Senin, 17 Maret 2008

Disbudpar Sulsel Gelar Festival Seafood untuk Tarik Wisatawan

Tanggal :17 Maret 2008
Sumber : http://www.wisatanet.com/templete/index.php?wil=2&id=000000000005213&idnews=4596


Dinas Kebudayan dan Parwisata (Budpar) Sulawesi Selatan akan menggelar Festival Seafood pada Agustus 2008 di Makassar sebagai salah satu agenda utama dalam menyambut Tahun Kunjungan Wisata Indonesia (Visit Indonesia
Year/VIY) 2008.

Kadis Budpar Sulsel Syahlan Solthan di Makassar, Minggu (16/3), mengatakan, Festival Seafood yang akan menyajikan berbagai jenis masakan khas Sulsel tersebut dirancang khusus untuk menyukseskan Tahun Kujungan Wisata 2008.

"Sebelumnya kegiatan ini telah digelar tahun lalu, namun kali ini dirancang khusus dengan menampikan beragam jenis makanan khas Sulsel maupun Nusantara, sehingga diharapkan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulsel tahun ini," kata Syahlan.

Menurutnya, festival makanan ini akan menampilkan jenis masakan khas dari 23 kabupaten dan kota di Sulsel serta beragam jenis menu nusantara, sehingga wisatawan yang hadir pasa aat pergelaran bisa menikmati berbagai menu yang disajikan peserta tersebut.

Di Sulsel tercatat seitar 425 jenis makanan tradisional mulai dari jenis makanan hasil perikanan hingga berbagai jenis kue tradisional yang selama ini telah banyak disajikan di sejumlah hotek dan digemari wisatawan asing dan domestik.

Jenis makanan dengan bahan bakunya dari hasil perikan tangkap yang akan disajikan pada festival tersebut antara lain, menu ikan bakar, udang, cumi-cumi, kepeting, kerang laut, telut ikan terbang, teripang, lobster, Pallu mara (ikan masak).

Selain itu, berbagai jenis masakan khas lainnya antara lain, coto, pallubasa, sop konro, sop lidah, sop saudara, otak-potak, sop kepala ikan, lawak ikan dan udang.

Beragam panganan dan kue tradisional juga akan ditampilkan yakni, pisang ijo, pallu butung, pisang epak, cucuruk bayao, taripang, onde-onde, cucuruk maddingki, burongko, dange, kapurung, bagea sagu, tingting, waji wijen, dodol pangi, dodol beras ketan, kacang disko, sirup, serta minuman khas markisa dan terong balanda.

Sementara itu, Kadis Pariwisata Makassar Eddy Kosasih Parawansa mengatakan, peserta Festival Seafood 2008 diharapkan lebih banyak dibanding pada 2007 sebanyak 121 peserta, baik wakil dari 23 kabupaten dan kota maupun peserta dari organisasi dan usaha katering.

"Kita akan tata dengan rapi tempat penyelenggaraan festival yakni di anjungan Pantai Losari Makassar yang bisa menampung hingga 300 saung (stand) peserta, "ujar Eddy.

Sedangkan khusus untuk peseta dari Makassar, dinas pariwisata setempat akan menampilkan menu masakan dari 16 kecamatan dan berbagai organisasi dan usaha catering yang jumlah mencapai ratusan peserta, kata Eddy.

Minggu, 16 Maret 2008

Ekspor 8 Ton Udang Vanname

Tanggal : 16 Mar 2008
Sumber : http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_radar&id=200896&c=106


PAMEKASAN-Kerja keras petani yang membudidaya udang vanname di Desa Polagan, Kecamatan Galis, berbuah hasil. Itu dibuktikan dengan adanya panen raya udang vanname yang berlangsung sejak beberapa waktu terakhir.

Hasil panen udang kualitas ekspor itu langsung ditangani suplier untuk selanjutnya diekspor ke berbagai negara di Asia, Amerika, dan Eropa. Tak kurang dari 8 ton udang vanname hasil panen yang diekspor ke luar negeri.

