Senin, 22 Oktober 2007

Wisata Spiritual Unggulan Pariwisata Bali ke Depan

Tanggal : 22 Oktober 2007
Sumber : http://www.wisatanet.com/templete/index.php?wil=4&id=000000000000800&idnews=3275

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, obyek unggulan untuk pariwisata Bali ke depan adalah wisata spiritual.

"Andalan pariwisata Bali ke depan yaitu pariwisata spiritual, karena potensi dan lokasi di kabupaten/kota di Pulau Dewata sangat memungkinkan," kata Menbudpar Jero Wacik di Nusa Dua, Bali, Jumat.

Di hadapan peserta seminar nasional dengan tema "Mega Tren Peluang dan Investasi Pariwisata Masa Depan," Jero Wacik mengatakan, pangsa pasar wisata spiritual itu adalah wisatawan yang berasal dari Jepang, Eropa dan Amerika Serikat.

"Wisatawan yang berasal dari negara-negara tersebut tampaknya mulai jenuh dengan obyek wisata keramaian, sehingga lebih memilih wisata alam yang sepi, tidak lain adalah tempat meditasi untuk merenungkan diri di hadapan sang pencipta," ujarnya.

Soal tempat yang paling cocok untuk wisata tersebut, Menbudpar mengatakan, semua kabupaten di Bali memiliki potensi termasuk di daerah lain di Indonesia, seperti Sulawesi yang terkenal dengan Tanah Toraja dan Jawa Tengah.

"Selain tempat yang telah mendukung untuk wisata tersebut, juga yang paling diperlukan adalah orang yang bisa menuntun ke arah meditasi atau yoga," ucap Menteri asal Kintamani, Bali.

Sementara di tempat terpisah Kadisparda Bali I Gede Nurjaya mengatakan, dalam konteks berhubungan dengan alam, masyarakat Bali sebenarnya memiliki pendekatan spiritual yang kuat.

Orang Bali menghormati alamnya sebagai ruang religius bukan sebagai tempat hidup dan mencari makan. Hubungan spiritual orang Bali dengan alam sebenarnya sangat kuat. Mereka memiliki beragam ritual sebagai bentuk persembahan kepada alamnya," katanya.

Karena itu, Bali sangat tepat untuk mengembangkan pariwisata spiritual, sebab dalam wisata tersebut arahnya bersifat universal, yakni melakukan meditasi, ujarnya.
Sumber: media-indonesia.com

Selasa, 11 September 2007

DKP PACU PENGEMBANGAN TIGA KOMODITAS UNGGULAN

Tanggal : 11 September 2007
Sumber : http://www.dkp.go.id/content.php?c=4438

Dalam upaya mencapai keberhasilan program revitalisasi ini maka pembenahan serta pengembangan industri yang berbasis pada tiga komoditas, yaitu tuna, rumput laut dan udang perlu segera dilakukan oleh seluruh komponen baik pemerintah, stakeholders dan pihak terkait lainnya. Hal pokok yang menjadi dasar dari program revitalisasi karena ketiga komoditas tersebut memiliki prospek yang cerah baik di pasar dalam negeri maupun di pasar internasional. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi saat membuka Semiloka Pengembangan Industri Tuna, Udang dan Rumput Laut di Departemen Kelautan dan Perikanan (11/09/07).

Sistem perikanan tuna di Indonesia berkembang dengan pesatnya pada periode memasuki akhir tahun 1980-an semenjak diperkenalkannya pasar untuk tuna segar (fresh tuna). Perkembangan pasar ini yang mendorong berkembangnya perikanan long line dan teknologi ini disukai para nelayan Indonesia karena operasi penangkapan yang relatif pendek. Industri perikanan tuna juga dihadapkan beberapa permasalahan lain, seperti: peningkatan harga bahan bakar yang terjadi dalam beberapa bulan pada tahun 2005, sehingga banyak kapal-kapal yang akhirnya menghentikan operasinya karena tingginya biaya operasi penangkapan.

