Senin, 31 Maret 2008

MAU MAKAN GONGGONG ? COBAIN AJA !!


Sumber : https://www.pintunet.com/lihat_opini.php?pg=2003/03/26032003/12754


Mau coba 'gonggong '? Ini bisa jadi salah satu makanan pilihan bagi penggemar makanan sea food. Nda usah takut, dijamin kamu-kamu nda akan menggongong setelah makanan khas ini. Karena gonggong jenis makanan laut.

Gonggong adalah makanan dari sejenis kerang yang bentuknya besar kayak keong mas , namun lebih bagus bentuk rumah dan isinya. Bisa ditemui di wilayah kepulauan Riau (Batam, Tanjung Pinang dan Karimun), khususnya di rumah makan sea food.

Makanan gonggong biasanya dimasak ala sup dan disajikan dalam piring dengan tambahan sambal. Cara makannya pakai sebatang lidi kecil (kayak tusuk gigi) dan dikorek-korek rumah kerangnya agar bisa keluar dagingnya. Lalu dicelupkan ke dalam sambal, ehm langsung bisa dimakan. Pertama makan, agak-agak ngeri juga lihat bentuknya, tapi kalau udah dimakan lupa juga pengin berhentinya khususnya bagi maniak sea food. Harga makanan ini seporsinya saya tidak tahu persis, karena waktu itu teman yang bayarin. Namun, sempat saya tanya harga satuan mentahnya di pasar tradisional. Kata teman sih, Rp. 500,- per buah (harga di Tanjung Pinang) bukan harga per kilo yang berlaku. Cukup mahal juga yah ?

Tetap mau coba ? Datang saja ke tiga wilayah tersebut. Kalau sudah makan gonggong, tidak akan mengonggong, tapi hati-hati jangan kebanyakan, karena bisa hipertensi lagi.

Potensi Perikanan Kota Bau-Bau


Sumber : http://www.baubau.go.id/perikanan.php?id=potensi1

Meskipun secara kewilayahan Kota Bau-Bau hanya memiliki luas wilayah lautan sebesar 200 mil, namun demikian potensi perikanan yang berasal dari daerah sekitar (khususnya Kabupaten Buton) terakumulasi di Kota Bau-Bau, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun untuk kebutuhan ekspor. Berbagai jenis hasil produksi perikanan yang terakumuiasi di Kota Bau-Bau seperti ikan oseanik (Pelagis Besar) yaitu ikan tuna, cakalang, ikan pelagis kecil yaitu ikan julung-julung Iayang, kembung, ikan demersal yaitu ikan sunu, kerapu, kakap, boronang, ekor kuning, lobster, pari dil serta hasil laut lainnya separti cumi-cumi pulpen, teripang, kerang-kerang (biota laut), benur, Eucheuma, Spinosum dil.

Berdasarkan kondisi dan potensi sektor perikanan di Kota Bau-Bau, hasil produksi perikanan pada tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2005, dimana sektor perikanan tahun 2006 mencapai 6.030 ton turun 52,82% dibandingkan dengan tahun 2005 mencapai 12.780 ton.


Potensi Unggulan Sektor Perikanan :

A. Budidaya Tambak (Fishpond)

Potensi areal tambak salah satunya berada di Kecamatan Bungi. Secara keseluruhan hasil produksi belum mampu melayani kebutuhan masyarakat, disamping itu pelayanan benih masih disediakan oleh Hacchery milik Pemda Sultra yang berlokasi di Kendari sehingga petani harus mendatangkan benih dari beberapa lokasi pembenihan di Sulawesi Selatan, sehingga masih dibutuhkan pembangunan Hatchery untuk dapat menyediakan benur yang diperkirakan sebesar 60.000.000 ekor setlap musim tanam.


B. Budidaya Mutiara

Ada 2 (dua) jenis mutiara yang kini dibudidayakan dan berkembang di Kota Bau-Bau yaitu mutiara jenis Pinctada maxima yang menghasilkan mutiara bundar (round pearl) dan mutiara jenis Pteria Penqu yang menghasilkan mutiara blister (Haft Pead). Jenis yang pertama diusahakan PT Tiara lndo Pea sebuah perusahaan PMA dari Jepang. Sedangkan jenis yang kedua selain diusahakan oleh Perusahan Nasional (CV. Selat Buton) juga banyak dibudidayakan oleh para petani setempat.


