Senin, 14 Januari 2008

BUDIDAYA RUMPUT LAUT SISTIM POLIKULTUR

Tanggal : 14 Januari 2008
Sumber : http://www.brebeskab.go.id/Petunjuk_Teknis.php

Budidaya Gracilaria spp. dapat dilakukan secara monokultur dan polikultur (bersama Udang dan bandeng) di tambak. Sistem budidaya polikultur meningkatkan efisiensi penggunaan lahan tambak dan pendapatan pembudidaya secara berkesinambungan (Djajadiredja dan Yunus, 1983 dalam Ditjend Perikanan Budidaya DKP). Budidaya ini didasari atas prinsip keseimbangan alam. Rumput laut berfungsi sebagai penghasil oksigen dan tempat berlindung bagi ikan-ikan dan udang dari predator dan sebagai biological filter. Ikan dan udang membuang kotoran yang dapat dipakai sebagai nutrien oleh rumput laut. Rumput laut menyerap CO2 terlarut hasil pernafasan ikan dan udang. Secara umum, kehadiran rumput laut dalam tambak udang/bandeng menimbulkan dampak positif.

Pengelolaan air tambak diutamakan dengan menggunakan aistem gravitasi atau pasang surut air laut, dengan syarat :

1 Suhu Air 20 – 28 oC
2 Salinitas Opt. 15 – 32 ppt
3 pH 6,8 – 8,2
4 Oksigen terlarut 3 – 8 ppm


  • Kejernihan tidak terlalu keruh dan menerima sinar matahari.
  • Polusi jauh dari limbah industri dan limbah air atau tanah


PERSIAPAN LAHAN

  1. Dasar tambak dijemur sampai kering yang ditandai dengan kondisi tanah yang pecah-pecah.
  2. Saluran air yang ditumbuhi lumut atau ditutupi tanah dasar tambak dibersihkan agar sirkulasi air lancar.
  3. Tambak yang telah kering, kemudian di isi air sampai kedalaman 10 cm.
  4. Di beri saponin 50 Kg/Ha untuk memberantas ikan-ikan liar.
  5. Tambak dikeringkan, kemudian di isi air kembali sampai kedalaman 50-100 cm
  6. Untuk mempercepat pertumbuhan, tambak tersebut di pupuk dengan NPK 50 Kg/Ha

PENANGANAN BIBIT

  • Hal yang harus diperhatikan dalam perjalanan :
  • Bibit harus tetap dalam keadaan basah/lembab selama dalam perjalanan
  • Tidak terkena air tawar atau hujan
  • Tidak terkena minyak atau kotoran lain
  • Jauh dari sumber panas seperti mesin kendaraan dan lainnya.

Cara pengepakan bibit :

  • Memasukan bibit ke dalam kantong plastik berukuran 50 cm x 80 cm. Susunan bibit tidak boleh dipadatkan atau dilipat-lipat agar bibit tidak rusak.
  • Bibit ditumpuk 3 – 4 lapis dan tiap lapis diselingi dengan kapas atau bahan lain yang sejenis yang dapat menyimpan air sehingga kantong senantiasa lembab.
  • Mengikat bagian atas kantong plastik tali.
  • Membuat lubang-lubang pada bagian atasnya dengan jarum untuk sirkulasi udara.
  • Memasukan kantong plastik ke dalam kotak karton.
  • Melakukan kegiatan transportasi.

Ciri-ciri bibit yang baik adalah :
  • fisik yang segar,
  • thallus kecil dan agak keras, serta
  • warnanya yang agak gelap dan tidak pucat.

Ciri-ciri bibit yang tidak baik adalah :

  • warna kemerahan atau putih,
  • thallus berlendir, rusak/patah-patah.
  • bau tidak enak/busuk,

Metode Tebar (Broadcast)

Penanaman bibit rumput laut di tambak dilakukan dengan menggunakan metode broadcast, dimana bibit ditebar diseluruh bagian tambak. Keuntungan metode ini adalah biaya lebih murah, penanaman dan pengelolaannya mudah. Waktu penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk menghindari rumput laut dari sinar matahari.