Sistem perikanan tuna diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah dan ekspor komoditas tersebut. Oleh karena itu, strategi pengelolaan perikanan tuna akan diimplementasikan melalui tiga hal, yaitu peningkatan mutu dan keamanan produk, pengembangan produk dari produk-produk bernilai rendah ke produk-produk bernilai tinggi serta penguatan dan pengembangan pemasaran luar negeri. Issues yang dihadapi perikanan tuna diantaranya:revenue/Cost yang semakin rendah akibat catch rate yang semakin turun, fishing ground yang semakin jauh, masih berlakunya embargo ekspor tuna sirip biru selatan oleh kebijakan CCSBT, draft SK menteri tentang penangkapan di laut lepas, trend meningkatnya jumlah kapal longline yang berpindah fungsi menjadi kapal purse seine atau kapal penangkap cumi-cumi.

Sedangkan ditetapkannya udang sebagai salah satu komoditas perikanan yang harus ditingkatkan produksinya cukup beralasan, karena udang merupakan primadona ekspor hasil perikanan Indonesia yang usaha budi dayanya telah terbukti memiliki backward dan forward lingkage yang cukup luas bagi aktivitas ekonomi masyarakat. Menurunnya aktivitas usaha udang di beberapa sentra produksi beberapa tahun terakhir ini, telah membawa dampak yang cukup signifikan bagi menurunnya pertumbuhan ekonomi masyarakat di beberapa kawasan budi daya tersebut. Sebagai komoditas ekspor, udang masih memperlihatkan penampilan yang menggembirakan.

Terakhir adalah r umput laut dapat diandalkan untuk menghasilkan devisa negara dalam waktu yang cepat karena umur tanamnya relatif pendek, mudah dibudidayakan, investasi relatif kecil, teknologi sederhana, menyerap tenaga kerja, potensi lahan untuk budidaya yang luas, dan bersifat massal. Selama ini hasil produksi rumput laut Indonesia sebagian besar masih diperdagangkan sebagai bahan baku dan untuk itu perlu upaya untuk mengolah menjadi bahan lain yang bernilai lebih tinggi dan itu sedang dilakukan, agar nilai tambah yang dimiliki rumput laut dapat dimanfaatkan didalam negeri.

Terkait dengan adanya kebijakan penghapusan PPN 10 persen bagi bahan baku industri agrobisnis diharapkan pengembangan industri pengolahan rumput laut dapat meningkat. Untuk lebih mendayagunakan dan mengembangkan industri rumput laut Indonesia sehingga menjadi usaha yang terintegrasi dan handal mulai dari hulu hingga hilir serta berdaya saing tinggi, maka seluruh unsur yang terkait di bidang rumput laut baik pemerintah maupun swasta perlu dipadukan melalui penerapan strategi klaster rumput laut yang saat ini sedang mulai dilakukan di beberapa sentra rumput laut, Klaster rumput laut mempunyai pengertian saling sinergi antar beberapa komponen penunjang dari suatu industri perumput lautan, dibentuk dalam rangka mengindustrikan rumput laut untuk menghasilkan nilai produk yang kompetitif dipasar global.

Dalam upaya mendorong keberhasilan program revitalisasi kelautan dan perikanan Indonesia, maka sesegera mungkin dilakukan pembenahan dan pengembangan industri ketiga komoditas tersebut (udang, tuna dan rumput laut) serta mampu mendayagunakan segenap potensi ekonomi dari sector kelautan dan perikanan yang diharapkan tidak hanya mampu mengeluarkan Indonesia dari belenggu kemiskinan dan pengangguran, tetapi juga mampu mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berdaya saing.

Rabu, 29 Agustus 2007

PRODUK LAUT KIM BAHARI SURABAYA RAUP RP 9 JUTA

Tanggal : 29 Agustus 2007
Sumber : http://www.d-infokom-jatim.go.id/news_kim.php?id=33


Produk unggulan hasil laut seperti kerupuk terung, teripang, dan kulit kakap di stan pameran Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Bahari, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya laris terjual. Pameran KIM II di Jember 27-29 Agustus maraup pendapatan sekitar Rp 9 juta.

Menurut Ketua KIM Bahari Kecamatan Bulak Kota Surabaya, H Djunis Kalim St Bt Sati ditemui di stand arena pameran Gedung Serbaguna Kaliwates Jember, Rabu (29/8) pameran kali ini membawa sekitar 350 kilogram produk hasil laut dan lebih banyak dari tahun lalu yang hanya 300 kilogram.