Jumlah tersebut merupakan total hasil panen udang vanname milik petani di Desa Polagan. "Udang-udang ini hasil budidaya petani disini. Alhamdulillah, panen perdana tahun ini sukses," ujar H Ihsan, salah satu petani udang wanname, kepada wartawan kemarin siang.

Ihsan menjelaskan, masing-masing petani memiliki areal berbeda, tergantung kemampuan budidayanya. Dari sehektare tambak, diperkirakan mampu menghasilkan udang vanname sampai 2,8 ton. "Kalau saya memang cuma sehektare. Tapi, hasilnya sudah lumayan," katanya.

Dari lahan sehektare yang dimilikinya, Ihsan mampu menghasilkan udang vanname dalam berbagai ukuran. Ukuran minimal dihargai Rp 33 ribu per kg, sedangkan ukuran maksimal sampai Rp 43 ribu per kg.

Untuk keperluan budidaya udang Vanname sehektare, diperlukan dana sekitar Rp 60 juta selama 3 bulan. Itu digunakan untuk keperluan pemeliharaan, pakan, dan penjaga. "Kalau dihitung kasar, keuntungannya sampai Rp 35 juta. Sebab, dari sehektare kita memeroleh sekitar Rp 95 jutaan," ungkapnya.

Panen raya udang vanname di Kecamatan Galis menarik perhatian Dinas Kelauatan dan Perikanan (DKP) Pamekasan. Kemarin beberapa staf DKP meninjau langsung panen raya udang vanname.

Kepala DKP Ir Nurul Widiastuti kepada wartawan mengatakan, budidaya udang Vanname merupakan salah satu unggulan produk di kalangan masyarakat pesisir. "Terbanyak memang di Kecamatan Galis dan Larangan. Budidaya ini mulai sukses sejak akhir 2007 lalu," ujarnya.

DKP melakukan pendampingan kepada petani agar bisa membudidaya udang Vanname dengan baik. "Kami juga memberikan bantuan mulai dari benih, bibit hingga mesin untuk pompa air," paparnya

Selasa, 04 Maret 2008

11 Spesies Baru Ikan Pelangi Diserahkan ke Pemerintah

Tanggal : 4 Maret 2008
Sumber : http://ikanmania.wordpress.com/

JAKARTA, SELASA - Menindaklanjuti temuan 11 spesies baru ikan pelangi (Rainbow Fish) jenis Melatonia, Ketua Dewan Konservasi Papua, Indroyono Soesilo mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut telah diserahkan kepada pemerintah.

Indroyono mengharapkan pemerintah juga mengambil langkah dengan menyerahkannya ke yayasan sebagai upaya filantropi. “Itu ada 11 spesies baru. Nah, para ilmuwan ingin menyerahkan ini kepada pemerintah. Mungkin bagus kalau pemerintah menyerahkan ke yayasan, yayasannya dilelang untuk nama, untuk filantropi, bisa nanti untuk beasiswa untuk orang-orang Papua di bidang ini,” ujarnya di Jakarta, Selasa (4/3).

Eskpedisi penemuan spesies baru Melatonia ini dilakukan oleh tim Indonesia dan Perancis sejak Mei hingga Juli 2007. Sampelnya kemudian dibawa ke Jakarta dan Perancis untuk melalui uji DNA dan biometrik.

Indroyono menambahkan bahwa kesebelas spesies baru itu ditemukan di wilayah Kepala Burung Papua meliputi wilayah Manokwari, Salawadi, Sorong Selatan, dan Raja Ampat.

Sabtu, 01 Maret 2008

Indonesia jadi Pusat Bibit Rumput Laut ASEAN

Tanggal : 1 Maret 2008
Sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=30&aid=963


Jakarta (TROBOS).
Indonesia akan menjadi pusat pembibitan rumput laut sebagai salah satu bagian kerjasama ekonomi di tingkat sub-regional untuk kawasan perbatasan Brunei-Indonesia-Malaysia-Filipina-East Asia Growth Area (BIMP EAGA).

Direktur Investasi dan Usaha, Farid Ma’ruf mengatakan, negara-negara ASEAN tersebut sangat berkepentingan dengan rumput laut dari Indonesia. Sebab kualitas bibit dari lahan mereka tak sebagus bibit dari Indonesia yang perairannya sangat subur dan kaya mineral. ”Dengan mengambil bibit dari Indonesia, mereka akan bisa memperbaiki keturunan,” kata Farid pada satu kesempatan di Jakarta (12/2).

Keunggulan kualitas rumput laut Indonesia dibanding negara lain ini tak hanya diakui negara-negara ASEAN saja. Di tempat terpisah, Direktur Utama PT Indonusa Algaemas Prima (PT IAP), Sasmoyo S. Boesari mengatakan bahwa negara-negara produsen karaginan (olahan rumput laut Eucheuma cottonii) seperti Filipina, China, Korea, Jepang bahkan Uni Eropa (UE) rame-rame berburu rumput laut Indonesia. ”Mereka membeli rumput laut Indonesia karena kualitasnya bagus,” ujar Sasmoyo.

Dalam forum kerjasama di bawah ASEAN yang dibiayai oleh ADB (Asian Development Bank) tersebut akan dibuat kebun bibit di Indonesia. ”Hal ini akan memberikan jaminan bagi negara di kawasan perbatasan ASEAN untuk memperoleh rumput laut yang berkualitas,” tandas Farid.

Jumat, 22 Februari 2008

OLEH-OLEH KHAS CILACAP

Tanggal : 22 Februari 2008
Sumber : http://diparta.cilacapkab.go.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=9

Cilacap sebagai kabupaten yang kaya akan hasil laut dan hasil pertanian tentu mempunyai kekhasan dalam kuliner terutama untuk oleh-olehnya. Bisa dijumpai di toko-toko oleh-oleh di Cilacap seperti di sekitar pantai, terminal, pasar, jl A Yani, jl Bakung dan lain-lain.

01. Ikan Asin
Di Cilacap produksi hasil laut berlimpah. Segala hasil laut mulai ikan, udang, cumi-cumi, kepiting, teripang dan kerang banyak dijumpai dan sebagian diasinkan. Mulai dari yang besar hingga yang kecil seperti teri. Bisa dijumpai di pantai-pantai Cilacap.

02. Jambal Roti
Jambal roti adalah ikan asin yang terbuat dari ikan jambal. Disebut demikian karena dagingnya yang besar dan gurih dan ada yang sudah dipotong-potong seperti roti.

03. Sambal Tuna
Sambal tuna biasanya dikemas dalam kaleng seperti sarden. Menggunakan bahan dasa ikan tuna. Rasanya gurih dan pedas. Cocok untuk lauk atau campuran nasi goreng.

04. Nopia
Nopia merupakan jajanan khas Banyumas termasuk Cilacap. Bentuknya bulat berwarna putih dan berisi campuran gula merah. Rasanya enak. Cara menbuatnya unik yaitu ditempelkan pada kuali panas.

05. Lanting
Bentuknya yang lucu seperti donat dengan tengah yang bolong tetapi kecil dan keras. Lanting terbuat dari singkong dengan cara digoreng. Kebanyakan berwarna putih tetapi ada juga yang berwarna merah.

06. Abon Tuna
Ciri khas abon tuna ialah rasanya yang gurih dan kentara sekali serat-serat daging ikan tunanya. Berwarna coklat seperti abon pada umunya. Cocok sekali untuk lauk atau pelengkap pada makan lain.

07. Terasi
Hampir setiap daerah pantai mempunyai terasi. Yang membedakan terasi Cilacap ialah rasanya yang beraneka ragam. Sangat cocok untuk campuran sambal.