C. Pengolahan rumput laut

Pesisir laut Daerah Kota Bau-Bau merupakan penghasil rumput laut jenis Euchema Cottoni, volu perdagang dari rumput laut produksi budidaya di Kota Bau-Bau yang dikirim ke Surabaya dan Makassar tahun 1998 sebanyak 1.649 ton. Untuk mendapat nilai tambah bagi daerah, diharapkan produk yang dikirim keluar daerah sudah tidak lagi dalam bentuk rumput laut kering, tetapi sudah melalui proses pengolahan menjadi barang setengah jadi.


D. Cold Storage

Produksi ikan cakalang di daerah Kota Bau-Bau dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan yang cukup berarti, seiring dengan perkembangan jumlah kapal-kapal pole dan line penangkap cakalan Disamping ikan cakalang, ikan-ikan ekonom penting lainnya pun tidak kalah dengan jumlah produksi, separti ikan layang dan jenis-jenis ikan karang tertentu. Melihat kepada keberadaan volume produksi ikan Kota Bau-Bau ini, diantaranya Perusahaan perikanan PT. PERKEN (anak perusahaan PT. BONECOM) yang sudah beroperasi dari tahun 1991. Disamping itu masih ada yang menampung ikan di Kota Bau-Bau walaupun hanya menggunakan kapal-kapal carrier atau chill room darat, yaitu PT. WOLIO ANEKA TUNA dan beberapa perusahaan lainnya. lkan cakalang hasil tangkapan para nelayan di Kota Bau-Bau selain diperdagangkan dalam bentuk basah dan beku, juga dalam bentuk olahan berupa ikan kayu (ikan fufu, dried bonito) dan telah berhasil melakukan ekspor ke negara Jepang. Saat ini ada 2 (dua) Perusahaan Pengolahan ikan kayu di Kota Bau-Bau yaitu PT ARAHON INDAH dan CV. OME TRADING Co.

Minggu, 30 Maret 2008

Pengembangan Teknologi Untuk Keluarga Nelayan


Sumber : http://www.litbangda-sulsel.go.id/modules.php?name=Peningk_kew&file=detail&id=20071107231411

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi paket teknologi yang mendukung diversifikasi produk, mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat kelayakan usaha, mengidentifikasi potensi sumberdaya keluarga nelayan dalam menunjang peningkatan pendapatan keluarga, dan menajemen pemasaran yang mendukung pengembangan usaha. Penelitian dilakukan di Kabupaten Takalar, Barru, dan Kota Makassar. Sampel terdiri dari 9 kelompok keluarga nelayan untuk setiap lokasi, setiap kelompok beranggotakan 5 orang, sebanyak 135 orang untuk 3 lokasi. Produk hasil diversifikasi berbasis ikan dan rumput laut adalah dodol, puding, dan cendol rumpu laut, baksi, abon, otak-otak, nugget, burger, bandeng tanpa duri, dan kerupuk udang. Analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif, tingkat keuntungan dan tingkat kelayakan usaha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% sampel Kabupaten Barru memlilih usaha abon ikan, 30% Bandeng tanpa duri; di Kota Makassar sebanyak 55% memilih usaha otak-otak ikan, 45% bakso ikan; 90% sampel di Kabupaten Takalar memilih dodol rumput laut dan 10% memilih nugget. Ditinjau dari aspek finansial usaha yang paling layak dikembangkan adalah bakso ikan, fish burger, otak-otak bakar, dan nugget ikan. Pemasaran produk olahan perikanan belum kontinyu dan optimal, sehingga diperlukan perluasan jaringan pemasaran dan sistem pemasaran yang ideal yaitu pola kemitraan antara kelompok industri olahan perikanan dengan pengusaha swalayan, restoran, hotel, dan koperasi.

Rekomendasi yang diusulkan berdasarkan hasil penelitian ini adalah 1) Pemerintah Daerah memfasilitasi sosialisasi dan proses legalitas produk unggulan dengan melibatkan tim ahli, 2) Pemerintah Daerah memfasilitasi tim ahli pengujian parameter mutu produk unggulan, 3) Pemerintah Daerah melibatkan tim ahli dalam model pemasaran dengan pola kemitraan antara kelompok nelayan dengan industri terkait, 4) Pemerintah terkait mendukung usaha diversifikasi produk unggulan sehingga memiliki legalitas yang kuat.

Jumat, 28 Maret 2008

Gaet Wisatawan ke Sanur lewat “Sea Walker”


Sumber : http://www.bisnisbali.com/2007/03/22/news/pariwisata/aka.html

Denpasar (BisnisBali)
- Kegiatan sea walker merupakan salah satu produk pariwisata unggulan di kawasan Sanur. Produk pariwisata yang lebih menonjolkan keindahan bawah laut seperti terumbu karang dan biota laut ini diharapkan bisa mengaet lebih banyak wisatawan ke kawasan Sanur.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Drs. I Putu Budiasa, M.Si., Rabu (21/3) kemarin mengatakan kegiatan sea walker masih menjadi primadona bagi wisatawan domestik (wisdom) dan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sanur. Kegiatan yang lebih banyak menyaksikan pemandangan bawah laut ini sudah menjadi bagian kegiatan wisata bahari di Bali. Diungkapkan, guna makin mengairahkan kegiatan wisata bawah laut di Sanur pemerintah melalui dinas pariwisata Kota akan berupaya mempromosikan kegian sea walker ini terutama ke pasar domestik. Kegiatan sea walker di Sanur ini di antaranya akan dipromosikan melalui dalam ajang gebyar Wisata Jakarta 2-6 Mei 2007 mendatang. Selain itu kegiatan sea walker ini juga akan dipromosikan melalui Majapahit Affair 22-26 Mei 2007 di Surabaya.

Dijelaskan, sea walker ini memiliki daya tarik yang cukup spesifik bagi wisatawan. Ketika menyelam ke dasar laut, wisatawan bisa menggunakan tabung khusus yang diletakkan di bagian kepala. Ini tentunya memudahkan untuk menghirup oksigen terutama bagi wisatawan yang tidak pernah menyelam ke dasar laut. Wisatawan tentunya bisa dengan nyaman menikmati keindahan dasar laut.

Kegiatan sea walker juga diisi dengan penyemaian karang. Selain menikmati keindahan dasar laut, wisatawan juga diarahkan ikut serta melestarikan terumbu karang. Seperti diketahui beberapa tahun silam kawasan Sanur marak dengan pencurian terumbu karang. Kejadian tersebut sempat berdampak pada menurunnya perkembangan biota laut karena rusaknya terumbu karang.

Dipaparkan, melalui kegiatan sea walker ini masyarakat lokal dan wisatawan diajak ikut melestarikan terumbu karang. Pada bagian lain, di dasar laut wisatawan juga bisa mengenal beranekaragam jenis ikan yang bisa hidup di dasar laut.

Lebih lanjut dikatakan, selama ini kegiatan atraksi sea walker ini dinikmati tidak hanya dari wisman tetapi juga wisdom. Khusus dari wisman kegiatan sea walker ini lebih banyak diminati wisman asal Korea dan Jepang. Wisatawan asal Asia tersebut beranggapan kegiatan sea walker ini mungkin hanya bisa dinikmati di kawasan Sanur. Melihat keindahan terumbu karang dan biota laut di Sanur wisatawan tentunya mendapatkan pengalaman tersendiri ketika berkunjung ke Bali.

Budiasa menambahkan melihat pengembangan sea walker di kawasan Sanur, pemerintah melalui dinas pariwisata Kota berharap masyarakat bisa ikut melestarikan terumbu karang di kawasan Sanur. Keindahan terumbu karang dan biota laut bisa menjadi andala pariwisata Sanur pada masa yang akan datang. *kup

Kamis, 27 Maret 2008

Industri Pengolahan Hasil Ikan (Fillet Ikan)

Sumber : http://bappeda-kotategal.go.id/index.php?ask=hal&hid=72

Kota Tegal sebagai daerah pantura mempunyai potensi industri pengolahan hasil perikanan yang cukup melimpah, khususnya adalah fillet ikan. Pengusaha yang bergerak dibidang ini banyak dijumpai di desa Tegalsari Kecamatan Tegal Barat (30 pengusaha), dengan kapasitas sebesar ± 425 ton pertahun.

Udang Jadi Unggulan Ekspor Perikanan


Sumber : http://www.suarapembaruan.com/News/2007/01/18/Ekonomi/eko01.htm

[JAKARTA] Udang masih menjadi komoditas unggulan ekspor perikanan budi daya nasional. Selama periode Januari-Agustus 2006, ekspor udang mencapai 112,5 juta ton senilai US$ 739,2 juta. Sedangkan total ekspor produk perikanan budi daya nasional pada 2006 diperkirakan US$ 2,1 miliar.

Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Made L Nurjana, di Jakarta, Kamis (18/1), mengemukakan, selama Januari-Agustus 2006, ekspor perikanan budi daya mencapai 664,5 juta ton dengan nilai US$ 1,4 miliar.

Menurut Made, jika tingkat ekspor rata-rata per bulan sama maka total ekspor sampai Desember 2006 adalah US$ 2,1 miliar atau Rp 18,9 triliun.

Setelah udang, unggulan ekspor perikanan budi daya adalah ikan tuna atau cakalang sebanyak 58.633 ton senilai US$ 168,72 juta, dan rumput laut kering sebanyak 57.683 ton senilai US$ 28,55 juta.