Pada pameran KIM I di Mojosari tahun lalu, selama sepekan kelompoknya membawa pulang keuntungan sekitar Rp 20 juta. Hasil keuntungan digunakan mengembangkan usaha. “Saya berharap bisa meraup keuntungan lebih besar pada pameran KIM kali ini. Syukur-syukur dapat melebihi dari pameran di Mojosari Kabupaten Mojokerto,” ujarnya.

Djunis menyampaikan rasa kekecawaannya, karena informasi pelaksanaan pekan KIM II baru diterima pada Sabtu (25/8) lalu dan hanya mandapat bagian satu stand saja. “Kepada panitia penyelenggara, kami mengusulkan untuk memperbanyak promosi jika akan mengadakan pekan KIM pada tahun mendatang,” katanya.

Stand KIM Bahari memang terlihat paling ramai dikunjungi penonton di antara stand-stand yang lain, selain harganya terjangkau, produk yang dijual enak untuk camilan maupun untuk luk pauk.
Haga satu ons teripang dijual dengan harga Rp 10.000. demikian juga kerupuk terung dan kerupuk kulit kakap. Sedangkan telur terung harganya sedikit lebih mahal yakni Rp 15.000/1ons.

Hal itu dibenarkan salah seorang pembeli asal Jember, Siti Soliha (37). Ibu yang datang ke pameran bersama suami dan tiga orang putrinya itu mengaku gemar mengkonsumsi produk-produk hasil laut. Selain enak dan murah, produk hasil laut sangat baik bagi pertumbuhan anak.

Selain memproduksi hasil laut, kegiatan KIM Bahari yang beranggotakan 20 orang juga membudidaya ikan, penyuluhan Narkoba, dan koperasi simpan pinjam.

Senin, 13 Agustus 2007

Produk Unggulan Perikanan Bappeda Ogan Hilir

Tanggal : 13 Agustus 2007
Sumber : http://bappeda.oganilirkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=28&Itemid=52


Jenis alat tangkap yang di pergunakan, antara lain jaring insang hanyut, jaring insang tetap, serok, anco, rawai, pancing, kilung/corong/langsatan, bubu, tuguk, jaring apung dan lain-lain.

Indralaya sebagai reservart, sedangkan potensi usaha perikanan meliputi budidaya ikan patin dalam keramba di sepanjang sungai Ogan dan budidaya ikan dalam kolam (patin, gurami dan Nila Merah ). serta budidaya ikan dalam empang terutama ikan patin jambal.

Produksi ikan terbesar diperoleh dari hasil ikan tangkap pada perairan rawa / lebak lebung yang biasanya panen menjelang musim kemarau sampai awal musim hujan. Produk unggulan perikanan meliputi produk ikan patin segar, aneka ikan asin, aneka ikan salai, dan produk abon ikan. Jenis Ikan yang diproduksi di kabupaten Ogan Ilir tahun 2005 yang terbanyak adalah Ikan lele, patin, toman, nila dan gurami.

Rumput Laut Jadi komoditas Unggulan

Tanggal : 13 Agustus 2007
Sumber : http://ikm.depperin.go.id/PublikasiPromosi/KumpulanArtikel/tabid/67/articleType/ArticleView/articleId/14/Rumput-Laut-Jadi-komoditas-Unggulan.aspx


Rumput laut bisa dijadikan sebagai komoditi unggulan bagi Indonesia. Pasarnya masih sangat potensial. Menurut data dari Ditjen Perikanan, saat ini hasil budidaya rumput laut Indonesia berada di posisi tiga dunia setelah Philipina dan China. Sedang untuk hasil produksi agar-agar, Indonesia menempati posisi kedua setelah Chilie. Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Selatan, rumput laut saat ini termasuk satu dari 10 komoditas ekspor yang menjadi primadona. Pada 2005, sebanyak 23.648 ton rumput laut diekspor ke berbagai negara dengan nilai ekspor mencapai US$ 4,5 juta. Selain diekspor, sebagian produksi rumput laut digunakan untuk memenuhi permintaan industri dalam negeri. Sejumlah negara seperti China, Singapura, dan beberapa negara di Eropa, menjadi tujuan ekspor rumput laut asal Sulsel. Tingginya permintaan ekspor ini jauh melebihi produksi rumput laut Sulsel. Pada 2005 produksi rumput laut Sulsel baru mencapai 50.000 ton.

Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa China kira-kira tahun 2700 SM. Saat itu rumput laut dimanfaatkan sebagai sayuran dan obat-obatan. Lantas dalam perkembangan pada tahun 65 SM, bangsa Romawi menggunakannya sebagai bahan baku kosmetik. Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan tentang rumput laut juga makin berkembang, oleh Spanyol, Perancis dan Inggris rumput laut dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gelas. Sedangkan di Irlandia, Norwegia, dan Scotlandia rumput laut diolah menjadi pupuk tanaman.

Saat ini rumput laut telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri agar-agar, keragenan, alginat, dan furselaran. Produk hasil ekstraksi rumput laut banyak digunakan sebagai bahan pangan, bahan tambahan, atau bahan pembantu dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat, dan lain-lain. Selain itu rumput laut juga digunakan sebagai pupuk dan komponen pakan ternak atau ikan. Melihat begitu besar manfaat dan kegunaannya tidak salah jika rumput laut sebagai komoditas perdagangan yang prospeknya makin cerah, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun kebutuhan ekspor. Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi rumput laut, maka pengembangan industri pengolahan rumput laut merupakan salah satu alter natif yang perlu diwujudkan. Perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia sebagai bahan pangan dimulai pada 1930, yakni dalam pembuatan agar-agar. Baru kemudian pada 1989 dikembangkan industri keragenan dan selanjutnya pada 1993 berkembang industri alginat.

Sebagai agro based industry sebenarnya industri pengolahan rumput laut di Indonesia punya prospek bagus, karena tersedianya sumber bahan baku yang melimpah, sumberdaya manusia, dan teknologi ser ta peluang pasarnya cukup besar baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. Untuk mewujudkan industri pengolahan rumput laut sebagai agro based industry bukan pekerjaan mudah. Syarat utamanya, adalah terjalinnya sinergi yang baik antara faktor-faktor terkait, dan yang terpenting adalah adanya dukungan pemerintah.

Kamis, 09 Agustus 2007

Manisan Asam Kelubi Masih Diminati

Tanggal : 09 Augustus 2007
Sumber : http://rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=2131

BAGANSIAPI-API (RP) ---- Bagi masyarakat yang berasal dari sejumlah daerah di Kabupaten Rohil, cemilan tradisional seperti manisan asam kelubi sudah tidak asing lagi. Dimana, setiap lebaran Idul Fitri, manisan asam kelubi mudah ditemukan di setiap rumah-rumah masyarakat.

Malahan, setiap kegiatan lainnya terlebih pada pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) baik tingkat kecamatan hingga provinsi Riau, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rohil selalu menampilkan manisan asam kelubi. Hanya saja, tidak banyak yang mengetahui sampai sejauhmana asam kelubi diproses menjadi manisan yang siap saji.

Asam kelubi merupakan tanaman liar yang tumbuh di dalam hutan. Asam kelubi tersebut, oleh masyarakat disebut dengan istilah buah salak hutan. Karena, mulai dari bentuk kulitnya, asam kelubi mirip sekali dengan buah salak. Hanya saja bedanya, salak memiliki bentuk buah yang cukup besar. Karena sifat keasamannya yang cukup khas, asam kelubi selalu dipergunakan untuk ramuan sambal terasi atau dikenal dengan sebutan sambal belacan.

Asam kelubi yang dipergunakan untuk dijadikan manisan, tampaknya tidak asal-asalan saja. Buah asam kelubi yang ideal untuk dijadikan manisan tersebut, tidak dalam kondisi yang terlalu tua atau sebaliknya. Bila sudah menemukan asam kelubi yang ideal untuk dijadikan manisan, maka prosesi pembuatannya segera dapat dilaksanakan. Langkah pertama yang dilakukan, yakni asam kelubi tersebut harus dipisahkan dari kulitnya. ?Usai mengupas kulitnya, dilanjutkan dengan pembuangan kulit ari yang menempel di dinding asam kelubi. Seiring dengan hal itu, dinding asam kelubi ditusuk-tusuk yang maksudkan untuk mengurangi kadar air asam yang ada di dalamnya. Prosesi penusukan tersebut dilakukan sesuai dengan keinginan. Dalam artian, harus ditusuk beberapa kali. ''Sebenarnya, kulit arinya boleh dibuang juga boleh tidak. Semuanya tergantung dari keinginan,'' kata Wati (35) salah seorang warga Bagansiapi-api.