Metode Lepas Dasar

Selain metode tebar, Gracilaria dapat ditanam dengan metode lepas dasar atau rakit apung. Metode ini jarang dilakukan karena biaya relatif besar. Metode ini biasanya dilakukan dilaut yang terlindung dari hempasan ombak

Perbandingan ideal
rumput laut : bandeng : udang windu
= 1,5 ton : 1.500 ek. : 5.000 ek.



Pengawasan / Perawatan

Pengawasan dilakukan setiap hari dengan melakukan monitoring pada salinitas dan suhu air tambak. Penggantian air tambak dilakukan min. 2 kali seminggu. Pemeliharaan rumput laut dilakukan dengan membersihkan rumput laut yang tertimbun lumpur.
Laju pertumbuhan yang dianggap menguntungkan diatas 3% pertambahan berat/hari, dihitung berdasarkan model eksponensial pertambahan berat/hari :
G = {(Wt/Wo)1/t – 1} x 100% dimana :

G = laju pertumbuhan harian (%)
Wt = Rata-rata bobot akhir (gram)
Wo = Rata-rata bobot awal (gram)
t = waktu budidaya

Apabila kondisi salinitas dan alam mendukung, rumput laut tadi akan tumbuh optimal dan menghasilkan spora yang akan tumbuh menjadi rumput laut. Selama 4 bulan pertama, bila sudah terlihat adanya rumpun yang sangat padat, maka dilakukan penyebaran ulang dengan cara mengangkat bongkahan rumpun tersebut dan merobek-robek kemudian disebarkan. Rata-rata penebaran bibit rumput laut pada awal penanaman sekitar 1,5-2 ton untuk luas 1 Ha.

PANEN DAN PASCA PANEN

Panen perdana setelah masa pemeliharaan 4 bulan, selanjutnya pemanenan dapat dilakukan tiap 2 bulan. Setelah panen, rumput laut dicuci untuk menghilangkan kotoran. Penyeleksian untuk memisahkan jenis rumput laut lain yang tidak diinginkan, batu karang, lumpur atau benda asing lainnya. Dijemur di atas para/waring selama 2-3 hari sampai kering. Pengepakan dan penyimpanan.

Minggu, 30 Desember 2007

Produk Unggulan kabupaten Kantingan

Tanggal : 30 Desember 2007
Sumber : http://katingankab.go.id/ktg/content/view/58/77/lang,indonesian/


Daftar Jenis Produk Unggulan Daerah (PUD) pada Sentra Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) yang meliputi Sektor Agribisnis, Industri Kecil dan Jasa Tahun 2005 di Kabupaten Katingan

No. Kecamatan Jenis Produk Jumlah Volume Wilayah Pemasaran (%)
Unggulan Daerah Pengusaha Kapasitas Produksi Riil Dlm Negeri (Lokal) Luar Negeri (Eksport)
1. Katingan Hulu Tengkawang 7 600 ton 300 ton 100 % -

Rotan

5 - 10.710 ton 100 % 100 %
2.

Marikit

Sapi

- - 1.000 ekor 100 %

Rotan

3 - 10.120 ton 100 % 100 %
3.

Sanaman Mantikei

Sawn Timber

1 30.000 m³ 22.500 m³ 100 % -

Rotan

4 - 10.120 ton 100 % 100 %
4.

Katingan Tengah

Sapi

10 - 750 ekor 100 % -

Kelapa Sawit / CPO

3 10.160.640 ton 5.080.320 - 100 %

Rotan

8 - 9.960 ton 100 % 100 %
5.

Pulau Malan

Pisang

5 1.800 ton 800 ton 100 % -

Rotan

3 - 6.040 ton 100 % 100 %
6.

Tewang Sanggalang Garing

Pisang

5 2.000 ton 1.000 ton 100 % -

Rotan

3 - 4.400 ton 100 % 100 %
7.

