Minggu, 01 Juni 2008

Rumput Laut Bisa Menjadi Komoditas Unggulan

Tanggal : 30-01-2008
Sumber : http://www.tribunkaltim.com/Bontang/Rumput-Laut

BONTANG, TRIBUN-

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bontang di tahun 2008 diprediksi akan melebihi angka Rp 900 miliar. Dari angka sebesar itu, hanya dua persen yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebagian besar berasal dari dana bagi hasil minyak dan gas. Diprediksi 30 tahun mendatang, APBD Bontang akan susut drastis bila tak ada antisipasi sejak dini Bontang pasca-gas.

Tiga puluh tahun lagi, gas yang menjadi bahan baku dua perusahaan besar di Bontang PT Pupuk Kaltim dan PT Badak NGL diprediksi akan habis. Oleh karena itu, sudah seharusnya Bontang mempersiapkan diri agar tak ikut 'habis' pasca-gas.

"Menurut saya, segera Pemkot menyusun program untuk menghadapi Bontang pasca-gas," kata Dimyati Hartono, Pakar Hukum Laut Internasional, yang menjadi pembicara di seminar nasional bertajuk "Quo Vadis Bontang Pasca-Gas?" yang digagas oleh Dewan Pengurus Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Pemkot Bontang di Hotel Ekuator, Selasa (29/1).

Ia menyebut beberapa langkah. "Langkah pertama dengan menginventarisasi potensi apa yang dimiliki Bontang. Kemudian susun sumber daya non-gas yang bisa dijual. Dan eksplorasi potensi tersebut sehingga bisa memiliki nilai jual," ujar Dimyati.

Bambang Setiabudi, Asisten Deputi Urusan Perencanaan Lingkungan Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup, secara terpisah mengimbuhkan, Bontang punya potensi di hasil laut. Untuk pertanian, Bontang relatif sulit, karena terbatasnya lahan.

"Untuk menanam kelapa sawit di sini misalnya, kan tidak ada lahan. Yang ada adalah laut. Perairan Bontang ini lah yang bisa dijadikan potensi kota dan mengganti bila gas habis," ucap Bambang.

Ia menyebut hasil laut seperti ikan dan rumput laut bisa menjadi komoditas unggulan Bontang. "Ajak investor untuk terlibat dalam pengembangan komoditas ini. Libatkan pula PKT dan PT Badak. Ini seharusnya sudah dimulai dari saat ini," kata Bambang yang mengenakan batik ini.

Tentu saja harus disiapkan dulu infrastrukturnya, misalnya pembangunan pabrik pengolah produksi hasil laut. "Tak harus pemerintah, tetapi ajak investor, biar investor yang membangun," katanya. Tak kalah penting adalah sumber daya manusia.

Dimyati dan Bambang mengakui tak mudah mengubah cara berpikir masyarakat. "Cara yang bisa dicoba untuk mengubah cara berpikir masyarakat antara lain dengan memberi contoh. Misalnya, datangkan petani-petani budidaya laut yang sukses ke Bontang untuk memberi pendampingan atau contoh sukses. Bisa juga dengan membawa nelayan ke keluar kota atau bahkan keluar negeri untuk belajar," tutur Bambang.

Lanjutnya, tentu saja nelayan yang dipilih adalah tokoh yang sekaligus pelaku. "Sehingga ketika dapat ilmu, dia bisa menjadi contoh bagi nelayan yang lain," katanya. Bambang juga mengingatkan, untuk mengeksplorasi hal baru, tak hanya sekadar mendorong tetapi juga yang paling penting ada pasar.

"Maksudnya begini, kita sudah mendorong pertumbuhan usaha rumput laut, tetapi tidak ada pasarnya, ini juga akan membuat jenuh. Jadi program yang dibuat itu harus matang dan komprehensif," ujar Bambang. Dimyati mengimbuhkan sudah saatnya orientasi tak hanya di darat . (art)

1 komentar:

raden mengatakan...

saya kira akan dapat sesuatu yg baru di blog ini,ternyata materinya bersumber dr blog tetangga yah..memang sumber disebutkan...tidak salah tapi berkesan yg penting ada,ayo menulis lebih kreatif