkong

6.857,3

9.157,4

7.808,8

7.164,5

7.867,0

Spanyol

3.450,9

3.838,3

4.359,3

4.700,0

3.363,6

Denmark

3.147,6

2.573,5

3.953,9

3.947,8

4.499,0

USA

2.298,7

979,9

1.661,6

1.804,4

2.127,7

Perancis

3.572,3

1.216,6

1.617,0

1.832,7

1.355,0

China

805,9

1.211,6

1.603,0

4.186,9

9.337,0

Filipina

1.204,9

139,6

1.522,8

1.471,9

4.573,8

Chili

335,0

200,0

1.360,0

340,0

1.116,7

Inggris

369,7

806,2

713,7

499,0

400,0

Australia

105,0

294,0

380,1

349,0

255,6

Jerman

175,1

455,2

335,0

209,0

338,6

Jepang

437,5

305,2

187,7

178,9

391,7

Lainnya

2.324,5

1.895,8

2.371,1

1.875,8

4.536,0

Jumlah

25.084,4

23.073,4

27.874,6

28.559,9

40.162,7

Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan 2003

Tabel 8. Prediksi peluang pasar rumput laut

Jenis Bahan Baku

2006

2007

2008

2009

2010

Jenis Eucheuma

202.300

218.100

235.300

253.900

274.100

Produksi Luar Negeri

135.000

140.000

145.000

155.000

165.000

Peluang pasar

67.300

78.100

90.300

98.900

109.100

Jenis Glacilaria sp.

79.200

87.040

95.840

105.440

116.000

Produksi Luar Negeri

40.500

44.000

48.500

54.000

61.000

Peluang pasar

38.700

43.040

47.340

51.440

55.000

Sumber : Jana T. Anggadireja, Tim RL BPPT, 2005