08. Sambal Teri dan Sambal Udang
Sambal teri dan sambal udang merupakan sambal yang khas dengan rasa yang pedas dan gurih. Cocok untuk lauk atau campuaran makanan lain seperti nasi / mi goreng.

09. Selai Pisang
Selai Pisang merupakan jajanan khas Cilacap. Dibuat dari pisang yanmg dikeringkan. Rasanya gurih dan manis. Cocok untuk makanan ringan. Ada yang dimodifikasi dengan digoreng dan ditaburi keju atau coklat.

10. Kripik Tempe
Merupakan jajanan khas Banyumas termasuk Cilacap. Kripik tempe dibuat dari tempe mendoan yang digoreng hingga kering. Bentuknya tipis persegi dan warna coklat. Rasanya gurih dan renyah. Cocok untuk disantap sendiri atau pelengkap makan nasi, soto dan mi.

11. Kripik Bayam
Kripik bayam merupakan jajanan khas Cilacap. Dibuat dari bayam yang digoreng dengan tepung. Rasanya gurih renyah dan tentu saja menyehatkan karena berbahan dasar bayam. Bentuknya yang tipis dengan warna coklat hijau tentu saja sangat disukai anak-anak. Cocok dimakan tunggal atausebagai campuaran makan nasi atau soto.

12. Stik Sukun dan Kripik Sukun
Cilacap selain kaya akan hasil lautnya juga mempunyai produk unggulan dibidang pertanian yaitu sukun. Buah sukun terkenal sampai ke luar negeri sampai-sampai Ratu Inggris pernah menyebutnya sebagai buah roti. Buah sukun yang pada dasarnya sudah enak dan gurih seperti roti lebih enak lagi bila diolah. Di Cilacap buah sukun banyak diolah menjadi stik dam kripik. Kripik sukun berbentuk tipis sementara stik sukun berbentuk panjang persegi. Diolah dengan cara digoreng. Rasanya sangat gurih dan renyah.

Minggu, 27 Januari 2008

Kecap Ikan di Beberapa Negara

Tanggal : 27 Januari 2008
Sumber : http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/


Di Vietnam kecap ikan (nouc mam) dibuat dengan menggarami ikan kecil-kecil yang telah dihaluskan dengan tangan dan disimpan di dalam wadah dari tanah, kemudian ditanam dalam tanah selama 3 hingga beberapa bulan. Satu liter nouc mam kualitas baik mengandung 15,85 gram total nitrogen (11,15 gram nitrogen organik dan 5 gram nitrogen amino), 270 gram sodium klorida, 0,5 gram CaO. Selain itu, nauc mam mengandung metil keton tinggi yang menyebabkan beraroma seperti keju, asam amino, basa dan asam volatil, serta histamin.

Di Filipina kecap ikan dibuat dengan menggunakan ikan kecil-kecil dan ikan shrimp (Atya sp). Proses pembuatannya sama dengan nouc mam, walaupun kurang komplet dan tanpa memerlukan pertimbangan waktu. Patis ini dibuat dengan mengeringkan sebagian kandungan air dalam fermentasi dengan merebusnya.

Di Thailand kecap ikan (nam pla) dibuat dari ikan-ikan Clupeidae dan dapat pula dari ikan kecil-kecil. Proses pembuatannya sama dengan nouc-mam tetapi biasanya lebih sederhana dengan waktu pemeraman 6 bulan, bahkan 2-3 tahun dianjurkan untuk menghasilkan produk yang lebih baik. Pendekatannya, 1 kg ikan akan menghasilkan 1 liter nam-pla. Di beberapa daerah Thailand, nam-pla juga terkadang dibuat dari ikan air tawar.