Katingan Hilir

Budidaya Keramba

72 60,5 ton 40,7 ton 100 % -

Rotan

8 - 19,470 ton 100 % 100 %
8.

Tasik Payawan

Penangkapan ikan Botia

5 - 2.000.000 Ekor 100 % -

Rotan

4 - 9.640 ton 100 % 100 %
9.

Kamipang

Perikanan Darat

230 637 ton 70 ton 100 %

Rotan

5 - 3.804 ton 100 % 100 %
10.

Mendawai

Sawn Timber

42

26.800m³

151.200m³

100 %
11.

Katingan Kuala

Penangkapan / Tambak Udang

370 - 222 ton - 100 %

Penangkapan cumi-cumi

250 - 150 ton - 100 %

Padi Sawah

- 3.843 Ha 10.487 Ha 100 %

Kedelai

- 343 Ha 296 ton 100 %

Moulding / dowel

1 16.000 m³ 13.500 m³ 100 %


Minggu, 25 November 2007

Pewarna dari Rumput Laut

Tanggal : 25 September 2007
Sumber : http://ptp2007.wordpress.com/2007/09/25/pewarna-dari-rumput-laut/


Disini saya akan menambahkan informasi,berhubungan dengan pewarna alami yang mengandung zat alami dari klorofil yang bersumber pada tumbuhan rumput laut,belakangan ini para peneliti, melalui program riset unggulan dari Kementerian Riset dan Teknologi, mengembangkan rumput laut sebagai pewarna, baik untuk makanan maupun tekstil.

Tumbuhan berklorofil ini memang kaya warna.Warna itu bersumber dari empat suku rumput laut, yaitu Rhodophyceae (alga merah), Phaephyceae (alga coklat), Chlorophyceae (alga hijau), dan Cyanophyceae (alga biru-hijau). Sesuai dengan namanya, alga tersebut mengandung zat warna alami, yaitu merah, coklat, hijau, dan biru-hijau.Seecara langsung pada rumput laut terdapat senyawa alganiat yang memiliki Khasiat biologi dan kimiawi,dimanfaatkan pada pembuatan obat antibakteri, antitumor, penurun tekanan darah tinggi, dan mengatasi gangguan kelenjar. Jadi,apabila kita mampu menggunakan rumput laut tersebut sebagai bahan pewarna alami maka akan banyak manfaat bagi tubuh kita. Dalam hal ini kawasan timur Indonesia merupakan daerah yang memiliki potensi rumput laut yang terbesar karena,daerah ini berupa teluk yang airnya tenang, relatif dangkal, bersuhu panas, atau sedikit hari hujan.

Rabu, 07 November 2007

DKP lakukan klasterisasi 10 jenis rumput laut

Tanggal : 7 November 2007
Sumber : http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisi-harian/agribisnis/1id29551.html


JAKARTA: Departemen Kelautan dan Perikanan menargetkan 10 jenis rumput laut unggulan dapat dikembangkan dalam dua tahun ke depan melalui pendekatan klasterisasi usaha budi daya komoditas itu untuk meningkatkan daya saing produk.

Meski mayoritas produk itu termasuk dalam spesies Cotonii, Gracilaria, dan Sargassum, 10 komoditas unggulan itu akan dihasilkan oleh masing-masing klaster yang akan dibuka di 10 lokasi sasaran.

Ketua Komisi Rumput Laut Farid Ma'ruf mengatakan 10 komoditas yang dihasilkan 10 klaster itu akan menjadi produk unggulan dengan spesifikasi khusus yang berbeda-beda sehingga menambah nilai jual di pasar internasional.

"Selama ini rumput laut kita dijual mentah dan dicampur-campur. Yang akan kami lakukan adalah 10 klaster ini nanti masing-masing akan menghasilkan jenis yang khusus dari bibit yang dan seragam bagus sehingga nanti ada 10 jenis rumput laut unggulan kita. Misalnya Cotonii dari Gorontalo, alga merah dari Bali dan sebagainya," katanya.

