Jumat, 28 Maret 2008

Gaet Wisatawan ke Sanur lewat “Sea Walker”


Sumber : http://www.bisnisbali.com/2007/03/22/news/pariwisata/aka.html

Denpasar (BisnisBali)
- Kegiatan sea walker merupakan salah satu produk pariwisata unggulan di kawasan Sanur. Produk pariwisata yang lebih menonjolkan keindahan bawah laut seperti terumbu karang dan biota laut ini diharapkan bisa mengaet lebih banyak wisatawan ke kawasan Sanur.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Drs. I Putu Budiasa, M.Si., Rabu (21/3) kemarin mengatakan kegiatan sea walker masih menjadi primadona bagi wisatawan domestik (wisdom) dan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sanur. Kegiatan yang lebih banyak menyaksikan pemandangan bawah laut ini sudah menjadi bagian kegiatan wisata bahari di Bali. Diungkapkan, guna makin mengairahkan kegiatan wisata bawah laut di Sanur pemerintah melalui dinas pariwisata Kota akan berupaya mempromosikan kegian sea walker ini terutama ke pasar domestik. Kegiatan sea walker di Sanur ini di antaranya akan dipromosikan melalui dalam ajang gebyar Wisata Jakarta 2-6 Mei 2007 mendatang. Selain itu kegiatan sea walker ini juga akan dipromosikan melalui Majapahit Affair 22-26 Mei 2007 di Surabaya.

Dijelaskan, sea walker ini memiliki daya tarik yang cukup spesifik bagi wisatawan. Ketika menyelam ke dasar laut, wisatawan bisa menggunakan tabung khusus yang diletakkan di bagian kepala. Ini tentunya memudahkan untuk menghirup oksigen terutama bagi wisatawan yang tidak pernah menyelam ke dasar laut. Wisatawan tentunya bisa dengan nyaman menikmati keindahan dasar laut.

Kegiatan sea walker juga diisi dengan penyemaian karang. Selain menikmati keindahan dasar laut, wisatawan juga diarahkan ikut serta melestarikan terumbu karang. Seperti diketahui beberapa tahun silam kawasan Sanur marak dengan pencurian terumbu karang. Kejadian tersebut sempat berdampak pada menurunnya perkembangan biota laut karena rusaknya terumbu karang.

Dipaparkan, melalui kegiatan sea walker ini masyarakat lokal dan wisatawan diajak ikut melestarikan terumbu karang. Pada bagian lain, di dasar laut wisatawan juga bisa mengenal beranekaragam jenis ikan yang bisa hidup di dasar laut.

Lebih lanjut dikatakan, selama ini kegiatan atraksi sea walker ini dinikmati tidak hanya dari wisman tetapi juga wisdom. Khusus dari wisman kegiatan sea walker ini lebih banyak diminati wisman asal Korea dan Jepang. Wisatawan asal Asia tersebut beranggapan kegiatan sea walker ini mungkin hanya bisa dinikmati di kawasan Sanur. Melihat keindahan terumbu karang dan biota laut di Sanur wisatawan tentunya mendapatkan pengalaman tersendiri ketika berkunjung ke Bali.

Budiasa menambahkan melihat pengembangan sea walker di kawasan Sanur, pemerintah melalui dinas pariwisata Kota berharap masyarakat bisa ikut melestarikan terumbu karang di kawasan Sanur. Keindahan terumbu karang dan biota laut bisa menjadi andala pariwisata Sanur pada masa yang akan datang. *kup

Kamis, 27 Maret 2008

Industri Pengolahan Hasil Ikan (Fillet Ikan)

Sumber : http://bappeda-kotategal.go.id/index.php?ask=hal&hid=72

Kota Tegal sebagai daerah pantura mempunyai potensi industri pengolahan hasil perikanan yang cukup melimpah, khususnya adalah fillet ikan. Pengusaha yang bergerak dibidang ini banyak dijumpai di desa Tegalsari Kecamatan Tegal Barat (30 pengusaha), dengan kapasitas sebesar ± 425 ton pertahun.

Udang Jadi Unggulan Ekspor Perikanan


Sumber : http://www.suarapembaruan.com/News/2007/01/18/Ekonomi/eko01.htm

[JAKARTA] Udang masih menjadi komoditas unggulan ekspor perikanan budi daya nasional. Selama periode Januari-Agustus 2006, ekspor udang mencapai 112,5 juta ton senilai US$ 739,2 juta. Sedangkan total ekspor produk perikanan budi daya nasional pada 2006 diperkirakan US$ 2,1 miliar.

Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Made L Nurjana, di Jakarta, Kamis (18/1), mengemukakan, selama Januari-Agustus 2006, ekspor perikanan budi daya mencapai 664,5 juta ton dengan nilai US$ 1,4 miliar.