Di Jepang, shottsuru dipersiapkan dari sarden, hering atau sisa-sisa limbah pengolahan ikan. Pembuatannya hampir sama dengan pembuatan kecap ikan lainnya. Penambahan antioksidanketengikan. Sedangkan petis di Indonesia dibuat dengan memasak dan mengkonsentratkan cairan fermentasi ikan yang telah digarami tadi dengan menambahkan sedikit tepung. Produk ini biasanya bermutu rendah dibanding dengan produk kecap ikan negara-negara Asia Tenggara lainnya karena perbandingan nitrogen dan garamnya agak rendah.[1] juga telah direkomendasikan dalam produk tersebut untuk mencegah

Proses Pengolahan

Selama proses fermentasi terjadi hidrolisis jaringan ikan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Peran enzim-enzim ini adalah sebagai pemecah ikatan polipeptida-polipeptida menjadi ikatan yang lebih sederhana. Mikroorganisme yang berkembang selama fermentasi ikan tidak diketahui sepenuhnya. Walaupun demikian diperkirakan jenis-jenis bakteri asam laktat seperti Laucosotic mesenterides, Pediococccus cerevisiae dan Lactobacillus plantarum[2] berkembang. Beberapa jenis khamir juga diperkirakan ikut berkembang dalam fermentasi.

Proses penggaraman pada pengolahan ikan secara tradisional akan menyebabkan hilangnya protein ikan sebesar 5% tergantung pada kadar garam dan lama penggaraman, untuk itu dianjurkan garam yang ditambahkan tidak melebihi 40 bagian dari berat ikan.

Pemasakan pada 95-100℃ dapat mereduksi kecernaan protein dan asam amino. Selain itu, protein terlarut, peptida dengan berat molekul rendah, dan asam amino bebas dapat larut dalam air perebus, sehingga perebusan sebaiknya dilakukan di bawah 100℃. Pemanasan yang berlebihan (di atas 90℃ secara berulang-ulang) dapat menyebabkan pembentukan H2S yang merusak aroma dan mereduksi ketersediaan sistein dalam produk. Selain itu, pemanasan juga menyebabkan terjadinya reaksi Maillard antara senyawa amino dengan gula pereduksi yang membentuk melanoidin, suatu polimer berwarna coklat yang menurunkan nilai kenampakan produk. Pencoklatan juga terjadi karena reaksi antara protein, peptida, dan asam amino dengan hasil dekomposisi lemak. Reaksi ini dapat menurunkan nilai gizi protein ikan dengan menurunkan nilai cerna dan ketersediaan asam amino, terutama lisin.

Secara umum proses pengolahan kecap ikan adalah dengan menggarami ikan yang telah dihaluskan, kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup rapat selama 3 sampai beberapa bulan. Selanjutnya cairan yang dihasilkan disaring untuk mendapatkan kecap ikan bebas ampas, lalu dikemas dalam botol steril dan dipasteurisasi.

Alternartif Lain Pembuatan Kecap Ikan

Pembuatan kecap ikan secara tradisional relatif memerlukan waktu yang panjang. Mikroorganisme penghasil enzim protease memerlukan waktu adaptasi yang cukup lama untuk dapat hidup dalam keadaan lingkungan berkadar garam tinggi dan kondisi abnormal lainnya.

Rekayasa penambahan enzim proteolitik sebelum fermentasi dapat mempersingkat waktu pembuatan kecap ikan. Dalam hal ini tidak diperlukan lagi waktu adaptasi mikroorganisme untuk menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis protein.

Mahalnya harga enzim proteolitik yang murni menjadi kendala untuk menghasilkan kecap ikan yang cepat, mudah dan murah. Namun dengan memanfaatkan getah pepaya dan ekstrak buah nenas sudah dapat menggantikan peran enzim proteolitik yang murni tadi.

Dalam getah buah pepaya terdapat enzim proteolitik yang sering disebut papain. Papain ini memiliki kapasitas yang tinggi untuk menghidrolisis protein. Dalam industri makanan, papain sudah cukup banyak digunakan antara lain untuk mempertahankan kesegaran bir, pelunakan daging dan menghilangkan protein pada makanan. sedangkan buah nenas, khususnya nenas muda juga terdapat enzim proteolitik lain yaitu bromelin. Kemampuannya dalam menghidrolisis protein juga tidak jauh berbeda dari papain.