Usai ditusuk-tusuk, asam kelubi tersebut direndam dengan air bersih selama tiga hari berturut-turut. Perendaman selama tidak hari tersebut dimaksudkan agar buah asam kelubi tersebut bisa lengkang atau lepas dari bijinya apabila sudah disantap. Ketika dilakukan perendaman, jangan lupa berikan garam dapur yang komposisinya disesuaikan dengan banyak atau sedikitnya manisan asam kelubi yang akan diolah.

Setelah direndam selama tiga hari, asam kelubi direbuskan sampai matang dan ditiriskan. Seiring dengan prosesi penirisan, dilanjutkan dengan pembuatan rebusan air gula pasir. Bila rebusan air gula pasir sudah benar-benar rata dengan artinya tidak lagi menemukan ada gula pasir yang tidak larut, maka secara perlahan, buah asam kelubi yang sudah ditiriskan kembali dimasukan ke dalam air gula untuk direbus yang kedua kalinya. Setelah direbus dengan air gula, maka asam kelubi sudah berganti nama menjadi manisan asam kelubi.

''Manisan asam kelubi itu merupakan cemilan tradisional yang sampai sekarang ini masih ditemukan di kota Bagansipi-api terutama pada saat lebaran. Mengingat kondisinya yang bersifat tradisional itulah, maka dalam Riau Expo, kita menampilkan manisan asam kelubi ini,'' kata Camat Bangko, Roy Azlan.

Selain permintaan dari dalam cukup tinggi terutama menjelang lebaran, masyarakat yang berada di negara tetangga Malaysia seperti di Port Klang dan sekitarnya, boleh dikatakan telah keranjingan untuk dapat menikmati manisan asam kelubi. Apalagi, sebagian besar masyarakat di Port Klang, Malaysia tersebut memiliki sanak saudara yang ada di Kabupaten Rohil terutama di kota Bagansiapi-api dan sekitarnya.

''Biasanya dua atau satu minggu jelang lebaran Idul Fitri, prosesi pembuatan manisan asam kelubi segera dimulai. Setelah dibuat, manisan asam kelubi ini dibagi-bagi kepada semua sanak keluarga kita. Malahan, sampai ke Port Klang, Malaysia sana. Mengirim manisan asam kelubi ke Port Klang itu sudah boleh dikatakan mentradisi sekali,'' kata Rohaya (55) warga Bagansiapi-api.(Syahri Ramlan)

Rabu, 25 Juli 2007

Bintan Andalkan Kerajinan Sisik Ikan


PDF Cetak E-mail

Tanggal : 25 Juli 2007
Sumber : http://www.posmetrobatam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1770&Itemid=35




KIJANG, METRO : Kabupaten Bintan sedang berupa menjadikan kerajinan dari sisik ikan menjadi andalan. Selama seminggu ini sebanyak 30 warga mendapat pelatihan di Aula Kantor Camat Bintan Timur (Bintim) Kijang. Anggota DPD RI asal Kepri Aida Ismeth memberi perhatian terhadap kerajinan andalan Kabupaten Bintan tersebut dan menyempatkan untuk membuka acaranya di Aula Kantor Camat Bintan Kijang, Selasa (24/7) kemarin. Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Pemrov Kepri Puji Astuti mengatakan Kabupaten Bintan menjadikan sisik ikan menjadi kerajinan sebagai andalan. ‘’Kita melihat kalau di Kabupaten Bintan banyak ikan dan sisiknya bisa jadi kerajinan,’’ujar Puji. Di Provinsi Jambi sisik ikan sudah menjadi kerajinan dan sudah sangat terkenal, namun ada sedikit perbedaan kalau di Jambi sisik ikan besar tetapi di Kabupaten Bintan sisik ikan kecil. ‘’Tetapi kita akan menyesuaikan dengan kondisi di Bintan,’’terangnya. Karena Jambi sudah berpengalaman, sebagai tenaga pelatih didatangkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepri. Berbagai ketrampilan sampai sisik ikan menjadi kerajinan diadakan selama semingu. Puji menambahkan, kalau Kabupaten Bintan andalannya kerajinan sisik ikan, Kabupaten Lingga adalah batik. Sedangkan Kota Tanjungpinang usaha bordir. Sementara itu, tahun 2008 mendatang juga akan ada produk unggulan di Kota Batam, direncanakan yang menjadi produk unggulan dari adalah kerajinan kayu.(ron)