Menurut Made, jika tingkat ekspor rata-rata per bulan sama maka total ekspor sampai Desember 2006 adalah US$ 2,1 miliar atau Rp 18,9 triliun.

Setelah udang, unggulan ekspor perikanan budi daya adalah ikan tuna atau cakalang sebanyak 58.633 ton senilai US$ 168,72 juta, dan rumput laut kering sebanyak 57.683 ton senilai US$ 28,55 juta.

Sampai akhir 2006, sudah 126 negara menjadi tujuan ekspor perikanan budi daya Indonesia. Amerika Serikat masih menjadi pasar utama, yakni 83.347 ton atau 12,54 persen dari total ekspor produk perikanan nasional. Disusul Cina 78.686 ton (11,84 persen), Jepang 74.973 ton (11,28 persen), Uni Eropa 51.976 ton (7,82 persen), sisanya 253.256 ton diekspor ke banyak negara.

Sumbangan devisa ekspor hasil perikanan Indonesia dari AS sebesar US$ 475,14 juta, Jepang US$ 409,66 juta, Uni Eropa US$ 193,56 juta, Hong Kong US$ 48,39 juta, dan negara lain sekitar US$ 132,76 juta. Ekspor rumput laut mencapai 1.079.850 ton berat basah.

Made mengakui, produksi udang nasional pada 2006 tidak mencapai target 350.000 ton, namun tetap naik menjadi 327.260 ton dari sebelumnya 300.000 ton pada 2005. Ini disebabkan penurunan produksi di tambak-tambak produktif seperti Sidoarjo, Jawa Timur, karena terkena dampak lumpur panas Lapindo. Tambak udang Sidoarjo adalah nomor dua terbesar setelah tambak di Lampung.

Kembangkan Benih

Pelarangan impor udang termasuk untuk pembenihan oleh DKP dan Departemen Perdagangan dinilai sebagai langkah tepat guna melindungi produksi udang dalam negeri. Indonesia sendiri sudah berhasil mengembangkan pembenihan udang yang lebih tahan dari virus, seperti jenis udang vanamei.

"Impor udang dilarang karena alasan biosecurity agar tidak terjadi penularan penyakit. Kita tidak bisa menjamin udang yang datang tidak mengadung penyakit. Sebab, jika membawa penyakit dapat menulari udang kita, terutama virusnya yang ditakuti, seperti taura, myo, dan white spot," tutur Made.

Alasan kedua adalah aturan negara pengimpor yang mengenakan tracebility atau kemampuan telusur. Jika ekspor udang dari Indonesia terjadi sesuatu, misalnya mengandung antibiotik atau logam berat, sulit untuk ditelusuri dari mana udang itu dipanen dan oleh siapa, dan Indonesia bisa diembargo karenanya.

Menurut Made, udang masih menjadi komoditas ekspor unggulan karena permintaan pasar masih sangat besar (ekspor maupun lokal), kemampuan produksi di Indonesia juga besar karena lahannya sangat luas, teknologi produksinya sudah dikuasai masyarakat, dan menyerap banyak tenaga kerja atau padat karya.

DKP dan Departemen Perdagangan telah menerbitkan peraturan bersama pelarangan impor udang ke wilayah Indonesia selama enam bulan ke depan. Kebijakan ini merupakan perpanjangan dari pelarangan sebelumnya. Alasan dikeluarkannya kebijakan itu karena adanya indikasi beredar udang yang tercemar antibiotik, hama, dan penyakit ikan di pasar internasional.

Pelarangan impor itu tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri Kelautan dan Perikanan dan Menteri Perdagangan Nomor PB.02/MEN/2006 dan Nomor 40/M-DAG/PER/12/ 2006 bertanggal 29 Desember 2006 tentang Larangan Sementara Impor Udang ke Wilayah Republik Indonesia.

Pemerintah juga menegaskan bahwa udang yang tiba di pelabuhan Indonesia pada atau setelah tanggal ditetapkan dalam Peraturan Bersama tersebut, wajib direekspor atau dimusnahkan, dan biayanya dibebankan kepada importir.

Potensi Perikanan Sulawesi Selatan

Sumber : http://www.sulsel.go.id/perikanan.html

Kontribusi sub sektor perikanan pada tahun 1994 terhadap PDRB sebesar 7,67 persen, meningkat menjadi 9,20 persen pada tahun 1999. Sedangkan kontribusi sub sektor perikanan terhadap sektor pertanian pada tahun 1994 sebesar 19,98 persen dan mening?kat menjadi 21,94 persen pada tahun 1999.
Produksi perikanan laut pada tahun 1994 sebesar 394,4 ribu ton dan pada tahun 1999 meningkat menjadi 429,9 ribu ton dengan rata?rata perturnbuhan sebesar 4,23 persen.