Namun masalahnya, kecap ikan yang dihasilkan memiliki aroma dan warna yang jauh berbeda dari kecap ikan yang dibuat secara tradisional, walaupun kandungan gizinya tidak jauh berbeda.

Catatan kaki

  1. ^ van Veen, A.G. 1965. Fermented and Dried Seafood Product in Southeast Asia, dalam Fish As Food Volume III Processing Part I. Edited Georg Borsgstrom. Academic Press. New York. San Francisco. London
  2. ^ Bucle, K.A. 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo, Adiono. UI Press. Jakarta

Rabu, 23 Januari 2008

ASPEK SOSIAL EKONOMI BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Tanggal : 23 Januari 2008
Sumber : http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-sosial-ekonomi-budidaya-rumput-laut/

ASPEK SOSIAL EKONOMI

Pelaksanaan PKT Budidaya Rumput Laut akan memberikan peluang usaha bagi para petani/nelayan kecil yang berminat memanfaatkan lahan perairan laut untuk berusaha tani rumput laut. Pola budidaya rumput laut yang dirumuskan dalam Model Kelayakan (MK-PKT) ini didesain agar petani/nelayan tersebut mampu menggantungkan sebagian besar dari sumber pendapatan keluarga semata-mata dari hasil panen dan penjualan hasil rumput lautnya.


Cakupan Sasaran Pelaksanaannya

Sehubungan dengan itu, maka MK-PKT ini dapat dilaksanakan dengan sasaran dan cakupan pelaksanaan budidaya rumput laut pada daerah perairan laut yang secara alami sudah terdapat tanaman rumput laut, dengan perairan laut yang dangkal dan jernih dengan dasar berpasir dan/atau bercampur dengan pecahan-pecahan karang. Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km memberikan potensi yang besar untuk pengembangan budidaya rumput laut. Daerah budidaya yang sudah banyak dilakukan pada waktu ini, tersebar mulai dari perairan di Kepulauan Maluku Utara, Propinsi Sulawesi Utara, Propinsi Nusa Tenggara Barat sampai ke daerah Lampung.


Penciptaan dan Pemeliharaan Lapangan Kerja

Pelaksanaan PKT ini akan menciptakan lapangan kerja bagi para nelayan dan penduduk pedesaan yang berada di sepanjang pantai, dan memberi kesempatan bagi para tenaga kerja terampil, tenaga kerja ahli dan tenaga kerja tetap (tenaga kerja kasar), baik yang terkait dengan semua aspek di sisi hulu sub sektor produksi rumput laut yang dirumuskan dalam PKT ini (disektor penyediaan saprodi, bibit, peralatan dan lain-lain), operasional proyek serta pada subsektor ekonomi yang berada disisi hilir subsektor budidaya rumput laut.


Peningkatan Ekspor Non Migas

Pengembangan dan perluasan budidaya rumput laut dengan keberhasilan peningkatan produksi rumput laut dalam negeri sebagai salah satu sasaran MK-PKT ini akan mendorong peningkatan ekspor dan membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan perolehan devisa dari sub sektor perikanan.


Menumbuhkan Industri Hilir

Pada tahapan di mana rumput laut dapat disediakan secara berkesinambungan dan pada lokasi pertanaman yang relatif menyebar, akan mendorong pula kemungkinan tumbuhnya industri olah lanjut yang menggunakan bahan baku rumput laut. Ini pada gilirannya akan mampu meningkatkan juga lapangan kerja/


Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Dengan kemampuan untuk direplikasi yang relatif besar akan memberikan peluang bagi daerah lokasi pengembangan guna menyumbangkan pendapatan asli daerah melalui pajak yang berasal/ditarik disetiap subsektor ekonomi yang terkait di hulu dan hilir dari kegiatan usaha budidaya rumput laut.