Sampai akhir 2006, sudah 126 negara menjadi tujuan ekspor perikanan budi daya Indonesia. Amerika Serikat masih menjadi pasar utama, yakni 83.347 ton atau 12,54 persen dari total ekspor produk perikanan nasional. Disusul Cina 78.686 ton (11,84 persen), Jepang 74.973 ton (11,28 persen), Uni Eropa 51.976 ton (7,82 persen), sisanya 253.256 ton diekspor ke banyak negara.

Sumbangan devisa ekspor hasil perikanan Indonesia dari AS sebesar US$ 475,14 juta, Jepang US$ 409,66 juta, Uni Eropa US$ 193,56 juta, Hong Kong US$ 48,39 juta, dan negara lain sekitar US$ 132,76 juta. Ekspor rumput laut mencapai 1.079.850 ton berat basah.

Made mengakui, produksi udang nasional pada 2006 tidak mencapai target 350.000 ton, namun tetap naik menjadi 327.260 ton dari sebelumnya 300.000 ton pada 2005. Ini disebabkan penurunan produksi di tambak-tambak produktif seperti Sidoarjo, Jawa Timur, karena terkena dampak lumpur panas Lapindo. Tambak udang Sidoarjo adalah nomor dua terbesar setelah tambak di Lampung.

Kembangkan Benih

Pelarangan impor udang termasuk untuk pembenihan oleh DKP dan Departemen Perdagangan dinilai sebagai langkah tepat guna melindungi produksi udang dalam negeri. Indonesia sendiri sudah berhasil mengembangkan pembenihan udang yang lebih tahan dari virus, seperti jenis udang vanamei.

"Impor udang dilarang karena alasan biosecurity agar tidak terjadi penularan penyakit. Kita tidak bisa menjamin udang yang datang tidak mengadung penyakit. Sebab, jika membawa penyakit dapat menulari udang kita, terutama virusnya yang ditakuti, seperti taura, myo, dan white spot," tutur Made.

Alasan kedua adalah aturan negara pengimpor yang mengenakan tracebility atau kemampuan telusur. Jika ekspor udang dari Indonesia terjadi sesuatu, misalnya mengandung antibiotik atau logam berat, sulit untuk ditelusuri dari mana udang itu dipanen dan oleh siapa, dan Indonesia bisa diembargo karenanya.

Menurut Made, udang masih menjadi komoditas ekspor unggulan karena permintaan pasar masih sangat besar (ekspor maupun lokal), kemampuan produksi di Indonesia juga besar karena lahannya sangat luas, teknologi produksinya sudah dikuasai masyarakat, dan menyerap banyak tenaga kerja atau padat karya.

DKP dan Departemen Perdagangan telah menerbitkan peraturan bersama pelarangan impor udang ke wilayah Indonesia selama enam bulan ke depan. Kebijakan ini merupakan perpanjangan dari pelarangan sebelumnya. Alasan dikeluarkannya kebijakan itu karena adanya indikasi beredar udang yang tercemar antibiotik, hama, dan penyakit ikan di pasar internasional.

Pelarangan impor itu tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri Kelautan dan Perikanan dan Menteri Perdagangan Nomor PB.02/MEN/2006 dan Nomor 40/M-DAG/PER/12/ 2006 bertanggal 29 Desember 2006 tentang Larangan Sementara Impor Udang ke Wilayah Republik Indonesia.

Pemerintah juga menegaskan bahwa udang yang tiba di pelabuhan Indonesia pada atau setelah tanggal ditetapkan dalam Peraturan Bersama tersebut, wajib direekspor atau dimusnahkan, dan biayanya dibebankan kepada importir.

Potensi Perikanan Sulawesi Selatan

Sumber : http://www.sulsel.go.id/perikanan.html

Kontribusi sub sektor perikanan pada tahun 1994 terhadap PDRB sebesar 7,67 persen, meningkat menjadi 9,20 persen pada tahun 1999. Sedangkan kontribusi sub sektor perikanan terhadap sektor pertanian pada tahun 1994 sebesar 19,98 persen dan mening?kat menjadi 21,94 persen pada tahun 1999.
Produksi perikanan laut pada tahun 1994 sebesar 394,4 ribu ton dan pada tahun 1999 meningkat menjadi 429,9 ribu ton dengan rata?rata perturnbuhan sebesar 4,23 persen.

Produksi perikanan mengalami peningkatan sekitar 4,43 % pertahun yang berhasil dari penangkapan di laut, dan perairan umum, budidaya tambak, kolam dan mina padi. Sedangkan perdagangan hasil perikanan ke luar negeri adalah udang beku, teripang, rumput laut dan telur-telur ikan terbang.

Rabu, 26 Maret 2008

Industri Rumput Laut

Sumber : http://anekamesin.com/industry-development/industri-rumput-laut.html

Indonesia mempunyai potensi sumberdaya kelautan yang sangat besar, salah satunya adalah rumput laut. Oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi ini dijadikan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena dari segi bahan baku Indonesia memiliki sumber bahan baku yang melimpah dan dari segi pengguna mengalami peningkatan drastis terutama di luar negeri.
Olahan rumput laut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri makanan, farmasi, kosmetika dll. Kebutuhan dunia akan produk olahan rumput laut yang terus meningkat menjadikan bisnis ini sangat prospektif.

Kami menawarkan jasa Pembangunan Industri Pengolahan Rumput Laut secara komprehensif mulai konstruksi pabrik, mesin proses hingga instalasi pengolahan limbah, dengan kualitas produk hasil sesuai standar export.

Hingga saat ini kami juga mempunyai buyer dari luar negeri yang minta disuplai produk olahan rumput laut dan buyer tersebut bisa ditindaklanjuti.

- Produk yang dihasilkan dalam bentuk Chips, Semi Refine Caragenan atau Caragenan
- Bahan Baku : Rumput Laut
- Kapasitas Bahan Baku : mulai 1 ton/hari sd 20 ton/hari, atau sesuai permintaan

Senin, 24 Maret 2008

Lumba-lumba Sang Penyembuh

Tanggal : 24 Maret 2008
Sumber : http://ikanmania.wordpress.com/


Sekoci yang memuat sejumlah penumpang dari kapal naas Senopati Nusantara akhirnya didorong ke Pulau Kangean setelah terombang-ambing selama tiga hari. Penolong mereka sekawanan lumba-lumba. Mamalia laut ini tak hanya dikenal sebagai ”dewa penyelamat” dan mahir beratraksi, tetapi juga membantu menyembuhkan penyakit.

Serangkaian penelitian di sejumlah negara menunjukkan, lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncactus) ini memiliki beberapa kebisaan lain, di antaranya mampu membantu terapi medik untuk sejumlah penyakit, terutama gangguan fungsi saraf motorik, autisme, dan cacat mental lainnya.

Terapi stimulasi saraf pada anak cacat mental dan fisik antara lain dilakukan sekitar dua dasawarsa lalu di Australia, Amerika Serikat, Meksiko, Israel, dan Ukraina. Di Gold Coast Queensland, Australia, anak cacat mental dan fisik dapat membaik setelah 18 bulan bermain di kolam dengan tujuh lumba-lumba.

Percobaan serupa di Florida, AS, menunjukkan anak tunawicara bisa bereaksi lebih baik dan mulai belajar membaca. Terapi itu merangsang otak mereka dengan suara lumba-lumba yang berfrekuensi tinggi sehingga anak-anak cacat dapat meningkat kemampuan koordinasi dan gerakannya setelah menjalani terapi tersebut.

Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Waropen

Sumber : http://www.papua.go.id/ddpperik/Peta-Potensi-Kabupaten/Waropen.htm

Kabupaten Waropen merupakan kabupaten pesisir dengan gugusan dua (dua) buah pulau kecil dan berpenduduk.

Sebagai kabupaten pesisir yang di tumbuhi dengan hutan mangrove yang tersebar disepanjang pantai mulai dari waropen atas, tengah dan bawah menjadikan perairan Kabupaten Waropen subur dan kaya akan sumber daya hayati, sehingga kabupaten ini memiliki keaneka ragaman hayati yang cukup tinggi. antara lain: jenis ikan pelqagis, demersal, udang, kepiting maupun jenis-jenis lain yang memiliki nilai ekonomis penting.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Waropen melalui Dinas Perikanan dan Kelautan berdasarkan Rensa Kabupaten Waropen Tahun 2006-2010 telah melakukan kegiatan-kegiatan guna mempercepat pembangunan di bidang sektor Kelautan dan Perikanan yang merupakan sektor andalan di Kabupaten Waropen.

Dalam era Otonimi daerah yang pembangunan menuntut penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, efektif dan efisien maka peran pemerintah akan berfungsi sebagai pengarah dan fasilitator, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh pelaku perikanan (stakeholder) lainnya.

Sayarat utama agar kebijakan dan strategi pembangunan itu dapat di laksanakan adalah mengedintifikasi faktor internal dan eksternal yang berpengaruh. Oleh karena itu perli kita ketahui faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha pembangunan bidang Kelautan dan Perikanan yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Diantara faktor internal tersebut, aspek yang menjadi kekuatan adalah sebagai berikut :

  • Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang cukup besar baik didarat maupun di laut menjadi asset masadepan penangkapan dan budidaya.

  • Dengan potensi yang begitu besar memberikan jaminan tersediannya bahan baku untuk kebutuhan pangan maupun industri dan pemasaran.

  • Keanekaragaman hayati yang sebagian besar masih baik.

Kelalemahannya adalah :

  • Sebagian besar nelayan kita masih merupakan nelayan tradisional dengan kerateristik sosial budaya dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih tertinggal.

  • Struktur armada penangkapan ikan masih di domisili skala tradisional/kecil dengan kemampuan IPTEK yang masih rendah.

  • Terbatasnya IPTEK yang ada pada pemngembangan budidaya.

  • Rendahnya proses ahli teknologi budidaya akibat rendahnya tingkat pendidikan masyarakat budidaya.

  • Sebagian besar kegiatan penangkapan hanya memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga.

  • belum memadainya dukungan sarana dan prasarana Perikanan untuk usaha perikanan Penangkapan dan Budidaya.

  • Masih banyak praktek ilegal fishing akibat kurangnnya kemapuan melakukan pengawasan disamping wilayah yang harus diawasi sangat luas dan terpencil serta sarana pengawasan kurang memadai.

Disamping faktor Internal, faktor Eksternal juga berpengaruh yang justru jadi peluang dan ancaman, antara lain yang menjadi peluang adalah :

  • Produk perikanan menjadi pilihan terhadap jenis pangan yang berkategori tinggi dan kandungan kolestrol rendah, disamping sebagai bahan baku obat-obatan dan kosmetika sehingga mempunyai nilai ekonomis.

  • Permintaan pasar tentang produk perikanan dari hari ke hari terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk.

  • Pengembangan sektor budidaya menjadi tumpuan masa depan.

Potensi Perikanan Tangkap Kabupatenb Waropen

Berdasarkan hasil monitoring surfey hasil penangkapan nelayan chatperyunitifort yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Waropen memperoleh dugaan nilai potensial lestari senilai, 142.332 ton /tahun dan upaya optimum penangkapan baru mencapai 19.700ton atau 13,55%. hasil ini menunjukan bahwa kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Waropen masih dalam keadaan batas tidak mengalami kelebihan batas tangkap hal ini karena sistem penangkapan masih sangat konfensional. alat pengakapan ikan yang di gunakan oleh masyarakat nelayan kKabupaten Waropen masih menggunakan alat penagkapan konfensional dimana dengan menggunakan dengan pukat udang dan alat penangkapan yang moderen belum di lakukan.

Potensi Budidaya Perikanan Kabupatenb Waropen

Produksi perikanan di sektor budidaya masih relatif rendah hal ini di karenakan minimnya pengetahuan budidaya ikan dan ketergantungan yang tinggi terhadap hasil alam namun demikian di beberapa distrik masyarakat sudah melaksanakan budidaya teripang dalam skala kecil.

kondisi wilayah kabupaten waropen sangta cocok untuk pengembagan budidaya laut, budidaya air tawar dan tambak oleh karena itu untuk mendukung ussaha budidaya nelkayan perlu diberi bantuan modal dan teknik budidaya yang baik

Pengolahan Perikanan Kabupatenb Waropen

Pengolahan hasil perikanan masih relatif kecil. di Waropen atas produksi ikan asin dalam setahun hanya mencapai 0.5 ton/tahun sedangkan produksi ikan asap di Distrik Masirey tidak lebih dari 0, 12 ton /tahun. hingga saat ini semua hasil produksi hasil perikanan di Kabupaten Waropen masih terfokus pada konsumsi rumah tangga dan penjualan dipasar rakyat. Dari hasil surfei perikanan di tiap-tiap distrik waropen keterbatasan hasil dan produksi perikanan di sebabkan karena prasarana perikanan belum ada, sehingga dampak yang di timbukan dari hal ini adalah produktifitas nelayan dan usaha perikanan masih sangat rendah.

Untuk mendorong jumlah prosuksi hasil perikanan kabupaten Waropen perlu adannya suatu prasarana perikanan yang cukup dan secepatnya di laksanakan agar pendapattan perkapita masyarakat nelayan dapat meningakat

Senin, 17 Maret 2008

Disbudpar Sulsel Gelar Festival Seafood untuk Tarik Wisatawan

Tanggal :17 Maret 2008
Sumber : http://www.wisatanet.com/templete/index.php?wil=2&id=000000000005213&idnews=4596


Dinas Kebudayan dan Parwisata (Budpar) Sulawesi Selatan akan menggelar Festival Seafood pada Agustus 2008 di Makassar sebagai salah satu agenda utama dalam menyambut Tahun Kunjungan Wisata Indonesia (Visit Indonesia
Year/VIY) 2008.

Kadis Budpar Sulsel Syahlan Solthan di Makassar, Minggu (16/3), mengatakan, Festival Seafood yang akan menyajikan berbagai jenis masakan khas Sulsel tersebut dirancang khusus untuk menyukseskan Tahun Kujungan Wisata 2008.

"Sebelumnya kegiatan ini telah digelar tahun lalu, namun kali ini dirancang khusus dengan menampikan beragam jenis makanan khas Sulsel maupun Nusantara, sehingga diharapkan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulsel tahun ini," kata Syahlan.

Menurutnya, festival makanan ini akan menampilkan jenis masakan khas dari 23 kabupaten dan kota di Sulsel serta beragam jenis menu nusantara, sehingga wisatawan yang hadir pasa aat pergelaran bisa menikmati berbagai menu yang disajikan peserta tersebut.

Di Sulsel tercatat seitar 425 jenis makanan tradisional mulai dari jenis makanan hasil perikanan hingga berbagai jenis kue tradisional yang selama ini telah banyak disajikan di sejumlah hotek dan digemari wisatawan asing dan domestik.

Jenis makanan dengan bahan bakunya dari hasil perikan tangkap yang akan disajikan pada festival tersebut antara lain, menu ikan bakar, udang, cumi-cumi, kepeting, kerang laut, telut ikan terbang, teripang, lobster, Pallu mara (ikan masak).

Selain itu, berbagai jenis masakan khas lainnya antara lain, coto, pallubasa, sop konro, sop lidah, sop saudara, otak-potak, sop kepala ikan, lawak ikan dan udang.

Beragam panganan dan kue tradisional juga akan ditampilkan yakni, pisang ijo, pallu butung, pisang epak, cucuruk bayao, taripang, onde-onde, cucuruk maddingki, burongko, dange, kapurung, bagea sagu, tingting, waji wijen, dodol pangi, dodol beras ketan, kacang disko, sirup, serta minuman khas markisa dan terong balanda.

Sementara itu, Kadis Pariwisata Makassar Eddy Kosasih Parawansa mengatakan, peserta Festival Seafood 2008 diharapkan lebih banyak dibanding pada 2007 sebanyak 121 peserta, baik wakil dari 23 kabupaten dan kota maupun peserta dari organisasi dan usaha katering.

"Kita akan tata dengan rapi tempat penyelenggaraan festival yakni di anjungan Pantai Losari Makassar yang bisa menampung hingga 300 saung (stand) peserta, "ujar Eddy.

Sedangkan khusus untuk peseta dari Makassar, dinas pariwisata setempat akan menampilkan menu masakan dari 16 kecamatan dan berbagai organisasi dan usaha catering yang jumlah mencapai ratusan peserta, kata Eddy.

Minggu, 16 Maret 2008

Ekspor 8 Ton Udang Vanname

Tanggal : 16 Mar 2008
Sumber : http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_radar&id=200896&c=106


PAMEKASAN-Kerja keras petani yang membudidaya udang vanname di Desa Polagan, Kecamatan Galis, berbuah hasil. Itu dibuktikan dengan adanya panen raya udang vanname yang berlangsung sejak beberapa waktu terakhir.

Hasil panen udang kualitas ekspor itu langsung ditangani suplier untuk selanjutnya diekspor ke berbagai negara di Asia, Amerika, dan Eropa. Tak kurang dari 8 ton udang vanname hasil panen yang diekspor ke luar negeri.

Jumlah tersebut merupakan total hasil panen udang vanname milik petani di Desa Polagan. "Udang-udang ini hasil budidaya petani disini. Alhamdulillah, panen perdana tahun ini sukses," ujar H Ihsan, salah satu petani udang wanname, kepada wartawan kemarin siang.

Ihsan menjelaskan, masing-masing petani memiliki areal berbeda, tergantung kemampuan budidayanya. Dari sehektare tambak, diperkirakan mampu menghasilkan udang vanname sampai 2,8 ton. "Kalau saya memang cuma sehektare. Tapi, hasilnya sudah lumayan," katanya.

Dari lahan sehektare yang dimilikinya, Ihsan mampu menghasilkan udang vanname dalam berbagai ukuran. Ukuran minimal dihargai Rp 33 ribu per kg, sedangkan ukuran maksimal sampai Rp 43 ribu per kg.

Untuk keperluan budidaya udang Vanname sehektare, diperlukan dana sekitar Rp 60 juta selama 3 bulan. Itu digunakan untuk keperluan pemeliharaan, pakan, dan penjaga. "Kalau dihitung kasar, keuntungannya sampai Rp 35 juta. Sebab, dari sehektare kita memeroleh sekitar Rp 95 jutaan," ungkapnya.

Panen raya udang vanname di Kecamatan Galis menarik perhatian Dinas Kelauatan dan Perikanan (DKP) Pamekasan. Kemarin beberapa staf DKP meninjau langsung panen raya udang vanname.

Kepala DKP Ir Nurul Widiastuti kepada wartawan mengatakan, budidaya udang Vanname merupakan salah satu unggulan produk di kalangan masyarakat pesisir. "Terbanyak memang di Kecamatan Galis dan Larangan. Budidaya ini mulai sukses sejak akhir 2007 lalu," ujarnya.

DKP melakukan pendampingan kepada petani agar bisa membudidaya udang Vanname dengan baik. "Kami juga memberikan bantuan mulai dari benih, bibit hingga mesin untuk pompa air," paparnya

Selasa, 04 Maret 2008

11 Spesies Baru Ikan Pelangi Diserahkan ke Pemerintah

Tanggal : 4 Maret 2008
Sumber : http://ikanmania.wordpress.com/

JAKARTA, SELASA - Menindaklanjuti temuan 11 spesies baru ikan pelangi (Rainbow Fish) jenis Melatonia, Ketua Dewan Konservasi Papua, Indroyono Soesilo mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut telah diserahkan kepada pemerintah.

Indroyono mengharapkan pemerintah juga mengambil langkah dengan menyerahkannya ke yayasan sebagai upaya filantropi. “Itu ada 11 spesies baru. Nah, para ilmuwan ingin menyerahkan ini kepada pemerintah. Mungkin bagus kalau pemerintah menyerahkan ke yayasan, yayasannya dilelang untuk nama, untuk filantropi, bisa nanti untuk beasiswa untuk orang-orang Papua di bidang ini,” ujarnya di Jakarta, Selasa (4/3).

Eskpedisi penemuan spesies baru Melatonia ini dilakukan oleh tim Indonesia dan Perancis sejak Mei hingga Juli 2007. Sampelnya kemudian dibawa ke Jakarta dan Perancis untuk melalui uji DNA dan biometrik.

Indroyono menambahkan bahwa kesebelas spesies baru itu ditemukan di wilayah Kepala Burung Papua meliputi wilayah Manokwari, Salawadi, Sorong Selatan, dan Raja Ampat.

Sabtu, 01 Maret 2008

Indonesia jadi Pusat Bibit Rumput Laut ASEAN

Tanggal : 1 Maret 2008
Sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=30&aid=963


Jakarta (TROBOS).
Indonesia akan menjadi pusat pembibitan rumput laut sebagai salah satu bagian kerjasama ekonomi di tingkat sub-regional untuk kawasan perbatasan Brunei-Indonesia-Malaysia-Filipina-East Asia Growth Area (BIMP EAGA).

Direktur Investasi dan Usaha, Farid Ma’ruf mengatakan, negara-negara ASEAN tersebut sangat berkepentingan dengan rumput laut dari Indonesia. Sebab kualitas bibit dari lahan mereka tak sebagus bibit dari Indonesia yang perairannya sangat subur dan kaya mineral. ”Dengan mengambil bibit dari Indonesia, mereka akan bisa memperbaiki keturunan,” kata Farid pada satu kesempatan di Jakarta (12/2).

Keunggulan kualitas rumput laut Indonesia dibanding negara lain ini tak hanya diakui negara-negara ASEAN saja. Di tempat terpisah, Direktur Utama PT Indonusa Algaemas Prima (PT IAP), Sasmoyo S. Boesari mengatakan bahwa negara-negara produsen karaginan (olahan rumput laut Eucheuma cottonii) seperti Filipina, China, Korea, Jepang bahkan Uni Eropa (UE) rame-rame berburu rumput laut Indonesia. ”Mereka membeli rumput laut Indonesia karena kualitasnya bagus,” ujar Sasmoyo.

Dalam forum kerjasama di bawah ASEAN yang dibiayai oleh ADB (Asian Development Bank) tersebut akan dibuat kebun bibit di Indonesia. ”Hal ini akan memberikan jaminan bagi negara di kawasan perbatasan ASEAN untuk memperoleh rumput laut yang berkualitas,” tandas Farid.