Produksi perikanan mengalami peningkatan sekitar 4,43 % pertahun yang berhasil dari penangkapan di laut, dan perairan umum, budidaya tambak, kolam dan mina padi. Sedangkan perdagangan hasil perikanan ke luar negeri adalah udang beku, teripang, rumput laut dan telur-telur ikan terbang.

Rabu, 26 Maret 2008

Industri Rumput Laut

Sumber : http://anekamesin.com/industry-development/industri-rumput-laut.html

Indonesia mempunyai potensi sumberdaya kelautan yang sangat besar, salah satunya adalah rumput laut. Oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi ini dijadikan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena dari segi bahan baku Indonesia memiliki sumber bahan baku yang melimpah dan dari segi pengguna mengalami peningkatan drastis terutama di luar negeri.
Olahan rumput laut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri makanan, farmasi, kosmetika dll. Kebutuhan dunia akan produk olahan rumput laut yang terus meningkat menjadikan bisnis ini sangat prospektif.

Kami menawarkan jasa Pembangunan Industri Pengolahan Rumput Laut secara komprehensif mulai konstruksi pabrik, mesin proses hingga instalasi pengolahan limbah, dengan kualitas produk hasil sesuai standar export.

Hingga saat ini kami juga mempunyai buyer dari luar negeri yang minta disuplai produk olahan rumput laut dan buyer tersebut bisa ditindaklanjuti.

- Produk yang dihasilkan dalam bentuk Chips, Semi Refine Caragenan atau Caragenan
- Bahan Baku : Rumput Laut
- Kapasitas Bahan Baku : mulai 1 ton/hari sd 20 ton/hari, atau sesuai permintaan

Senin, 24 Maret 2008

Lumba-lumba Sang Penyembuh

Tanggal : 24 Maret 2008
Sumber : http://ikanmania.wordpress.com/


Sekoci yang memuat sejumlah penumpang dari kapal naas Senopati Nusantara akhirnya didorong ke Pulau Kangean setelah terombang-ambing selama tiga hari. Penolong mereka sekawanan lumba-lumba. Mamalia laut ini tak hanya dikenal sebagai ”dewa penyelamat” dan mahir beratraksi, tetapi juga membantu menyembuhkan penyakit.

Serangkaian penelitian di sejumlah negara menunjukkan, lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncactus) ini memiliki beberapa kebisaan lain, di antaranya mampu membantu terapi medik untuk sejumlah penyakit, terutama gangguan fungsi saraf motorik, autisme, dan cacat mental lainnya.

Terapi stimulasi saraf pada anak cacat mental dan fisik antara lain dilakukan sekitar dua dasawarsa lalu di Australia, Amerika Serikat, Meksiko, Israel, dan Ukraina. Di Gold Coast Queensland, Australia, anak cacat mental dan fisik dapat membaik setelah 18 bulan bermain di kolam dengan tujuh lumba-lumba.

Percobaan serupa di Florida, AS, menunjukkan anak tunawicara bisa bereaksi lebih baik dan mulai belajar membaca. Terapi itu merangsang otak mereka dengan suara lumba-lumba yang berfrekuensi tinggi sehingga anak-anak cacat dapat meningkat kemampuan koordinasi dan gerakannya setelah menjalani terapi tersebut.

Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Waropen

Sumber : http://www.papua.go.id/ddpperik/Peta-Potensi-Kabupaten/Waropen.htm

Kabupaten Waropen merupakan kabupaten pesisir dengan gugusan dua (dua) buah pulau kecil dan berpenduduk.

Sebagai kabupaten pesisir yang di tumbuhi dengan hutan mangrove yang tersebar disepanjang pantai mulai dari waropen atas, tengah dan bawah menjadikan perairan Kabupaten Waropen subur dan kaya akan sumber daya hayati, sehingga kabupaten ini memiliki keaneka ragaman hayati yang cukup tinggi. antara lain: jenis ikan pelqagis, demersal, udang, kepiting maupun jenis-jenis lain yang memiliki nilai ekonomis penting.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Waropen melalui Dinas Perikanan dan Kelautan berdasarkan Rensa Kabupaten Waropen Tahun 2006-2010 telah melakukan kegiatan-kegiatan guna mempercepat pembangunan di bidang sektor Kelautan dan Perikanan yang merupakan sektor andalan di Kabupaten Waropen.

Dalam era Otonimi daerah yang pembangunan menuntut penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, efektif dan efisien maka peran pemerintah akan berfungsi sebagai pengarah dan fasilitator, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh pelaku perikanan (stakeholder) lainnya.