Penataan Dalam Pemanfaatan Sumber Daya

Keberhasilan pengembangan rumput laut di lokasi-lokasi yang cocok untuk tanaman ini akan membantu pemerintah dalam rangka pengalokasian dan penetapan manfaat sumber daya lahan bagi kepentingan ekonomi setempat. Pelestarian pengembangan mata dagangan tertentu, termasuk rumput laut, yang mampu memberi kesempatan luas bagi para pengusaha untuk bergerak dalam subsektor budidaya maupun dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat.


Rangsangan untuk Memperkuat Teknologi

Keberhasilan pelaksanaan MK-PKT ini akan dapat meningkatkan pendapatan para petani rumput laut, menciptakan dan memelihara lapangan kerja yang selanjutnya akan menjadi ransangan bagi para peneliti untuk secara berkesinambungan terus mengadakan penelitian dan menciptakan teknologi budidaya dan pemanfaatan rumput laut yang unggul serta mengadakan pewilayahan produksi yang cocok di Indonesia untuk pembudidayaan rumput laut dengan produktivitas tinggi.

ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

Pembahasan dampak kegiatan proyek terhadap komponen lingkungan dalam laporan ini lebih dipentingkan pada pengamatan apabila ada dampak negatif atau sebaliknya yang secara umum diperkirakan akan terjadi. Analisa yang dilampirkan hanya secara deskriptif, karena data kuantitatif tidak tersedia.


Dampak Terhadap Komponen Lingkungan Fisik

Dampak pembudidayaan rumput laut baik skala kecil maupun dalam skala besar mempunyai pengaruh positif terhadap lingkungan perairan pantai. Lokasi pembudidayaan rumput laut berfungsi pula sebagai penahan dari abrasi pantai akibat terpaan ombak

Lokasi pengembangan budidaya rumput laut dapat berfungsi sebagai objek wisata pantai. Walaupun di beberapa daerah, seperti Bali pengembangan budidaya rumput laut tergeser karena adanya pengembangan kawasan wisata pantai.


Dampak Terhadap Komponen Fauna

Dampak kegiatan budidaya rumput laut tidak akan mempengaruhi kehidupan hewan laut, seperti ikan, udang, kepeting dan lainnya. Bahkan tanaman rumput laut menjadi makanan bagi predator seperti ikan-ikan, herbivora, bulu babi, dan penyu.

Berdasarkan skala usaha 250 rakit perkelompok usaha perikanan, maka pengembangan budidaya rumput laut tidak perlu mensyaratkan Analisa Dampak Lingkungan Amdal (AMDAL)


PKT UNGGULAN

MK PKT Pengembangan Budidaya Rumput Laut ini diharapkan dapat merupakan salah satu contoh pembiayaan usaha yang dapat menunjang pengembangan usaha kecil. Usaha budidaya rumput laut dengan pola kemitraan ini, ternyata sangat menguntungkan bagi masyarakat dan dapat membantu perbankan dalam meningkatkan kredit yang cocok untuk usaha kecil. Keunggulan MK PKT ini sebagai salah satu kemungkinan produk unggulan perbankan yaitu karena memiliki unsur-unsur keunggulan sebagai berikut .


a. Adanya jaminan kesinambungan pasar

Kelancaran pemasaran hasil produk MK PKT Pengembangan Budidaya Rumput Laut ini dijamin sepenuhnya dalam bentuk “sharing” seperti yang telah diuraikan dalam Bab II. Jaminan pemasaran rumput laut tersebut dilaksanakan oleh perusahaan mitra


b. Menghadirkan kegiatan pendampingan

Untuk menunjang keberhasilan PKT ini. Perusahaan Mitra menyediakan bantuan teknis yang profesional (bermutu) secara berkesinambungan. Bantuan pendampingan ini dimulai semenjak pelaksanaan budidaya tanaman dan penjualan, serta dalam tahapan pengelolaan dana hasil penjualan. Bantuan pendampingan yang dimaksudkan agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan perencanaan, ditujukan untuk kepentingan dan keuntungan Petani. Koperasi Primer yang bersangkutan, Perusahaan Mitra maupun untuk pengembangan kredit Bank.