Dalam dua tahun ke depan, tambahnya, 10 lokasi klaster tersebut ditargetkan dapat segera berproduksi sehingga masing-masing daerah memiliki jenis spesifik yang menjadi produk unggulan.

Saat ini, kata Farid, dua klaster rumput laut telah direalisasikan di Gorontalo dan Madura. Dengan spesies utama yang dibudidayakan Cotonii, komoditas asal dua daerah itu memiliki karakteristik yang berbeda.

"Rumput laut itu unit. Meski sama-sama Cotonii, tetapi kalau berbeda lokasi budi dayanya, kondisi alam, air lautnya, produk yang dihasilkan juga berbeda. Ini nilai tambah yang sedang kita kejar."

Selain menargetkan 10 jenis rumput laut unggulan, dia mengatakan pihaknya tengah mengupayakan mengatur tata niaga komoditas ini yang saat ini dikuasai tengkulak sehingga permainan harga terjadi dan tidak menguntungkan petani.

Harga rumput laut kering di pasar internasional yang sempat mencapai lebih dari Rp6.000 per kilogram tidak memberikan keuntungan lebih bagi petani karena harga rata-rata di tingkat petani baru ada yang berkisar hanya Rp2.500 per kilogram.

Kamis, 01 November 2007

Rumput Laut Jadi Kertas------------ Alternatif Atasi ''Illegal Logging''

Tanggal : 1 November 2007
Sumber : http://www.balipost.com/balipostcetak/2007/11/1/e1.htm


Denpasar (Bali Post) -
Selama
ini pemanfaatan rumput laut di Indonesia masih terbatas terutama pada produk makanan. Belum ada upaya lebih lanjut untuk meningkatkan output budi daya rumput laut. Padahal jika ini dikelola dengan benar, ternyata banyak produk yang bisa dihasilkan dari salah satu hasil laut yang konon dapat dikembangkan di seluruh pesisir Indonesia ini. Salah satu hasil pengolahan rumput laut adalah kertas. Jika dikelola dengan skala besar, mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

Hal tersebut dikatakan Director Pegasus Interbational Churl H You didampingi Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Prof. Dr. Martani Husaini di Denpasar, Selasa (30/10), usai pembukaan Seaweed International Business Forum and Exhibition di Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur.

Dikatakan Chur, proses pemanfaatan rumput laut menjadi kertas itu sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Apalagi ditambah siklus hidupnya yang terbilang cepat, yakni 45 hari. Sangat jauh berbeda jika yang diolah menjadi kertas itu kayu.

''Proses pengolahan kayu menjadi kertas menggunakan banyak macam bahan kimia berbahaya. Berbeda halnya dengan rumput laut yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia itu tadi,'' ujar Churl sembari menambahkan, proses pengolahan itu di antaranya boilling process dan bleaching dengan menggunakan kaporit.

Dia berpendapat, jika kelak industri ini dapat dikembangkan secara massal, tidaklah mustahil pembabatan hutan dapat dikurangi. Terlebih lagi dengan maraknya kasus illegal logging saat ini. ''Ini sisi lain keuntungan yang dapat diraih dari pemanfaatan rumput laut. Hutan perlu waktu lama untuk pulih. Alternatif ini tentu memberikan solusi bagi pelestarian lingkungan hidup,'' tambahnya.

Potensial

Prof. Martani menyebutkan saat ini pemerintah sedang mengupayakan untuk melakukan kerja sama dengan pihak asing terkait pemberdayaan hasil budi daya rumput laut. Salah satunya seperti yang dilakukan dengan Churl. ''Industri semacam ini sangat potensial dikembangkan. Jika ini dapat dikembangkan lagi sebagai mass industry, diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat pesisir yang tergolong miskin,'' katanya, sambil menyebutkan di Bali akan dibicarakan mengenai kerja sama mengenai hal tersebut.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan saat membuka forum tersebut mengatakan pengembangan rumput laut di Indonesia sangatlah memungkinkan untuk dilakukan. Sebab tidak terlalu rumit dan membutuhkan banyak dana. ''Tinggal bagaimana sekarang pihak pemda dan swasta memberdayakan cluster area yang sudah ada. Ditambah lagi peningkatan end product rumput laut yang selama ini baru dimanfaatkan untuk dijadikan makanan. Belum mengarah ke hal lain yang lebih menguntungkan,'' ujarnya. (ded)

Senin, 22 Oktober 2007

Wisata Spiritual Unggulan Pariwisata Bali ke Depan

Tanggal : 22 Oktober 2007
Sumber : http://www.wisatanet.com/templete/index.php?wil=4&id=000000000000800&idnews=3275

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, obyek unggulan untuk pariwisata Bali ke depan adalah wisata spiritual.

"Andalan pariwisata Bali ke depan yaitu pariwisata spiritual, karena potensi dan lokasi di kabupaten/kota di Pulau Dewata sangat memungkinkan," kata Menbudpar Jero Wacik di Nusa Dua, Bali, Jumat.

Di hadapan peserta seminar nasional dengan tema "Mega Tren Peluang dan Investasi Pariwisata Masa Depan," Jero Wacik mengatakan, pangsa pasar wisata spiritual itu adalah wisatawan yang berasal dari Jepang, Eropa dan Amerika Serikat.

"Wisatawan yang berasal dari negara-negara tersebut tampaknya mulai jenuh dengan obyek wisata keramaian, sehingga lebih memilih wisata alam yang sepi, tidak lain adalah tempat meditasi untuk merenungkan diri di hadapan sang pencipta," ujarnya.

Soal tempat yang paling cocok untuk wisata tersebut, Menbudpar mengatakan, semua kabupaten di Bali memiliki potensi termasuk di daerah lain di Indonesia, seperti Sulawesi yang terkenal dengan Tanah Toraja dan Jawa Tengah.

"Selain tempat yang telah mendukung untuk wisata tersebut, juga yang paling diperlukan adalah orang yang bisa menuntun ke arah meditasi atau yoga," ucap Menteri asal Kintamani, Bali.

Sementara di tempat terpisah Kadisparda Bali I Gede Nurjaya mengatakan, dalam konteks berhubungan dengan alam, masyarakat Bali sebenarnya memiliki pendekatan spiritual yang kuat.

Orang Bali menghormati alamnya sebagai ruang religius bukan sebagai tempat hidup dan mencari makan. Hubungan spiritual orang Bali dengan alam sebenarnya sangat kuat. Mereka memiliki beragam ritual sebagai bentuk persembahan kepada alamnya," katanya.

Karena itu, Bali sangat tepat untuk mengembangkan pariwisata spiritual, sebab dalam wisata tersebut arahnya bersifat universal, yakni melakukan meditasi, ujarnya.
Sumber: media-indonesia.com

Selasa, 11 September 2007

DKP PACU PENGEMBANGAN TIGA KOMODITAS UNGGULAN

Tanggal : 11 September 2007
Sumber : http://www.dkp.go.id/content.php?c=4438

Dalam upaya mencapai keberhasilan program revitalisasi ini maka pembenahan serta pengembangan industri yang berbasis pada tiga komoditas, yaitu tuna, rumput laut dan udang perlu segera dilakukan oleh seluruh komponen baik pemerintah, stakeholders dan pihak terkait lainnya. Hal pokok yang menjadi dasar dari program revitalisasi karena ketiga komoditas tersebut memiliki prospek yang cerah baik di pasar dalam negeri maupun di pasar internasional. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi saat membuka Semiloka Pengembangan Industri Tuna, Udang dan Rumput Laut di Departemen Kelautan dan Perikanan (11/09/07).