Sayarat utama agar kebijakan dan strategi pembangunan itu dapat di laksanakan adalah mengedintifikasi faktor internal dan eksternal yang berpengaruh. Oleh karena itu perli kita ketahui faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha pembangunan bidang Kelautan dan Perikanan yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Diantara faktor internal tersebut, aspek yang menjadi kekuatan adalah sebagai berikut :

  • Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang cukup besar baik didarat maupun di laut menjadi asset masadepan penangkapan dan budidaya.

  • Dengan potensi yang begitu besar memberikan jaminan tersediannya bahan baku untuk kebutuhan pangan maupun industri dan pemasaran.

  • Keanekaragaman hayati yang sebagian besar masih baik.

Kelalemahannya adalah :

  • Sebagian besar nelayan kita masih merupakan nelayan tradisional dengan kerateristik sosial budaya dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih tertinggal.

  • Struktur armada penangkapan ikan masih di domisili skala tradisional/kecil dengan kemampuan IPTEK yang masih rendah.

  • Terbatasnya IPTEK yang ada pada pemngembangan budidaya.

  • Rendahnya proses ahli teknologi budidaya akibat rendahnya tingkat pendidikan masyarakat budidaya.

  • Sebagian besar kegiatan penangkapan hanya memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga.

  • belum memadainya dukungan sarana dan prasarana Perikanan untuk usaha perikanan Penangkapan dan Budidaya.

  • Masih banyak praktek ilegal fishing akibat kurangnnya kemapuan melakukan pengawasan disamping wilayah yang harus diawasi sangat luas dan terpencil serta sarana pengawasan kurang memadai.

Disamping faktor Internal, faktor Eksternal juga berpengaruh yang justru jadi peluang dan ancaman, antara lain yang menjadi peluang adalah :

  • Produk perikanan menjadi pilihan terhadap jenis pangan yang berkategori tinggi dan kandungan kolestrol rendah, disamping sebagai bahan baku obat-obatan dan kosmetika sehingga mempunyai nilai ekonomis.

  • Permintaan pasar tentang produk perikanan dari hari ke hari terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk.

  • Pengembangan sektor budidaya menjadi tumpuan masa depan.

Potensi Perikanan Tangkap Kabupatenb Waropen

Berdasarkan hasil monitoring surfey hasil penangkapan nelayan chatperyunitifort yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Waropen memperoleh dugaan nilai potensial lestari senilai, 142.332 ton /tahun dan upaya optimum penangkapan baru mencapai 19.700ton atau 13,55%. hasil ini menunjukan bahwa kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Waropen masih dalam keadaan batas tidak mengalami kelebihan batas tangkap hal ini karena sistem penangkapan masih sangat konfensional. alat pengakapan ikan yang di gunakan oleh masyarakat nelayan kKabupaten Waropen masih menggunakan alat penagkapan konfensional dimana dengan menggunakan dengan pukat udang dan alat penangkapan yang moderen belum di lakukan.

Potensi Budidaya Perikanan Kabupatenb Waropen

Produksi perikanan di sektor budidaya masih relatif rendah hal ini di karenakan minimnya pengetahuan budidaya ikan dan ketergantungan yang tinggi terhadap hasil alam namun demikian di beberapa distrik masyarakat sudah melaksanakan budidaya teripang dalam skala kecil.

kondisi wilayah kabupaten waropen sangta cocok untuk pengembagan budidaya laut, budidaya air tawar dan tambak oleh karena itu untuk mendukung ussaha budidaya nelkayan perlu diberi bantuan modal dan teknik budidaya yang baik

Pengolahan Perikanan Kabupatenb Waropen

Pengolahan hasil perikanan masih relatif kecil. di Waropen atas produksi ikan asin dalam setahun hanya mencapai 0.5 ton/tahun sedangkan produksi ikan asap di Distrik Masirey tidak lebih dari 0, 12 ton /tahun. hingga saat ini semua hasil produksi hasil perikanan di Kabupaten Waropen masih terfokus pada konsumsi rumah tangga dan penjualan dipasar rakyat. Dari hasil surfei perikanan di tiap-tiap distrik waropen keterbatasan hasil dan produksi perikanan di sebabkan karena prasarana perikanan belum ada, sehingga dampak yang di timbukan dari hal ini adalah produktifitas nelayan dan usaha perikanan masih sangat rendah.

Untuk mendorong jumlah prosuksi hasil perikanan kabupaten Waropen perlu adannya suatu prasarana perikanan yang cukup dan secepatnya di laksanakan agar pendapattan perkapita masyarakat nelayan dapat meningakat