c. Adanya kemampuan untuk memanfaatkan kredit berbunga pasar

” Internal Rate of Return (IRR)” sebesar 183,92 % yang relatif lebih besar dan cukup kompetitif di bandingkan berbagai bunga kredit Bank yang disediakan untuk Usaha Kecil, menunjukkan bahwa PKT ini layak dilaksanakan dan dikembangkan.


d. Proses pemanfaatan dan penggunaan kredit yang aman.

PKT ini merumuskan mekanisme pencairan dan penggunaan atas dana kredit yang disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan proyek.


e. Cash flow sebagai alat pengontrol pengambalian kredit

Pengembalian kredit didasarkan, disesuaikan dan mengacu kepada perkembanga dan kekuatan cash flow. Dengan sistem mengangsur, maka proyek ini memungkinkan para petani akan mampu menghimpun dana sendiri dan lepas dari ketergantungan terhadap kredit.


f. Adanya potensi kegiatan kelompok yang berkaitan dengan kredit

Pembentukan dan mengaktifkan kegiatan kelompok tersebut ditujukan antara lain untuk pelaksanaan kegiatan teknis budidaya dan kegiatan simpan-pinjam. Dari sebagian dana simpanan tersebut secara potensial dapat digunakan sebagai dana untuk membantu proses pengembalian angsuran pokok dan bunga (bilamana diperlukan) atau untuk jenis kegiatan produktif lainnya.


g. Transparansi pada setiap tahapan pelaksanaan proyek

Dengan mengikut sertakan Petani/nelayan sejak dini dalam pengembangan proyek dan dalam perencanaan serta pelaksanaan proyek, akan terbentuk dan tercipta pula aspek kebersamaan dalam mendukung dan melaksanakan proyek serta terciptanya transparansi yang sangat diperlukan bagi kelacaran penyelenggaraan proyek dan proses perkreditannya.


h. Nota Kesepakatan

Melalui dibuatnya Nota Kesepakatan yang mendasari bentuk kerja sama yang diinginkan oleh kedua pihak, Kelompok Petani/Nelayan dan Perusahan Mitra, akan bisa dicapai pelaksanaan kegiatan yang jelas apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak. Ketentuan-ketentuan telah disepakati yang dituangkan di dalam Nota Kesepakatan ini akan bisa dipergunakan sebagai dasar di dalam penyelesaian apabila di kemudian hari terjadi pertentangan antara kedua pihak yang bermitra.


PROGRAM PENDAMPINGAN

Melalui pola PKT akan didapatkan pelaksanaan kerjasama secara berdampingan antara kedua belah pihak yang bermitra, mulai dari tahap persiapan sampai pelaksanaan dan dalam kaitannya dengan penggunaan dana kredit sampai kredit tersebut lunas.

Sehubungan dengan masih adanya kemungkinan muncul permasalahan terutama pada saat proyek dan kredit masuk dalah tahapan pelaksanaan dan tahapan mengangsur, maka perlu diusahakan agar petani/nelayan yang telah direkrut dan merupakan calon nominatif semaksimal mungkin dapat diikut sertakan dalam perencanaan (ide dan pengembangannya) sedini mungkin yaitu agar mulai dari proses perencanaan para petani benar-benar dapat memahami perlunya kesungguhan dalam melaksanakan kemitraan. Dengan memahami tentang perlunya kesungguhan dalam melaksanakan proyek sesuai dengan yang diminta oleh persyaratan pasar, teknis dan finansial maka kemitraan akan berjalan secara berkesinambungan.