Sistem perikanan tuna di Indonesia berkembang dengan pesatnya pada periode memasuki akhir tahun 1980-an semenjak diperkenalkannya pasar untuk tuna segar (fresh tuna). Perkembangan pasar ini yang mendorong berkembangnya perikanan long line dan teknologi ini disukai para nelayan Indonesia karena operasi penangkapan yang relatif pendek. Industri perikanan tuna juga dihadapkan beberapa permasalahan lain, seperti: peningkatan harga bahan bakar yang terjadi dalam beberapa bulan pada tahun 2005, sehingga banyak kapal-kapal yang akhirnya menghentikan operasinya karena tingginya biaya operasi penangkapan.

Sistem perikanan tuna diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah dan ekspor komoditas tersebut. Oleh karena itu, strategi pengelolaan perikanan tuna akan diimplementasikan melalui tiga hal, yaitu peningkatan mutu dan keamanan produk, pengembangan produk dari produk-produk bernilai rendah ke produk-produk bernilai tinggi serta penguatan dan pengembangan pemasaran luar negeri. Issues yang dihadapi perikanan tuna diantaranya:revenue/Cost yang semakin rendah akibat catch rate yang semakin turun, fishing ground yang semakin jauh, masih berlakunya embargo ekspor tuna sirip biru selatan oleh kebijakan CCSBT, draft SK menteri tentang penangkapan di laut lepas, trend meningkatnya jumlah kapal longline yang berpindah fungsi menjadi kapal purse seine atau kapal penangkap cumi-cumi.

Sedangkan ditetapkannya udang sebagai salah satu komoditas perikanan yang harus ditingkatkan produksinya cukup beralasan, karena udang merupakan primadona ekspor hasil perikanan Indonesia yang usaha budi dayanya telah terbukti memiliki backward dan forward lingkage yang cukup luas bagi aktivitas ekonomi masyarakat. Menurunnya aktivitas usaha udang di beberapa sentra produksi beberapa tahun terakhir ini, telah membawa dampak yang cukup signifikan bagi menurunnya pertumbuhan ekonomi masyarakat di beberapa kawasan budi daya tersebut. Sebagai komoditas ekspor, udang masih memperlihatkan penampilan yang menggembirakan.

Terakhir adalah r umput laut dapat diandalkan untuk menghasilkan devisa negara dalam waktu yang cepat karena umur tanamnya relatif pendek, mudah dibudidayakan, investasi relatif kecil, teknologi sederhana, menyerap tenaga kerja, potensi lahan untuk budidaya yang luas, dan bersifat massal. Selama ini hasil produksi rumput laut Indonesia sebagian besar masih diperdagangkan sebagai bahan baku dan untuk itu perlu upaya untuk mengolah menjadi bahan lain yang bernilai lebih tinggi dan itu sedang dilakukan, agar nilai tambah yang dimiliki rumput laut dapat dimanfaatkan didalam negeri.

Terkait dengan adanya kebijakan penghapusan PPN 10 persen bagi bahan baku industri agrobisnis diharapkan pengembangan industri pengolahan rumput laut dapat meningkat. Untuk lebih mendayagunakan dan mengembangkan industri rumput laut Indonesia sehingga menjadi usaha yang terintegrasi dan handal mulai dari hulu hingga hilir serta berdaya saing tinggi, maka seluruh unsur yang terkait di bidang rumput laut baik pemerintah maupun swasta perlu dipadukan melalui penerapan strategi klaster rumput laut yang saat ini sedang mulai dilakukan di beberapa sentra rumput laut, Klaster rumput laut mempunyai pengertian saling sinergi antar beberapa komponen penunjang dari suatu industri perumput lautan, dibentuk dalam rangka mengindustrikan rumput laut untuk menghasilkan nilai produk yang kompetitif dipasar global.

Dalam upaya mendorong keberhasilan program revitalisasi kelautan dan perikanan Indonesia, maka sesegera mungkin dilakukan pembenahan dan pengembangan industri ketiga komoditas tersebut (udang, tuna dan rumput laut) serta mampu mendayagunakan segenap potensi ekonomi dari sector kelautan dan perikanan yang diharapkan tidak hanya mampu mengeluarkan Indonesia dari belenggu kemiskinan dan pengangguran, tetapi juga mampu mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berdaya saing.