Senin, 09 Juni 2008

Jepa, Makanan Khas Suku Mandar : Lebih Sedap Disantap dengan Sayur Ikan

Tanggal : 2 November 2007
JEPA, makanan pokok suku Mandar tampaknya masih bertahan dikawasan pesisir Kabupaten Kotabaru. Bagi warga suku ini, jepa menggantikan nasi sebagai makanan pokok kebanyakan orang Indonesia.
Meski sudah mendiami kawasan pesisir Kotabaru hingga beberapa generasi, namun makanan pokok jepa masih bertahan.

Kepala Desa Tanjung Kunyit, Kecamatan Pulau Laut Barat Husaini bersama anaknya Syaiful tampak lahap menyantap jepa. Sepuluh biji jepa berbentuk lempengan tipis bundar berdiameter sekitar 20 sentimeter dengan tebal setengah sentimeter terhidang di atas piring.

Syaiful terlihat lahap menyantapnya. Tangannya juga sigap mengambil ikan sayur sebagai lauk jepa. Ya, jepa adalah makanan khas suku Mandar, yang terbuat dari singkong. Untuk membuatnya tidak terlalu rumit.

Singkong yang sudah dikupas kulitnya, ditumbuk sampai halus, kemudian disaring menjadi butiran kecil. Butiran kecil singkong ini dimasak di atas loyang dari tanah. Dimasak menggunakan kayu bakar diyakini masyarakat setempat membuat cita rasa jepa lebih khas.

Memasaknya pun cukup dengan waktu lima menit untuk setiap lempengan. Biasanya warga setempat menyantap jepa untuk sarapan, makan siang maupun makan malam.

"Silahkan makan nasinya saja, karena biasanya kalau orang tidak biasa makan jepa bisa sakit perut," kata Husaini kepada BPost, yang malam itu ikut bersantap dirumahnya.

Bahan baku jepa tidak sulit didapat, karena di pulau Tanjung Kunyit hampir semua warga menanam singkong di kawasan perbukitan.

Sayangnya, saat ini banyak perkebunan singkong yang rusak karena hama monyet. Singkong yang sudah mulai berisi dicongkel dari tanah oleh monyet sehingga rusak. Bahkan monyet di pulau itu tidak hanya menyerang kebun singkong tapi juga kebun kelapa dan pisang.

Setiap sore terlihat aktivitas warga mengupas singkong dan menumbuknya. Hampir semua warga setempat masih memakan jepa sebagai makanan pokok. Bahkan di pulau tersebut ada warga yang sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia dan setiap hari berbahasa Mandar. dhonny harjo saputro

Tidak ada komentar: